Tolonglah berdoa pada Tuhanmu, agar bisa menuntaskan rindu menjadi temu.
Sisa-sisa dari musim dingin belum sepenuhnya hilang. Udara di Seoul masih cukup dingin bagi seseorang yang terbiasa tinggal di iklim tropis. Meskipun katanya musim semi seharusnya sudah hadir, namun udara dingin seakan tetap tertinggal di daerah ini.
Ketika Natya berhasil mendarat lagi di Seoul, dia cukup bingung harus melakukan apa pertama kali. Apalagi dulu, sekitar 4 bulan yang lalu dia ke sini, semua fasilitas sudah disediakan oleh kantornya, sehingga Natya tidak perlu memikirkan apapun juga.
Namun karena kedatangannya ke sini terlalu mendadak, akhitnya Natya memaksa dirinya untuk mandiri. Dia memesan tiket sendiri dari Jakarta ke Seoul, lalu mereservasi hotel di tempatnya yang dulu pernah ia tempati juga, sampai dia mencoba mencari tahu transportasi apa saja yang bisa mencapai tempat itu dari bandara Incheon.
Semua ini dia lakukan demi menyelesaikan kasus yang menyeruak, hingga menyeret nama anak dari salah satu direktur bank Indonesia. Sebenarnya sebelum Natya memutuskan untuk pergi ke Korea lagi, dia sempat mencari-cari info mengenai keberadaan Putu. Akan tetapi sayangnya salah satu info menyebutkan, Putu, pengusaha hotel di Bali itu memang sedang tidak berada di Indonesia. Atau mungkin lebih tepatnya dia kabur dari negara ini.
Karena itulah, sesuai perintah dari atasannya, Natya mau mencari tahu di mana keberadaan Ye Jun dan Putu. Natya juga ingin mengatakan kepada mereka berdua agar masalah ini bisa segera diselesaikan. Tanpa membawa nama perusahaannya. Yah, walau Natya tahu semua itu tidaklah mungkin, tapi setidaknya perusahaannya hanya sebagai jasa pembantu untuk mendistribusikan senjata api ilegal itu.
Setelah beberapa saat tenggelam dalam pikirannya, Natya terus berjalan keluar dari bandara ini. Dia terlihat kesusahan menarik kopernya yang cukup besar. Namun sebelum dia pergi menuju hotelnya. Natya sengaja melangkah menuju salah satu booth yang memberikan jasa peminjaman router agar bisa dia pergunakan selama di Korea.
Maklum saja dia tidak tahu kapan akan kembali ke Indonesia. Sehingga selama masih dalam tahap penyelidikan kasus ini, Natya berusaha menemukan pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Agar dapat menghentikan pemeriksaan ini.
Ketika dia keluar dari bandara, aroma musim semi terasa sekali tercium di hidungnya. Walau sisa-sisa udara dingin masih bisa ia rasakan, Natya yakin sebentar lagi daun-daun yang gugur kembali tumbuh seperti semula.
Sambil melangkahkan kedua kakinya menuju stasiun kareta bawah tanah, pandangan mata Natya terus tertuju pada map diponselnya. Dia tidak ingin tersesat dihari pertamanya mendarat kembali. Karena ini adalah kedatangannya yang kedua. Dan dia harus lebih berani dibandingkan terdahulu.
Kadang Natya merasa lucu sendiri jika mengingat-ingat masa lalunya yang sekalipun tidak pernah ingin melakukan perjalanan dinas. Meskipun bosnya sering kali memaksanya, Natya masih dapat berkilah dan menolak permintaan bosnya itu.
Tapi anehnya, kali ini kenapa dia dengan berani menyanggupi kepergiannya ke Korea seorang diri? Bahkan dia harus memukan Ye Jun di negara ini yang entah berada di bagian mananya.
Apa mungkin semua ini karena perasaan yang dia miliki di hatinya? Ataukah ada hal lain?
Karena masih belum menemukan jawabannya, Natya terus saja melangkahkan kaki dengan kepalanya tertunduk. Dia bahkan sama sekali tidak sadar dengan info televisi di sebuah gedung yang menyiarkan sosok Ye Jun.
Dari gambar yang ditampilkan, jelas sekali terlihat Chung Min Jun atau yang Natya kenal dengan nama Whan Ye Jun tengah dikerumuni oleh orang banyak. Kamera ponsel, sampai kamera profesional terus saja membidik tampilannya dari atas sampai bawah. Seakan-akan Chung Min Jun atau Whan Ye Jun adalah sosok yang sedang dinanti-nantikan kemunculannya oleh seluruh dunia. Apalagi Korea Selatan.
Semua orang Korea Selatan tahu jika Chung Min Jun adalah seorang putra taipan di Korea Selatan. Dan berita dari laki-laki tampan ini memang sangat ditunggu-tunggu semua orang. Sehingga sedikit saja Chung Min Jun tampil didepan publik, maka semua mata akan tertuju padanya.
Namun sayangnya Natya sedikitpun tidak melihat berita itu. Dia hanya mengikuti nalurinya dan memilih mendatangi hotel yang dulu tempat dirinya pernah bertemu pertama kali dengan Ye Jun.
***
"Whan Ye Jun," ucap Natya sambil mengetikkan nama itu di laman pencarian.
"Ye Jun shi."
"Ye Jun oppa."
"Ye Jun ahjussi."
"Ye Jun samchon."
"Whan Ye."
Berbagai macam nama sudah Natya ketikan namun hasilnya sama saja, tidak ada satupun hasil dari nama itu. Semakin otaknya digunakan untuk berpikir, rasanya kepala Natya seakan ingin meledak.
Dia tahu menemukan Ye Jun di negara ini bukanlah hal yang mudah. Lalu kenapa dia masih percaya akan menemukan Ye Jun di myeongdong ini?
Sambil terus berpikir, nama mulai memasukkan nama BxC di laman pencarian. Ia pikir akan menemukan jawabannya dari bisnis tersebut. Tapi nyatanya tidak.
Dia tertawa geli. Hati kecilnya memaki, mana mungkin ada nama perusahaan ilegal Ye Jun di laman pencarian. Karena itu dia menjadi gila sendiri dibuatnya.
Berusaha memfokuskan pikirannya, Natya memandang keluar kamar hotelnya melalui jendela kaca. Otaknya berusaha keras mencari kata kunci agar dapat menemukan siapa sebenarnya Ye Jun. Tapi semakin lama dia tenggelam dalam pikirannya, semakin buntu dirinya.
"Berasa kayak lagi cari siluman nih gue." Gumam Natya sambil menikmati secangkir kopi khas Korea yang sangat sesuai di lidahnya.
Matanya terpejam sejenak. Dia butuh udara segar untuk memikirkan langkah selanjutnya. Karena jika ia tidak bergegas, yang ada perusahaan tempatnya bekerja akan ditetapkan sebagai tersangka menjual barang ilegal. Padahal pihak perusahaannya hanya merasa terjebak.
Eh, perusahaannya yang terjebak atau dia?
Setelah memutuskan untuk keluar hotel, menikmati musim semi di daerah myeongdong, Natya dikagetkan oleh seseorang yang memanggilnya.
Namanya dipanggil dengan keras oleh orang tersebut, sampai kedua mata Natya melotot tidak percaya melihat sosok itu berdiri, tersenyum tak jauh dari tempatnya.
Ternyata niatnya untuk menyelesaikan masalah ini disambut baik oleh Tuhan. Kali ini Tuhan membantunya menemukan jalan terbaik.
Langkah kedua kaki Natya terasa ringan ketika mendekati orang itu. Walaupun dia merasa senang, namun entah kenapa hatinya merasa sedih, mengingat beberapa kejadian sebelumnya yang berhubungan dengan laki-laki ini.
"Natya, apa kabar?"
Tangannya terulur ke arah Natya. Dia terus tersenyum, membuat Natya bingung harus menyambutnya atau tidak.
"Merasa terpanggil untuk kembali lagi ke myeongdong?"
Tersindir oleh kalimat itu, Natya menanggapi kata-katanya dengan senyuman sebal. Kenapa dia bicara seperti tahu segalanya tentang myeongdong? Apa mungkin dia...
"Senang bisa bertemu pak Putu lagi di tempat yang berbeda."
Continue..
Hahahahaaaa...
Balik lagi nih yeee..
KAMU SEDANG MEMBACA
A Man With Dimple's
FanficNatya awalnya tidak pernah mau jika disuruh melakukan perjalanan dinas oleh kantornya. Selama hampir 5 tahun bekerja, dia seperti anak ayam yang tidak berani keluar dari kandangnya, Head Office. Tapi ketika nama negara idamannya disebut, dengan sem...