Hari sabtu pun tiba. Libur hari ini Fajar gunakan untuk membeli barang ke pasar dan membuat cup cake. Oh iya dia itu anak kos. Jadi dia anak yang mandiri.
Dan sangat kebetulan kosnya dekat dengan rumah Radit. Sehingga mereka menjadi teman dekat.
"Woy!! Mau kemana?" teriak Radit yang hanya memakai kaos oblong dan celana pendek selutut.
"Kepo." jawab Fajar lalu mengendarai motornya.
Radit yang memegang selang untuk memandikan motor kesayangan. Semula dia arahkan ke motornya kini beralih ke tubuh Fajar. Basah sudah sebagian tubuh Fajar.
"Radit! Kamu gila ya?" bentak Fajar. Wajah Radit yang semula cerah ceria menjadi mengkerut.
"Maap lah, diriku ini gak sengaja. Kamu juga ditanya jawabnya gak jelas." jawab Radit dengan nada biasa tapi ada ketakutan yang mendalam di dalam hatinya.
Fajar menarik napas panjang. "Mau ikut gak?" tanya Fajar dengan berbaik hati.
"Mau, sebentar aku ganti baju dulu." dengan kecepatan cahaya Radit bergegas masuk ke dalam rumahnya untuk mengganti pakaian.
Tak butuh waktu lama karena Radit juga bukan perempuan yang harus berdandan berjam-jam. Mereka pun berangkat ke pasar.
Diperjalanan Radit sama sekali tak berbicara. Sama halnya dengan Fajar yang memilih diam. Hanya suasana hening serta angin yang menemani mereka berdua.
Dengan perjalanan yang begitu singkat. Karena pasar tak jauh dari kostnya. Lalu muncullah sebuah pertanyaan dari kepala Fajar.
"Dit!" panggil Fajar. Radit segera menoleh, sebelum Fajar mengucapkan kata-kata Radit lebih dulu bertanya. "Mau apa kita ke pasar? Aku kira kita mau jalan-jalan."
"Siapa yang bilang kita mau jalan-jalan?" tanya Fajar dengan nada acuh.
"Kalau tau gitu aku tadi gak ikut Jar." keluh Radit. "Lha siapa suru ngikut?" jawab Fajar. "Kamu tadi ngajak, ya aku ikut." timbal Radit. "Aku kan cuma nawarin gak ngajak." ketus Fajar. Perdebatan pun dimulai, jika tak ada yang melerai ini bisa berlangsung selama satu abad."Hey Mas Bro. Ada apa nih? Kayanya seru." ujar seseorang yang membuat perdebatan Radit dan Fajar terhenti.
"Anjir! Kaget diriku ini." seru Radit yang sudah kaget.
"Datang dari mana kamu Al? Kaya setan aja ngagetin." tanya Fajar.
"Itu antar emak ke pasar. Eh lihat monyet lagi debat kayaknya asyik jadi aku mau ikut." jawab Aldi. Seketika sebuah tatapan tajam yang lebih tajam dari pisau melayang ke arah Aldi.
"Maksudmu aku sama Radit?" ketus Fajar yang langsung tersinggung karena ucapan ngawur Aldi.
Aldi langsung meringis serta takut. "Bercanda lah Jar jangan diambil hati." wajahnya langsung memelas.
Radit pun acuh tak acuh terhadap konfik ini. "Udahlah, kamu kenapa sih Jar? Hari ini kok gak bisa diajak bercanda." ucap Radit heran. Biasanya Fajar tak masalah dengan candaan teman-temannya yang memang aneh dan kadang menusuk hati.
"PMS kali dia Dit." canda Aldi yang seperti tidak ada kapoknya kena marah Fajar.
"Dipikir aku perempuan apa?" ketus Fajar. "Dengan wajah tampan dan rupawan ini, kamu anggap aku perempuan? Hmm kayaknya kamu harus periksa mata." lanjut Fajar dengan tingkat percaya diri yang begitu tinggi.
"Serius kali ini Jar. Kita mau apa ke pasar? Ke tempat yang penuh sesak, panas dan penuh bau yang tidak sedap ini." celoteh Radit panjang lebar.
Wajah Fajar kembali serius. "Jadi aku mau buat cupcake." jawabnya. "Oalah, emang kamu tau apa aja yang harus di beli?" tanya Aldi.
"Udah, kan semalam aku browsing." jawab Fajar dengan percaya dirinya.
Kemudia mereka semua berpencar membeli bahan-bahan untuk membuat cupcake. Barang yang akan debeli pun juga sudah dibagi.
Seperti biasanya Fajar yang menjadi nomor satu dan berhasil menyelesaikan tugasnya lebih dahulu. Disusul Aldi kemudia Radit datang dengan wajah yang mengesalkan.
"Tau gini gak mau ikut." keluh Radit.
Sama sebalnya dengan Radit, Aldi pun mengeluh. "Sama, kalau tau disuruh gini aku tadi gak mau nyamperin kalian. Dasar teman durhaka." hujat Aldi.
"Punya teman kok perhitungan sekali. Dosa apa yang telah aku perbuat Ya Allah." ujar Fajar mendramatisir.
"Banyak Jar!!" teriak Radit dan Aldi bersamaan. Fajar langsung mengelus dadanya.
"Maafkan teman-teman Fajar Ya Allah yang selalu menghujat." mohon Fajar dengan.
"Tinggal aja Dit." ajak Aldi.
Radit segera mengangguk. "Skuylah." jawabnya. Dan melenggang pergi.
"Woy Aldi nanti dicari emakmu lho!" teriak Fajar. Aldi yang sudah hampir lupa kalau dia sedang mengantar ibunya langsung teringat.
Dia langsung mengerem langkahnya. Berhenti mendadak dan teryabrak oleh Radit. "Kalau mau berhenti bilang-bilang." kesal Radit yang kepalanya tertabrak punggung Aldi.
"Nih Dit bawa belanjaan Fajar. Aku mau keparkiran kayaknya emak udah nyari tadi kantongku getar-getar." ujar Aldi langsung berlari ke arah dimana motornya terparkir.
Alhasil tinggal Radit dengan Fajar. Belanjaan memanglah tidak banyak. Lalu mereka pulang.
Sesampainya di depan rumah Radit, dia langsung turun dan mengomel.
"Lain kali kalau mau ke pasar gak usah ajak aku Jar, buat repot saja." kesal Radit.
Fajar hanya tertawa kecil. "Kan kamu sendiri yang mau, salah siapa sekarang?" tanya Fajar.
"Iya-iya salahku, cowok mah selalu salah." jawab Radit.
"Itu tau." ujar Fajar, lalu tiba-tiba wajahnya menjadi kesal. "Hey!! Kamu pikir aku perempuan?" kesal Fajar yang baru paham ucapan Radit.
"Bercanda kok, maap." ucap Radit.
"Terserah, aku mau buat cupcake dulu. Nanti kalau sudah jadi jangan harap kamu bisa makan." ancam Fajar.
Sakit sudah hati Radit, padahal masakan Fajar adalah salah satu menu kesukaannya. "Jangan gitu tho Jar, nanti aku belikan sotonya Bu Sum deh." pinta Radit.
"Gak ngaruh, aku mau pulang dulu." ujar Fajar lalu melajukan motornya.
Setelah memarkirkan motornya, Fajar masuk lalu mulai mengeluarkan barang-barang belanjaan.
Kemudian dia masuk ke dapur untuk mengambil alat-alat masak. Dan saat dia tiba di ruang tamu sudah ada Radit dan Aldi yang duduk manis disana.
"Ngapain kalian kesini?" tanya Fajar dengan ketus.
"Hehe, aku diajak Radit." jawab Aldi dengan tertawa kecil.
Radit tersenyum lebar. "Kita mau bantu Jar, aku tau kok di kosmu gak ada oven ini tak bawakan." ujar Radit dengan membawa sebuah oven kecil milik ibunya.
"Hemm, aku rasa modus. Ngomong saja kalian mau makanan buatanku kan? Ngaku saja." tebak Fajar, dan sudah pasti itu benar.Mereka berdua mengangguk.
Tak mau berlama-lama lagi, akhirnya mereka memutuskan membuat cupcake bersama.

KAMU SEDANG MEMBACA
Adorable You
Humor|| Teenfiction || Angkasa Series || Jika sudah tertarik pada seseorang, kamu akan terus menarik perhatiannya. Jangan tanyakan kenapa? Tidak akan ada yang tau, rasanya alami. Datang dari diri sendiri tanpa perlu dorongan.