Aku tidak ingin terluka lagi, karenanya aku melepaskanmu dan berharap kamu pergi. Tanpa ternyata bayangmu tidak pernah hilang dari hati ini. Lalu aku harus bagaimana lagi?
Bertemu dengan orang yang dikenal di negara asing memang menjadi keberuntungan untuk Natya. Perempuan itu langsung tersenyum ceria dan tidak lagi merasa ketakutan seorang diri di negara ginseng ini. Natya langsung terus menepel pada Putu yang terus memerhatikannya penuh kewaspadaan.
"Kamu ke sini liburan, mbak Natya?"
"Aduh panjang pak Putu ceritanya. Nanti saya ceritain. Karena saya juga ingin tahu alasan pak Putu ada di sini." Balas Natya sampai membuat wajah Putu bias.
Laki-laki itu seakan kesusahan menelan air ludahnya ketika Natya mengarahkan dirinya untuk berjalan menuju salah satu kedai yang dulu pernah ia datangi bersama Ye Jun.
"Baiklah mbak Natya, bisa dijelasin alasan mbak Natya berada di sini?"
Natya meneguk air putih dingin yang disajikan kedai itu sembari menunggu menu pesanan mereka disajikan. Sejenak dia menatap Putu. Memicingkan matanya, lalu tertawa geli.
"Kenapa ketakutan begitu, pak Putu? Tenang saya datang ke sini tidak akan menangkap anda. Karena pak Putu dan perusahaan tempat saya bekerja memiliki satu kesamaan. Jadi tidak mungkin kita akan saling menjatuhkan."
"Ma... maksud mbak Natya?"
Dengan senyuman sindiran yang belum lenyap dari bibirnya, Natya mulai menjelaskan kenapa dia di sini. Apalagi keadaan Indonesia yang semakin bergejolak, membuat perusahaan tempatnya bekerja semakin waspada.
Meskipun perusahaan itu hanya bertindak sebagai jasa saja. Membantu membelikan pesanan dari Putu, sebagai konsumennya. Namun tetap saja perusahaan itu bisa langsung disalahkan karena melakukan transaksi ilegal.
"Hum, sudah saya tebak sebelumnya." Sambut Putu. "Karena itu setelah transaksi tersebut selesai, saya dipanggil Min Jun untuk datang ke sini. Alih-alih membantunya, ternyata saya disembunyikan di sini. Dan segala hal yang menyangkut transaksi tersebut sedang dibereskan oleh pihaknya."
"Min Jun?" ulang Natya tidak yakin benar. Dia memang mendengar Putu mengucapkan nama Min Jun, namun dia tidak tahu siapa itu? Secara pihak-pihak yang berhubungan dengan transaksi tersebut hanya dirinya, Putu, dan Ye Jun.
Apa mungkin?
"Aduh, seharusnya bukan saya yang menyebutkan nama itu. Tapi.... "
"Siapa Min Jun?" selidik Natya begitu penasaran.
Putu menghela napas berat, sambil melirik ke kiri dan kanannya. Kedai tersebut memang sangat ramai, dan dia harus mengecilkan volume suaranya.
"Dia adalah Ye Jun."
"Kenapa dia mengganti namanya? Saya tahu dia memiliki nama lain, tapi sampai saat ini saya belum memahami maksud dia mengganti namanya."
Putu menggelengkan kepalanya. "Mbak Natya bisa tanyakan langsung hal itu pada dia. Saya tidak ada hak untuk menjelaskan di sini."
"Oke. Baiklah, baik. Aku ikuti gaya permainannya. Tapi masalahnya di sini, keterikatan kita semua dalam transaksi itu, bagaimana caranya agar bisa terlepas dari semua ini? Memangnya dia bisa apa? Polisi di Indonesia sudah bertindak. Dan pastinya akan melibatkan banyak pihak. Termasuk perusahaan tempat saya bekerja."
Natya terlihat sekali panik. Tapi Putu malah menertawakannya. "Kamu belum kenal siapa dia sebenarnya? Saat kamu tahu siapa dia, kamu akan merasa semuanya tidak ada yang mustahil untuk dilakukan."
Kini Natya mencoba untuk mempercayai kata-kata Putu. Namun masalahnya, apa dia akan bertemu Ye Jun di negara ini?
"Lalu bagaimana aku bisa bertemu dengan dia?"
KAMU SEDANG MEMBACA
A Man With Dimple's
FanficNatya awalnya tidak pernah mau jika disuruh melakukan perjalanan dinas oleh kantornya. Selama hampir 5 tahun bekerja, dia seperti anak ayam yang tidak berani keluar dari kandangnya, Head Office. Tapi ketika nama negara idamannya disebut, dengan sem...