Unconditional love ; 8

1.3K 88 8
                                    


Mungkin benar, tak baik jika terlalu, seperti terlalu mencintai, terlalu menyayangi, dan terlalu takut untuk melepasnya pergi. Aku memang takut untuk melepasnya, tetapi sayang nya hal itu terjadi.

Ia pergi meninggalkan rasa sakit yang menjalar di hati. Ada baiknya melepas masa lalu demi masa depan yang akan datang. Hati juga berhak bahagia, dan mengikhlaskannya adalah hal yang terbaik untuk menghapus jejaknya di hati.

Masih terngiang kata-kata yang tertulis di novel yang sedang ku pegang sekarang. Aku memang rajin dan suka membaca novel. Meminjamnya ke perpustakaan dan mengembalikannya seperti yang ku lakukan sekarang.

Aku menatap novel bersampul warna biru, terlihat sangat menarik memang dari sampulnya saja. Tak salah juga aku memilih buku ini. Mataku terus memandang cover novel di tanganku ini, sampai-sampai aku tak memperhatikan jalan dan menabrak seseorang.

Refleks, aku terjatuh dengan seseorang yang juga menabrak ku. Novel yang ku pegang kini jatuh ke lantai. Kepalaku menabrak dada nya, hingga aku terjatuh ke lantai.

"Sorry, aku nggak sengaja." Aku menoleh menatap siapa yang telah menabrakku. Mataku saling bertemu dengan mata tegasnya. Ia pun sama terkejutnya, tetapi kembali menetralisirkan ekspresi wajahnya seperti biasa.

Ia mengambil novelku yang terjatuh, kemudian memberikannya tanpa berucap apapun. Pergi begitu saja membuatku terdiam.

Apakah Alaska menjauhiku?

"Benar, tentu saja Alaska menjauhiku. Alaska orang yang baik, dia menjaga hati Gabriel dengan menjauhiku." Monologku. Aku tersenyum getir, lalu kembali melangkah menuju ke perpustakaan.

Aroma lavender yang menenangkan dari ruangan pengharum perpustakaan. Baunya menenangkan, aku suka berada di sini. Berlama-lama di dalam ruangan perpustakaan sembari mencari novel yang sedang aku cari. Hari ini aku berniat untuk meminjam novel lagi.

Mataku tertarik kepada satu sampul berwarna hijau army. Warnanya menarik perhatianku. Desainnya menarik, dan aku mempunyai daya tarik untuk membacanya.

Saat aku ingin mengambilnya, novel itu diambil dulu oleh seseorang. Terkejut, aku pun melihat tangan siapa yang telah mengambil novel yang menjadi daya tarikku.

"Aku yang lihat duluan."

"Kenapa?"

Mataku membola. Tunggu-tunggu. Kenapa orang seperti dia datang ke perpustakaan dan juga mengambil novel yang akan aku pinjam? Apa dia suka baca novel juga?

Ah, mana mungkin badboy seperti dia membaca novel seperti ini? Bukankah seleranya selalu menantang? Seperti bolos, melawan guru, juga ikut geng motor mungkin?

Lama aku berandai-andai hingga tiba-tiba aku mendapatkan tepukan ringan di keningku.

"Aww!" Refleks, aku mengusap keningku. Menatap dengan tatapan kesal. Kenapa juga dia main-main nepuk jidat orang?

"Jangan melamun."

Ucapannya terdengar santai. Kemarin berbicara dingin dan cuek, sekarang tiba-tiba nada ucapannya bersahabat seperti ini. Ada apa dengannya?

"Ehh, sorry."

Mataku tertuju pada novel yang ada di tangannya. Matanya mengikuti arah lirikan mataku yang tertuju pada novel di tangannya.

"Itu, aku yang liat duluan."

"Tapi gue yang ambil duluan. Siapa yang cepat dia dapat." Jawabnya enteng. Aku mengerucutkan bibirku kesal. Mentang-mentang anak bad boy ditakuti semua orang lalu dia bisa berbuat seenaknya?

Unconditional love [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang