11

9.6K 424 12
                                    

Sebenarnya aku hanya mengira Jimin cuma menggertakku saja, tapi ternyata dia benar-benar melakukan apa yang dia katakan. Untuk menghubungi kedua orangtua ku saja sama sekali tidak bisa kulakukan , karna Jimin menutup semua akses ku terhadap dunia luar.

Sudah sekitaran tiga minggu aku hanya berdiam diri dirumah, aku memang masih bisa pergi ke kampus. Tapi Jimin menyuruh beberapa orang bahkan mahasiswa di tempat kuliah ku untuk mengawasi ku. Sangat gila.

Jika dipersentasikan seberapa besar aku membenci Jimin, aku akan memberi 100%. Karna setia kali aku melihat Jimin aku rasa benciku semakin bertambah, bahkan memikirkan nya saja sampai membuatku memanas sampai ke ubun-ubun.

"Kau sudah makan? " tanya Jimin yang baru datang dari ruang kerjanya.

Aku tidak menjawab, seperti biasa aku akan mengabaikannya. Jimin hanya tersenyum kecut dengan sikap ku, baguslah kalau dia tau aku benar-benar membencinya.

Serumah dengan orang yang kita benci itu sangat menyebalkan. Aku membenci Jimin yang entahlah bersikap sok baik padahal aku sudah jelas-jelas tau keburukannya. Jujur itu tidak akan berhasil untuk ku, aku tidak akan luluh dengan itu, aku tetap akan membencinya.

"Bisakah kau membuka mulutmu sedikit saja, bukan patung 'kan?" aku langsung menghembuskan nafas kelewatan kasar.

"Anggap saja aku memang patung, mudah 'kan? " ucapku akhirnya angkat bicara.

Jimin mengubah posisi duduknya, "Aku tidak pernah menikahi sebuah patung Lea, "

"Aku juga tidak pernah mau menikahi seorang buaya darat brengsek, " ucapku tidak mau kalah, lalu memutuskan untuk pergi ke ruangan lain di rumah ini yang tidak ada Jimin nya, atau jauh dari mahluk yang bernama Jimin.

"Lea dengar-," aku langsung menepis tangan Jimin saat dia mencoba meraihku.

"Ceraikan aku Jim, " pinta ku untuk kesekian kalinya, mataku terasa panas.

Jimin menggeleng lemah "Aku tidak bisa, "

Emosiku meledak mendengar itu, "Kenapa tidak bisa? Kau gila Jim, kau tidak pernah mencintai ku, kau hanya memanfaatkan ku, kau benar-benar jahat! "

Aku memutuskan untuk pergi ke kamar, membuka lemari mengambil tas besar ku. Mengeluarkan pakaian ku secara tanpa memilihnya.

"Lea hentikan! " Jimin menahan tanganku dan mengunci semua pergerakan ku.

"Kau tidak akan pergi kemana pun, " Jimin menahanku sekuat yang dia bisa tanpa membuat aku merasa kesakitan karna pelukannya, Jimin memelukku dengan sangat hati-hati.

"Jimin lepaskan aku, " aku memukul dada Jimin bertubi-tubi, dan dia sama sekali tidak melawan atau menyingkir kan tangan ku. Dia membiarkan aku memukulnya dan melampiaskan emosi ku.

"Maafkan aku, maafkan aku, maafkan aku, " Jimin terus membisikan kata-kata itu berulang kali di kuping ku.

"Maafkan aku, maafkan aku, maafkan aku, " Jimin terus membisikan kata-kata itu berulang kali di kuping ku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝐆𝐨𝐨𝐝 𝐋𝐢𝐚𝐫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang