Bab 20

3.6K 464 90
                                    

Cobalah untuk tegas meninggalkan yang tidak jelas.

Hari sudah semakin malam, dan banyaknya botol minum yang dipesan Putu sudah mereka berdua habiskan. Natya, perempuan yang tidak pernah meminum alkohol, disodori minuman tersebut oleh Putu. Hingga ia tidak sadarkan diri diposisinya.

Sejenak Putu tertawa melihat wajah polos Natya yang nampak tertidur di bawah pengaruh alkohol. Mungkin ketika perempuan itu terbangun, dia akan memaki Putu habis-habisan atas ulahnya ini. Namun Putu merasa yakin apa yang dia lakukan kini akan diberikan ucapan terima kasih baik oleh Natya ataupun oleh sahabatnya, Ye Jun.

Bukannya dia tidak tahu, atau tidak mengerti mengapa Ye Jun kembali ke negara di mana keluarga besarnya berada. Putu tahu sekali maksud dari kakek Ye Jun memaksa cucunya itu untuk kembali. Pasti ada sesuatu hal yang harus Ye Jun penuhi sebagai pewaris salah satu orang terkaya di negara ini.

Karena jujur saja hal-hal seperti itu pasti akan terjadi dikalangan keluarga-keluarga kaya raya. Bahkan dari keluarganya pun, yang masih tergolong biasa-biasa saja sudah menyiapkan seorang perempuan yang kelak harus dia nikahi.

Maka dari itu terkadang banyak yang salah tangkap ketika melihat anak-anak yang terlahir dengan sendok perak memiliki sikap yang sulit diatur. Padahal sebenarnya anak-anak seperti itu hanya sedang berusaha terlepas dari tradisi pernikahan bisnis tersebut. Tapi apalah daya, tidak ada yang pernah berhasil melakukannya.

Dan sekarang, dengan kata lain, Putu sedang membantu Ye Jun agar bisa bersama-sama dengan perempuan yang dicintai sahabatnya itu. Bahkan sampai Putu sengaja membuat Natya mabuk, agar Ye Jun bisa memiliki perempuan ini sepenuhnya.

Akan tetapi sepertinya Putu tidak tahu, jika sebenarnya Natya memang sudah dimiliki Ye Jun sepenuhnya ketika perempuan itu pertama kali datang ke Myeongdong.

"Maafin gue, mbak Natya. Nanti lo akan berterima kasih sama gue."

Putu berjalan kembali ke hotel sambil menggendong Natya di punggungnya. Disepanjang jalan langkahnya menuju hotel, tidak ada satu orang pun yang peduli akan kegiatannya itu. Batin Putu merasa berbeda sekali dengan negara tempatnya dilahirkan. Masyarakat di negaranya, sedikit saja melakukan kesalahan akan digunjing tidak berhenti-henti. Tapi parahnya gunjingan itu bukan malah menghancurkan, melainkan menjadikan sosok yang digunjing menjadi terkenal.

Yah, itulah bedanya negara berfollower dengan negara ginseng ini. Akan tetapi bagaimana pun bentuk negaranya, Putu bangga dilahirkan di sana.

Ketika langkahnya sampai di lobby hotel, sebuah mobil mewah berhenti tepat di dekatnya. Sejenak Putu tersenyum, dia tahu siapa pengemudi mobil tersebut.

"SAEKKIA!!!!" Cengkram Ye Jun pada bagian rahang Putu.

Bahasa kasar yang keluar dari mulut Ye Jun semakin membuat Putu yakin apa yang dilakukannya sudah benar.

Dengan paksa Ye Jun menurunkan Natya dari punggung Putu. Kemudian dia yang menggendong Natya dengan kedua tangannya untuk masuk ke dalam hotel milik keluarganya itu.

Beberapa karyawan yang berkerja untuk hotel tersebut menunduk hormat padanya, sambil terus mengikuti langkah Ye Jun menuju kamar di mana tempat Natya menginap.

"Saekkia... saekkia. Bilang aja asu. Emangnya gue enggak tahu artinya." Gumam Putu sambil mengusap bagian rahangnya yang terasa sakit akibat tangan Ye Jun tadi.

Namun saat melihat ekspresi panik dari Ye Jun, Putu tahu sekali seberapa besar rasa Cinta Ye Jun untuk Natya.

***

Natya merasakan kepalanya sakit sekali ketika terbangun. Dan rasanya dia ingin memuntahkan semua isi perutnya karena ada sesuatu yang mendesaknya keluar.

Masih dengan setengah terpejam, Natya bangun. Berjalan semboyongan ke toilet, lalu memuntahkan semuanya.

Air matanya tidak mau berhenti ketika bagian lambungnya terasa sakit sekali. Berulang kali dia membasuh wajahnya dengan air sembari merasakan sebuah pijatan lembut di bagian leher belakangnya.

Ketika kepalanya Natya tegakkan, terlihat pantulan seseorang dari cermin di hadapannya.

Di sisinya ada Ye Jun yang terus memijat lehernya.

Namun saat Natya sadar, perempuan itu segera menghindar dan hampir terpleset di lantai.

Untung saja tangan Ye Jun cukup gesit menahan tubuhnya. Jika tidak pagi ini tidak hanya kepala, dan perut Natya yang merasakan sakit. Tapi bagian pantatnya juga.

"Ye Jun." Kata Natya tidak percaya melihat laki-laki itu di depannya.

"Masih mau muntah?" Bukannya menjawab, Ye Jun malah bertanya hal lain pada Natya.

Dengan sabar Ye Jun memapah tubuh Natya untuk kembali ke atas ranjang. Dia memberikan obat penghilang mabuk kepada Natya, sebelum meminta Natya untuk berbaring kembali.

"Kenapa kamu bisa ada di sini?" tanya Natya bingung.

Ye Jun tersenyum sejenak. Pakaian formalnya semalam sudah berganti dengan sesuatu yang jauh lebih santai.

"Kamu yang mengundangku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu yang mengundangku."

"Aku?" tunjuk Natya pada dirinya sendiri. Dia kembali mengingat-ingat kejadian tadi malam. Rasanya semalam dia hanya bersama Putu, tapi kenapa ketika dia bangun, malah Ye Jun yang menemaninya.

"Kamu salah. Aku enggak akan pernah mengundangmu." Kata Natya merasa kesal karena beberapa waktu lalu ditinggalkan begitu saja oleh Ye Jun untuk kembali ke negaranya ini.

"Suatu saat kamu pasti akan mengundangmu." Balas Ye Jun dengan tatapan masih tertuju ke arah Natya yang berbaring di atas ranjang.

"Untuk apa aku mengundangmu, kalau kenyataannya aku tahu kita enggak akan pernah bisa bersatu." Katanya melirih.

Natya sengaja menutup seluruh tubuhnya dengan selimut sambil berusaha menahan tangis. Dia tahu masalah ini sudah terlalu serius. Apalagi kenyataan yang tidak bisa dipungkiri adalah perbedaan keyakinan antara mereka.

Beberapa saat Natya menunggu suara jawaban dari Ye Jun, tapi dia sama sekali tidak mendengarnya. Karena merasa penasaran, Natya mengintip dari balik selimutnya, dan tidak menemukan Ye Jun di sofa yang tadi laki-laki itu duduki.

Sadar karena ditinggalkan, Natya membuka selimut tersebut kembali. Dan betapa terkejutnya dia ketika sadar jika Ye Jun sedang berdiri di sisi ranjang satunya. Memerhatikan Natya yang merasa malu.

"Kamu lupa kita pernah bersatu. Atau perlu aku ingatkan kembali." Katanya merangkak naik ke atas ranjang. Membuat seluruh tubuh Natya merinding melihat tatapan manik mata Ye Jun.

Sebelumnya dia pernah melihat tatapan seperti ini, dan berakhir meninggalkan kenangan yang tidak akan mungkin dia lupakan.

Lalu kali ini apakah akan berakhir sama? Atau...

Belum selesai Natya berpikir, Ye Jun sudah memenjarakan tubuhnya. Laki-laki itu dengan santai mencumbui bagian leher Natya sambil akhirnya erangan nikmat lolos dari bibir perempuan itu.

"Aku benar-benar akan mengikatmu, Natya. Tidak peduli Tuhan mu mengatakan itu salah atau benar."

Ye Jun mengatakannya dengan sangat tegas sebelum tangannya berhasil menyentuh bagian-bagian sensitif dari tubuh Natya. Seorang perempuan yang berhasil membuatnya gila saat pertama kali bertemu di Myeongdong.

Continue.
Uwoo.. Uwoo.. Ini cerita FF amat yak..
Lah emang ini pgnnya jadi FF.. Ehakaka..

A Man With Dimple'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang