"Mau berkencan denganku?" tanyanya sambil menatap menanti jawaban.
Aku hendak menarik tanganku dari wajahnya, tapi ia segera menggenggam dengan erat dan menahannya untuk tetap di sana.
"Ah, aku akan memakai ini, jadi aku tidak menerima penolakan," gumamnya dengan aksen Busan sambil meraih salah satu note kosong.
"Lagipula siapa yang akan menolakmu?" jawabku, mengikuti aksen Busan-nya yang sudah sering kudengar sejak beberapa tahun lalu.
Seungwoo membelalakkan mata, sepertinya sedikit terkejut dengan jawabanku. Genggaman tangannya melemah, hingga aku bisa menarik tanganku untuk beranjak dari tempat tidur. Tiba-tiba ia menariknya kembali dan memegangnya dengan erat.
"Jadi aku bisa mengembalikan ini?" Ia mengacungkan note kosong itu.
"Tidak! Kau bilang akan memakainya, jadi sisa permintaanmu tinggal dua." Aku langsung merebut note itu dan mengambil pena.
Segera kutuliskan tanggal dan bulan hari ini, juga isi permintaan Seungwoo lalu menempelnya di cermin meja riasku. Ia hanya duduk dan memperhatikan tanpa berkomentar sedikit pun.
"Gunakan ini dengan baik ya, Captain!" seruku sambil mengacungkan sisa dua note kosong ke arahnya.
Ia langsung mengambil dan menyimpannya di atas nakas, lalu menarikku untuk kembali duduk. Tiba-tiba ia merebahkan kepalanya di pangkuanku dan memposisikan tubuhnya senyaman mungkin.
"Jadi ... hari ini hari pertama kita?" tanyanya sambil menatapku.
Pipiku lagi-lagi terasa panas dan entah mengapa aku merasa malu mendengar pertanyaannya. Wajahku menoleh ke arah lain untuk menyembunyikan ekspresi bahagia yang tak bisa kutahan. Namun, tangannya menyentuh dan menarik wajahku untuk kembali melihat ke arahnya dengan lembut.
"O-oh!" jawabku singkat dan sedikit gugup.
"Aku jadi tidak ingin pulang." Ia memejamkan matanya dan melipat tangan di dada.
"Tidak boleh! Kau harus pulang! Anak-anak pasti sedang menunggumu."
"Benar juga, tapi ... aku tak mau menghabiskan hari ini dengan singkat."
"Aku tahu." Aku menghela napas. "Ah, bagaimana dengan kaki Yohan? Apa sudah sembuh?"
"Um, sekarang sudah membaik. Minggu depan sepertinya sudah bisa ikut menari. Kau bahkan tak menanyakan tentang kakiku."
"Kakimu sakit lagi?"
"Lihat ini!" Ia membuka mata, lalu menggulung celana piyama hingga lutut dan menampakkan sebuah luka yang masih basah.
"Ish, itu pasti sakit sekali! Kau sudah mengobatinya?" Tanganku mencoba memegang luka itu, tapi ia segera menahannya sambil meringis.
"Sudah! Tapi masih sangat sakit."
"Kau sudah bilang manajer? Kau harus memeriksanya ke rumah sakit, Seungwooyaa!"
"Aku akan melakukannya nanti. Jangan khawatir, Nona." Seungwoo tersenyum dan mengulur celananya kembali.
"Kau bilang kakimu sakit, lalu sekarang kau minta aku untuk tidak khawatir? Itu sebuah kontradiktif, Captain!" protesku.
Ia tidak pernah berubah. Selalu berusaha terlihat kuat dan berlagak tidak apa-apa bahkan saat dirinya sakit.
"Mulai sekarang, selalu katakan apa yang kau rasakan padaku. Jangan simpan sendirian," ujarku sambil mengusap rambutnya ke belakang.
"Aku sangat bahagia sekarang," jawabnya.
Aku tersenyum kecil. Tentu saat ini adalah saat yang paling membahagiakan juga untukku. Setelah banyak hal yang kami lewati, hingga kami bisa bersama lagi seperti ini. Aku tahu bahwa aku benar-benar tak bisa menjauh darinya, sekuat apa pun mencoba. Ia selalu menjadi kelemahan dan kekuatanku.
![](https://img.wattpad.com/cover/203667645-288-k463721.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sexy Captain | Han Seungwoo
Fanfiction[Completed] Sesulit itukah memiliki sebuah hubungan dalam dunia idol? "Bagi kami, berdiri di atas panggung adalah sebuah anugerah. Ia selalu menyemangatiku agar mau berusaha dan menunggu untuk kembali melakukannya. Padahal, ia sendiri mengalami kesu...