Aku mengedarkan pandanganku yang berkunang-kunang. Objek yang ku tatap terlihat berputar. Aku mencoba menerka dimana aku sekarang dan ternyata aku berada di UKS sekolah.
Aku tidak tau siapa mereka yang telah membuatku hingga tak sadarkan diri. Mereka salah paham, aku bukan lah perempuan perebut pacar orang, apalagi aku dikatakan perempuan murahan.
Derap langkah kaki terdengar menuju ke arahku. Aku tidak tau siapa, karena ditutupi kain pembatas dan aku tidak bisa melihatnya. Rasanya badanku remuk semua.
Bunyi sibakan kain penutup hingga mataku menatap seseorang yang terlihat khawatir terukir jelas di wajahnya. Aku tersenyum lembut meski kini harus menahan rasa sakit di kepalaku.
"Syukurlah kamu udah sadar, aku khawatir banget sama kamu nggak balik-balik dari kamar mandi." Cerocosnya, aku tersenyum menanggapinya.
Tasya mendekatiku, lalu memelukku. Kemudian Tasya membantuku untuk duduk, tak lupa aku mengucapkan terima kasih kepadanya.
"Kenapa bisa kaya gini? Siapa yang lakuin hal jahat ke kamu?" Tanyanya khawatir. Aku tidak tau mereka siapa. Aku takut kalau Tasya bisa-bisa melabrak mereka dan Tasya bisa saja berurusan dengan gadis-gadis itu.
"Ada yang iseng kali." Jawabku tak masuk akal. Tasya mendengus kesal. "Bilang aja? Siapa yang udah berani nyelakain kamu?"
Aku menghela nafasku pelan, Tasya akan terus mendesakku sampai aku benar-benar mengatakannya.
"Aku tidak tau mereka siapa, mereka melabrakku dan dibilang perempuan perebut pacar orang." Jawabku dengan suara pelan.
"Perebut pacar orang? Kamu aja nggak punya pacar, atau yang dimaksud itu Alaska?" Tebaknya, aku mengangguk pelan. "Mereka juga bilang kalau aku merusak kebahagiaan Alaska, mereka juga bilang kalau aku ngak boleh dekat-sekat dengan Arsen lagi."
Aku tidak mengerti. Aku tidak salah, dan mereka mengataiku aku perempuan murahan? Aku tidak ingin mempunyai masalah dengan orang-orang, aku ingin damai tanpa ada yang membenci ku.
"Mereka siapa?"
"Aku tidak tau, tapi salah satu dari mereka aku tau namanya."
Aku menghembuskan nafasku gusar, takut jika Tasya melabrak gadis itu. "Hellena Tiffany"
Mata Tasya langsung membola saat aku mengatakan namanya. Aku pikir, Tasya tau orang nya, dan dugaan ku benar. "Gila? Dia melabrak kamu?!" Tanyanya tak percaya.
Aku mengangguk. "Diaa yang bilang agar aku jauh-jauh dari Arsen, karena dia bilang aku merebut dia dari Arsen."
Tasya menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya. "Tante-tante kaya dia ngaku pacarnya Arsen?! Yang ada Arsen jijik sama Hellena."
"Apa maksudnya?"
"Maksudnya, Hellena itu nggak pacaran sama Arsen, kamu tau sendiri kan kalau Arsen aja nggak suka berbaur dengan orang-orang, ya kali Arsen mau pacaran sama tante-tante kek dia." Jelas Tasya.
"Belum tentu juga kali, Tasya."
Tasya menggeleng-gelengkan kepalanya. "Arsen si cowok dingin itu nggak punya pacar! Bahkan setiap cewe yang ngungkapin perasaannya tanpa babibu Arsen akan menolaknya mentah-mentah."
Aku mengangguk mengiyakan. Sesaat, aku teringat, siapa yang sudah menolongku ke sini? Apa Tasya? Atau ada orang lain?
Ah, mana mungkin orang lain, aku saja hanya dekat dengan Tasya, tidak dengan orang lain."Makasih ya Tas, udah nolongin aku."
Tasya menatapku, menatapku dengan tatapan datar. "Bukan aku yang udah nolongin kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unconditional love [End]
Novela Juvenil[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [Romance + Mistery] Ini adalah tentang perjuangan mendapatkan kasih sayang orang tua yang pernah sirna, tentang bagaimana cara rasa sakit yang mengajarkan arti dari mengikhlaskan dan tentang kamu yang mengajarkanku banyak ha...