Unconditional love ; 15

1K 81 5
                                    



Seperti yang di ucapkan Alaska kemarin, cowok itu dengan nekat menarik tanganku menuju ke rooftop sekolah. Jangan tanyakan tatapan siswa-siswi ke arahku. Mereka benar-benar fans fanatik Alaska dan Gabriel. Tatapan mata mereka seakan ingin membunuhku saat ini juga.

Aku yang di tatap seperti itu membuatku menundukkan kepala. Bisikan siswi-siswi tentang aku yang menjadi pho di hubungan Alaska dan Gabriel. Sungguh, aku bahkan tidak menyangka jika Alaska akan menarikku seperti ini.

Hingga sampai lah kami di rooftop sekolah. Disana ada Lucas yang tengah selonjoran di kursi panjang yang entah sejak kapan berada di sini. Ada Nathan yang tengah memakai earphone di telinga nya. Cowok itu melirikku, lalu melambaikan tangannya ke arah ku.

Aku tersenyum lalu membalas lambaian tangannya.

Alaska melirik kedua temannya itu. "Lucas, jagain pintu. Jangan biarin orang lain masuk kesini!" Alaska berucap tegas, lalu membawaku ke arah dua buah kursi kayu dekat pojokan.

Lucas mengangguk patuh. Cowok itu langsung berdiri lalu mengunci pintu menuju ke rooftop.

Sampai segitunya Alaska ingin berbicara dengan ku. Sepertinya ini serius.

Alasaka memutar tubuhku hingga aku menghadap ke arahnya. Cowok itu memegang kedua bahuku, mendudukkan tubuhku ke salah satu kursi disini.

Alaska ikut duduk di kursi depanku. Cowok itu menyamakan tingginya denganku, kedua kakinya mengurung pahaku. Alaska menatap wajahku dengan serius, membuat pipiku sedikit memanas.

"Aku tau kalau kamu itu Anak dari Ayah Gabriel." Aku mengangguk mengiyakan perkataannya.

Alaska menghela nafasnya kasar. "Aku  mengetahui hal itu sebelum kita putus, Indri. Gabriel sengaja meminta kepada Ayahmu agar aku bisa memutuskanmu."

"Aku diancam sama Ayah Gabriel. Laki-laki itu mengancamku akan membunuhmu kalau aku tidak putus sama kamu. Aku tidak tau waktu itu asalan laki-laki itu melakukan hal ini."

Aku terkejut mendengar ucapan Alaska. Cowok itu menatapku khawatir. "Makanya aku putus sama kamu, Indri. Aku nggak mau kamu kenapa-napa, melihat laki-laki itu selalu nekat."

"Gabriel diam-diam menghanyutkan. Kamu jangan terlalu dekat lagi sama dia. Cewek itu bisa-bisa menyelakai kamu. Aku khawatir sama kamu, Indri."

Alaska mengusap kasar wajahnya. "Sampai aku mengetahui alasannya selain permintaan Gabriel. Ayah kamu sengaja melakukan ini karena Ayah kamu ingin harta warisan kamu jatuh ke tangan Ayah kamu! Aku mendengar percakapan Ayahmu dengan Mama Gabriel saat aku pergi ke rumahnya."

Aku tidak berminat membalas perkataan Alaska. Aku membiarkan cowok itu menjelaskan semuanya.

"Waktu itu aku nganterin Gabriel yang terlelap di mobil aku terus aku menggendongnya sampai kamar. Saat aku keluar dari kamar Gabriel, aku nggak sengaja mendengar percakapan mereka berdua di dalam kamar. Kamar Gabriel itu bersebelahan dengan kamar mereka."

Aku mengangguk. "Lalu?"

Alaska sedikit menyunggingkan bibirnya saat aku bersuara. "Katanya, ada surat wasiat dari almarhum Kakek kamu. Aku nggak tau isi surat itu apa. Yang jelas, Ayah kamu pengen banget bunuh kamu agar harta warisan itu milik Ayah kamu seutuhnya."

Alska menghela nafasnya pelan. "Kamu tau, kan saat kamu pulang sendiri pas hujan-hujanan?"

Aku mengangguk. "Kamu pasti diselamatkan sama seseorang waktu kamu hampir dicelakai di jalanan, kan?"

Unconditional love [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang