Aku terusik ada sesuatu yang mengganggu tidur nyenyak ku. Seperti terasa sesuatu yang menyerang leherku, mencium dan mengisap disana. Jujur itu membuatku merasa syok hingga membuat aku membuka mata.
"Ah, kau sudah bangun rupanya, " aku mengucek mataku sampai tiga kali, aku tidak salah yang berada di sebelah ku sekarang memang Jimin.
"Apa yang kau lakukan? " semburku kesal, lalu mendorong Jimin agar menjauh dari area leher ku.
"Tubuhmu cantik, " ucap Jimin sensual, tapi aku berusaha mengabaikannya. Memejamkan mataku beberapa kali sebelum akhirnya aku benar-benar tersadar.
Bagaimana bisa aku berakhir di ranjang?Bersama Jimin?
Aku mencoba mengingat kejadian semalam tapi sama sekali tidak bisa, seakan semuanya terasa kabur. Aku tersengal saat ingin beranjak dari tempat tidur, karna detik itu aku baru tersadar bahwa hanya tubuh polosku tanda busana, aku terlanjang.
"Jangan pucat begitu, kita semalam tidak melakukan hal apapun. Walaupun sebenarnya aku ingin sih, " kata Jimin seolah tau aku butuh penjelasan.
Jimin benar aku tidak merasakan sakit dibawah sana, karna setahu ku saat pertama kali melakukan hubungan intim pasti akan terasa sakit. Tapi tidak denganku saat ini, lalu selanjutnya aku hampir memekik saat menyadari ada banyak bercak merah dileher ku. "Jimin kau gila! "
"Maafkan aku, soal itu aku tidak bisa menahannya, " kekeh Jimin tanpa rasa bersalah.
"Kenapa aku bisa bertelanjang! " semburku lagi-lagi.
"Kau mabuk sayang dan muntah di bajumu, karna aku tidak ingin kau masuk angin jadi kulepas saja semuanya. " Jawabnya santai, tapi aku malah semakin memanas.
"Tapi tidak dengan menelanjangi ku juga 'kan!? "
"Lupakan itu sayang, jadi bagaimana kita tetap jadi menikahkan? " tanya Jimin masih saja, kenapa lelaki ini terus mendesak untuk menikah.
"Aku tidak mau, menikah saja kau dengan wanita lain. "
Jimin menyeritkan dahinya, "Kau yakin? "
"Kenapa tidak, " aku semakin meremas erat selimut. Jujur saat ini aku merasa begitu canggung sekaligus malu, tanpa selimut ini tubuhku benar-benar polos tanpa benang sedikitpun. Di tambah lagi seranjang dengan laki-laki dan itu Jimin.
Jimin mengambil sesuatu dari laci meja, dua lembar foto polaroid. Aku awalnya tidak mengerti sampai aku melihat gambar di foto itu. "Bagaimana jika Appa mu melihat ini, kau yakin masih mau menolak lamaran ku? "
Aku membeku saat melihat foto itu, itu aku dan Jimin membuat aku muak sendiri melihat foto itu, sangat vulgar. Ini tidak seperti Jimin yang aku kenal, apa Jimin benar-benar terobsesi ini untuk menikah?
"Aku tidak perduli Jim, aku tidak mau! " kataku masih bersikeras.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.