13

7.6K 419 8
                                    

Aku terdiam tepat di depan Jimin sambil melihat Jimin yang mengobati lukanya sendiri, nampaknya aku sudah keterlaluan. Jimin kelihatan dingin dengan rahang yang mengeras, apa Jimin sedang marah? Bahkan menatap mata Jimin saja aku tidak berani.

"Oppa-marah? " tanya ku takut-takut sambil mengigit bibir ku ragu.

Jimin mengeleng, meletakan kapas itu di atas tempat obat. Sejujurnya itu sangat mustahil Jimin lakukan-mengobati lukannya sendiri. Aku sudah sempat menawarkan diri untuk mengobati lukanya, tapi dia menolak. Dia menarik ku duduk ke pangkuannya, tapi wajahnya tetap saja seperti marah namun ditahan.

Kadang aku tidak habis pikir sendiri dengan Jimin, kenapa dia tidak menolak saja. Tau gini 'kan aku yang malah merasa bersalah.

Aku sedikit merasa tidak enak berada di pelukan Jimin, dia tidak memakai baju!

"Punggung ku sakit, " adunya padaku, sebetulnya aku sudah tau itu tanpa dia mengadu. Untuk apa lagi dia bilang, apa untuk mempertegas kalau aku pelakunya?

"Kau harus bertanggung jawab, " ucapnya tidak tertebak.

"Tapi Oppa sendiri yang mau,"

Jimin mengercutkan bibirnya, aku tau sekarang giliran dia lagi yang marah padaku.

Kami sama-sama terdiam, sampai pada akhirnya aku membuka suara. "Kalau begitu Oppa boleh mencium ku, " ucap ku memberi penawaran.

Sesuai tebakan ku Jimin tersenyum dan langsung bersemangat mendengar itu, "Benarkah sayang? "

"Tapi hanya tiga kali, tidak lebih. "

"Yak! Kau memukul ku lebih dari sepuluh kali tapi aku hanya boleh mencium mu tiga kali!! " protes Jimin tidak terima berteriak di depan ku, membuat aku sedikit mendelik.

"Ya sudah, kalau begitu tidak usah, " aku berniat turun dari pangkuan Jimin, tapi dia menahanku.

"Kalau begitu baiklah, " jantung ku berdegub kencang saat Jimin mendekatkan wajahnya. Aku tercekal merasakan nafas Jimin yang memburu dan terasa hangat menerpa leherku.

Aku sedikit memekik saat Jimin mencium bibir ku dengan ganas, tanpa ampun. Membuat aku berapa kali memukul dadanya dengan kasar karna hampir kekurangan nafas. Aku ingin protes karna ini bukan ciuman! Jimin semakin melumat bibir ku dengan kasar, menggigit bibir bawahku memaksaku untuk membuka mulut.

"Eungh-," aku melenguh saat merasakan lidah Jimin bermain di dalam mulut ku. Bibir tebal miliknya terus mempermainkan ku.

Jimin berhenti saat dia sudah merasa puas, bibir ku bahkan membengkak karena gigitan dan lumatan kasarnya. Jimin membalas dendam padaku!

"Oppa jahat! " kesal ku.

Jimin tersenyum puas, "Oppa tidak dengar sayang, " katanya sambil menutup kuping, Jimin mempermainkan ku.

"Oppa jahat aku benci! " maki ku lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Oppa jahat aku benci! " maki ku lagi.

"Kita impas sayang, " jawab Jimin menang. "Ah, rasanya belum," Jimin tersenyum penuh smirk ke arahku.

"Hah? " aku bingung dengan apa maksudnya?

"Sebentar saja, " Jimin menatap ku penuh arti.

"Oppa-?"

Double up hohoo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Double up hohoo

Males panjang-panjang g ad yg suka

𝐆𝐨𝐨𝐝 𝐋𝐢𝐚𝐫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang