Saat bangun pagi ini Jimin sukses mengamuk besar saat melihat sprainya sudah berganti, di tambah pagi ini dia harus pergi ke kantor karna ayahnya mengncam.
Menyebalkan.
Tidak ada yang berani menegur Jimin baik di rumah maupun di kantor. Karna hawa panas Jimin dengan raut wajah yang tajam dan siap marah kapan saja.
Siang ini aku berencana menghampiri Jimin di kantor sekaligus membawakan bekal makan siang.
"Apa Jimin ada di kantor nya? " tanya ku pada resepsionis di bawah.
Resepsionis itu mengangguk, "Tuan Jimin ada diruangan nya, " aku tersenyum lalu berterima kasih dan segera menuju ke ruangan Jimin.
Tanpa mengetuk aku langsung masuk, persetanan dengan wajah orang yang berada di dalam sana nantinya.
"Siapa yang menyuruh mu ma-!" sesuai dugaan ku Jimin sudah siap memarahi ku. Tapi buru-buru terdiam saat melihat aku masuk.
"Lea! "
"Kenapa kau tidak senang? " tanya ku dengan nada datar.
"Bukan begitu, kenapa kau bisa kesini? " tanya Jimin tidak percaya.
"Kau tidak senang ya? "
"Ani-ya aku senang, senang sekali kau datang, "
Aku menatap wajah Jimin, bekas tinjuan ku tadi malam masih ada, " Pipi mu kenapa? " tanya ku pura-pura tidak tahu.
Jimin mengeleng, "mungkin karna aku jatuh tadi malam, "
"Jatuh apanya, itu gara-gara kau mengatai aku gendut tadi malam. Jadi aku pukul! " kesal ku pada akhirnya, aku masih sangat sensitif buktinya masih mempermasalahkan kejadian tadi malam.
"Jadi tadi malam kau benar-benar datang kerumah? " katanya tak percaya.
Aku mengangguk, "Jangan bilang pagi ini kau memarahi Ji Hyo ahjumma karna mengganti seprai mu? " tuding ku tajam.
Jimin menggaruk-garuk kepala tiba-tiba mati kutu. Melihat itu aku mendengus. "Aku membawakan Oppa bekal makan siang, makanlah, " ucap ku jadi lembut, akhir-akhir ini Jimin kelihatan lebih kurus dari sebelumnya.
"Terimakasih, " Jimin mengambil bekal makan siang itu dari tangan ku, "Boleh aku memeluk mu? "
Aku mengangguk membolehkan, barulah Jimin memeluk ku erat. "Oppa mau liat keadaan nya? Kemarin dia menendang-nendang? " ucap ku semangat memegang perutku.
"Aku boleh?"
Aku kembali mengangguk, "Oppa boleh memegangnya, " kataku tersenyum. Bersama dengan itu Jimin membawa ku duduk, lalu menempelkan kepalanya pada perut ku. Berbicara dengan bayi yang aku kandung Seakan-akan perutku juga bisa berbicara.
"Aw! " ringis ku.
"Lea kau kenapa? " tanya Jimin khawatir.
"Dia menendang! " ucap ku semangat dan menangis secara bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐆𝐨𝐨𝐝 𝐋𝐢𝐚𝐫
Fanfiction➶[Warning nc❗️] ✱✲✵જ! ·﹆〻₎∖ Penghianatan dalam rumah tangga adalah bumbu yang manis. Publish : - Copyright ©Skylightzv