Aku merasa sedikit aneh dengan diriku sendiri, semejak beberapa hari ini aku menginginkan banyak hal. Aku juga sering mual-mual lalu sampai akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke dokter kandungan tanpa sepengetahuan Jimin.
Dugaan ku benar aku hamil dan sekarang sudah berjalan satu bulan. Mendadak pikiran ku berputar pada satu minggu yang lalu saat aku pingsan. Jimin bukan seseorang yang menganggap remeh kesehatan, dia pasti langsung membawa dokter untuk memeriksa ku saat itu. Berarti Jimin lebih dulu tau aku hamil dan sengaja tidak memberi taukannya padaku.
Jangan bilang Jimin memperlakukan ku sebaik ini hanya karena aku hamil, bukan karna dia benar-benar mencintai ku. Dadaku terasa sesak memikirkan itu, padahal aku sudah sempat melupakan masalah kami dan mencoba untuk memaafkan Jimin. Tapi sayang aku hanya terlalu berharap dari yang seharusnya.
Aku terisak menahan tangis ku di dalam kamar, sampai aku berakhir menangis sesegukan. Harusnya sejak saat itu aku tidak membiarkan Jimin menyentuhku, karna kondisi seperti ini semakin memparah keadaan.
Aku merasakan seseorang membuka pintu membuat aku buru-buru menghampus air mataku. Bagaimana pun aku benci terlihat lemah di depan orang lain, apalagi orang itu adalah Jimin.
"Lea kau kenapa? " tanya Jimin khawatir entah padaku atau karna bayi yang aku kandung.
Aku tidak menjawab dan langsung pergi dari kamar dengan mata yang sembam. Jimin mengejar ku membuat aku merasa kesal.
"Lea kau kenapa? Kau ingin sesuatu? " tanya Jimin saat berhasil mengejar ku.
Aku berbalik dan langsung menatap Jimin tajam, "Katakan padaku kenapa kau tidak jadi menceraikan ku! " tuding ku langsung.
Jimin tidak langsung menjawab,"Lea dengar-,"
"Karna aku hamil 'kan Jim? " potong ku membuat Jimin terkejut bingung karna aku bisa tau.
"Bukan begitu, itu sama sekali tidak ada hubungannya, "
Aku langsung terisak, "kau bohong, kau baik padaku hanya karena anak ini 'kan? Kau tidak pernah mencintai ku,"
"Kenapa kau melakukan ini Jim, harusnya kau ceraikan saja aku! " teriak ku dengan dada yang memburuh. "Kau hanya menginginkan anak ini, "
Jimin terdiam menatap ku yang sedang menangis dengan tatapan polosnya kepadaku. Lalu menunduk.
"Lea Jimin kalian kenapa? " aku menoleh ke arah pintu saat melihat Eomma ku datang.
Eomma memelukku yang sedang menangis, "Kau kenapa sayang, kenapa kau tidak menghubungi kami lagi? " tanya eomma khawatir mengusap air mataku dan rambut yang menghalangi wajahku.
Aku tidak menjawab, karna sudah jelas itu sebuah karna Jimin. Dia melarangku untuk menghubungi keluarga ku.
"Aku ingin pulang, " pinta ku membuat Jimin yang tadinya menunduk langsung menatap ku memohon.
"Lea kau ada masalah dengan Jimin? Selesai-,"
"Aku mau pulang! " bentaku memotong, tidak ada yang perlu diselesaikan lagi.
"Lea aku mohon dengarkan aku dulu , " Jimin akhirnya bersuara.
"Aku janji akan menjaga anak ini dengan baik, kau tidak usah khawatir, " kataku mencoba tersenyum.
"Lea apa maksudnya? " tanya eomma menatap ku dengan Jimin secara bergantian.
"Kami akan bercerai, " putusku sepihak, aku tidak perduli dengan Jimin.
"Tapi kenapa? " tanya eomma tidak percaya.
"Jimin menghianati ku, " jawabku pada akhirnya. Jimin hanya diam, dia kehilangan keberanian nya untuk bicara. Karena memang dari awalnya dia yang salah.
Eomma menatap Jimin tidak percaya, bingung mau mempercayai siapa disini. "Kalau begitu kita pulang, kau harus menenagkan diri dulu, " bujuk eomma padaku.
Di perjalanan pulang aku menceritakan semuanya pada eomma, tentang Jimin dan Yoora, maupun tentang kehamilan ku.
Aku juga berharap aku tidak akan pernah melihat Jimin lagi, setidaknya sampai aku melahirkan anak ini.[]
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐆𝐨𝐨𝐝 𝐋𝐢𝐚𝐫
Fanfiction➶[Warning nc❗️] ✱✲✵જ! ·﹆〻₎∖ Penghianatan dalam rumah tangga adalah bumbu yang manis. Publish : - Copyright ©Skylightzv