Berteman denganmu memang keputusanku, namun untuk jatuh Cinta lagi padamu sama saja aku mati bunuh diri.
Tanpa ampun Natya mengusir Ye Jun dari kamar hotelnya. Dia menjerit-jerit karena menerima pukulan Natya menggunakan sepatu heels-nya. Sakit memang, tapi Ye Jun pikir sakitnya tidak sebanding dengan luka yang dia berikan kepada Natya. Padahal diawal bertemu dulu, Ye Jun sudah mengatakan jika Tuhan akan selalu melindungi Natya. Namun parahnya Ye Jun malah menjadi iblis yang mengacaukan semuanya.
"JANGAN DATANG-DATANG LAGI. DASAR COWOK ENGGAK TAHU DIRI!!!"
Sebuah bunyi pintu tertutup yang sangat kencang memutuskan pandangan mata Ye Jun pada Natya. Dia kini memilih diam, di depan pintu tersebut sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Pikirannya memutar memori tadi malam, karena sedikitpun dia tidak ingat bagaimana caranya dia bisa berhasil masuk ke dalam kamar Natya bahkan tidur di ranjangnya semalaman.
Sebelah sudut bibir Ye Jun tertarik tinggi. Ternyata oh ternyata, mau semarah apapun Natya, perempuan itu tetap mau menerima dia dengan baik.
"Perempuan dengan seribu kebohongan di mulutnya."
Ye Jun nampak berjalan santai dalam lorong hotel tersebut, sampai dia berbelok ke arah lift, seorang laki-laki berpakaian santai sudah menunggunya sedari tadi.
Dia adalah kaki tangan Ye Jun dalam menjalankan bisnis gelapnya ini.
"Persiapkan semuanya. Kita ada pesanan besar dari orang penting di negara ini."
***
Kemarahan Natya kembali terjadi. Kini dia mengungkapkannya kepada bosnya di Jakarta. Dia merasa tidak sanggup lagi melaksanakan tugasnya kali ini. Karena Natya pikir banyak hal yang akan menyandung langkahnya dikemudian hari. Contohnya saja, masalah pribadi antara dirinya dan Ye Jun. Yah, walau masalah pribadi tidak baik disangkutkan dalam pekerjaan, namun tetap saja. Setiap melihat wajah Ye Jun, emosi Natya tidak bisa terkendali.
Sedangkan masalah lainnya, jasa penyedia barang yang kantornya jalani kali ini akan berhadapan dengan sesuatu yang baru. Yaitu, pihak kantornya, dengan Natya sebagai PIC nya harus siap bekerja sama dengan Ye Jun, di mana dia menjalani perusahaan yang ilegal. Itu berarti Natya juga harus hati-hati dalam melangkah.
"Kamu pikir-pikir dulu, Natya. Kamu sendiri kan yang awalnya siap menjalani tugas ini. Lagi pula siapa lagi yang harus gantiin kamu? Saya? Yang lainnya juga sedang ada tugas masing-masing. Nanti saya hubungi konsumen ini. Minta sabar untuk menanti barangnya, karena saya paham kamu juga pasti harus usaha pelan-pelan agar tidak dicurigai."
Natya hanya bisa menghela napasnya. Dia paham inilah tanggung jawabnya. Dan dari awal dia yang bersedia ditugaskan dalam transaksi kali ini.
"Kalau begitu saya minta banyak waktu, Pak. Saya juga butuh mendalami seberapa parahnya kalau perusahaan kita sampai dicurigai."
"Boleh. Saya akan membuat nego dengan konsumen itu."
Selepas sambungan teleponnya terputus, Natya mencoba memikirkan bagaimana cara terbaik agar dia bisa menyelesaikan dengan cepat transaksi ini.
"Gue enggak boleh lama-lama ketemu tuh orang." Natya terus bergumam.
Ketika dia punya sebuah ide cemerlang, Natya langsung meraih tas tangannya, lalu berjalan keluar kamar hotelnya untuk bertemu seseorang.
Kali ini dia langsung bertemu Putu. Konsumen yang sudah bekerja sama dengan kantornya.
Karena Natya malas bertanya pada Ye Jun, ataupun malas membaca informasi mengenai perusahaan ilegal yang Ye Jun jalani, maka Natya yakin Putu bisa menjelaskan semua hal padanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
A Man With Dimple's
FanfictionNatya awalnya tidak pernah mau jika disuruh melakukan perjalanan dinas oleh kantornya. Selama hampir 5 tahun bekerja, dia seperti anak ayam yang tidak berani keluar dari kandangnya, Head Office. Tapi ketika nama negara idamannya disebut, dengan sem...