Unconditional love ; 12

1K 94 8
                                    


Kebiasaan yang ku lakukan adalah berdiri di rooftop sekolah sembari memakan makanan yang ku bawa dari kantin. Tasya juga, bedanya cewek itu membawa mangkok bakso ke atas, membuatku keheranan.

"Biar sensasi makan baksonya enak, liatin pemandangan terus ditemani bakso yang enak."

"Aku mau bicara soal Daniel, Sya." Ucapku serius. Tatapan Tasya beralih dari mangkok di depannya menuju ke wajahku. Aku menghela nafasku pelan, apa ini lebih baik dikatakan kepada Tasya?

"Tapi, kamu jangan marah, ya." Tasya tersenyum, lalu mengangguk.

"Tadi, aku nggak sengaja liat Daniel berduaan sama Yuni." Tasya yang semula mengunyah bakso terhenti ketika mendengar ucapanku.

Aku mengangguk. "Aku nggak bohong, Sya. Mereka berduaan."

Tasya tertawa membuatku menatapnya heran. "Ada-ada aja kamu, Indri. Ya jelas lah, Yuni itu sepupunya Daniel." Tasya masih terkekeh.

"Yuni kan dayangnya Hellena."

"Yuni itu sepupunya Daniel, kemaren malam dia kasih tau ke aku. Awalnya aku kira gitu juga, tapi Daniel udah ngejelasin kalau mereka hanya sepupu."

Aku menatap mata Tasya dalam, merasa tak yakin. "Kamu yakin?"

Tasya mengangguk semangat. "Aku yakin, kok."

"Maaf, ya." Tasya bedehem lalu melanjutkan kembali memakan bakso yang tersaji di depannya. Apa iya mereka hanya sepupu? Bahkan sampai pegangan tangan seperti itu?

Aku harus selidiki hal ini.

Pintu menuju ke rooftop sekolah tiba-tiba di buka paksa. Disana ada Alaska dan Arsen yang tengah saling menatap tajam.

"Apa benar, kan kalau lo itu masih suka sama Indri? Nggak usah munafik deh lo!" Ucap Arsen spontan membuatku terkejut. Mereka belum menyadari keberadaanku dengan Tasya. Tasya memintaku untuk diam dan mendengarkan ucapan mereka.

"Tau apa lo tentang gue? Lo itu hanya masa lalu bagi gue, Arsen!"

Arsen terkekeh. "Memang gue masa lalu lo, bukankah masa lalu kita meributkan gadis yang sama, bukan?" Alaska tampak terdiam mendengar penuturan dari cowok tampan itu.

"Lo itu sebenarnya masih suka sama Indri. Gue tau kalau kalian pacaran karena permainan tod, tetapi lo sengaja jadiin Indri orangnya karena gue diam-diam suka sama dia?" Aku benar-benar terkejut mendengar penuturan Arsen.

"Gue juga tau kalau lo jadiin Gabriel sebagai alat pelarian dari Indri. Lo terlalu munafik, Alaska Dirgantara!"

Aku terdiam mematung. Tasya sama halnya denganku. Terdiam mendengar tuturan dari Arsen. Mereka berdua bertengkar hanya karena aku?

"Lo sengaja bikin gue hancur lewat orang yang selama ini gue suka. Kenapa!" Alaska hanya diam tak mampu menjawab pertanyaan Arsen.

"Lo nggak bisa jawab? Salah apa gue sama lo?! Lo udah dapetin semuanya, kasih sayang dari Papa dan Mama. Sedangkan gue, tak sedikitpun orang tua lo ngelirik gue!"

"Orang tua gue itu orang tua lo juga, Arsen!"

"Lo juga udah rebut Gabriel yang dulunya selalu peduli sama gue. Gue juga udah relain Indri buat lo waktu itu. Tapi lo malah ambil Gabriel yang notabenya teman dekat gue dari kecil sampai sekarang! Gabriel berubah karena lo, Alaska! Lo egois!!"

"Iya! Gue egois! Karena sebenarnya gue sakit hati saat orang tua gue bilang kalau gue penyebab lo pergi dari rumah! Semua orang peduli hanya kepada lo, bukan kepada gue, Arsen! Gue benci lo!!" Alaska mengeluarkan semua unek-uneknya.

Unconditional love [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang