11. Jelas?

13 4 0
                                    

Senja masuk ke dalam kelasnya. Teman-temannya sudah duduk di kursi masing-masing.

Namun Senja belum melihat Luna dikursinya. Dia mencari keberadaan Luna, dan ketemu. Luna sedang duduk dengan orang lain bersama dengan tasnya yang dia bawa.

Terbesit satu pikiran aneh di kepala Senja. Mungkin Luna marah padanya, Senja kurang tau alasannya. Tapi kalau dibiarkan bisa menjadi lebih parah.

"Luna." sapa Senja dengan ramah.

Luna mengabaikannya, bahkan teman yang sedang mengobrol dengan Luna juga mengabaikan Senja.

"Lun." panggil Senja sekali lagi. Namun Luna masih mengabaikannya.

Senja mendesah pelan. "Maaf ya Lun kalau aku buat kamu gak nyaman." ujar Senja lalu pergi.

Dia masih belum tau apa yang terjadi. Apa karena Senja yang membentak Fajar kemarin? Bisa saja seperti itu.

Senja duduk di kursinya. Sendirian, Luna sudah pindah dan tidak lagi duduk dengannya. Untunglah masih ada Septian dan Julian yang duduk di belakangnya.

"Luna mana Nja?" tanya Septian.

Senja menujuk Luna dengan dagunya. "Itu disana."

Septian menyirit bingung, "Kalian ada masalah? Perasaan akur-akur saja." ujar Septian.

"Kalian lupa? Kemarin aku cerita apa?" sahut Julian.

"Memang kemarin kamu cerita Jul?" tanya Septian dengan polosnya.

"Anjir, aku cerita panjang lebar kamu sudah lupa Sep?" pekik Julian.

Septian mengangkat bahunya acuh. "Mana aku pikir masalah begituan."

"Yang kamu cerita Luna bilang ke Kak Fajar dan teman-temannya itu kalau kita yang salah?" tanya Senja. Julian langsung mengangguk dengan semangat.

"Nah ingat kan? Bukannya gak mencurigakan kalau Luna tiba-tiba menjauh setelah masalah itu."

Senja dan Septian mengangguk. Tetap saja mereka masih ingin berpikir positif.

"Jangan pikir gitu dulu Jul, mungkin dia juga punya masalah lain yang berat atau bisa saja kita buat salah ke dia." ujar Senja.

"Gak mungkin Nja, kalau ada masalah tuh ya cerita ke teman. Bukan malah pergi gak pamit." jawab Ijul.

Septian pun menyetujui ucapan Ijul. "Kalau menurutku Ijul ada benarnya. Kan kita sudah berteman walau pun baru tiga bulan. Setidaknya dia itu cerita sedikit ke kita Nja kalau ada masalah."

Senja juga menjadi ikut curiga. Apa mungkin yang dikatakan Septian benar? Haruskah dia menanyakan hal ini pada orang terkait?

"Gak bisa Sep, kadang kita punya masalah yang memang harus disimpan sendiri." seperti perasaan Senja untuk Fajar yang memang harus disimpan sendiri.

"Iya, kalian kan sama-sama cewek jadi lebih mengerti." ujar Septian.

Tapi tidak dengan Julian, dia masih teguh dengan asumsinya. Alasan yang paling kuat adalah karena Julian mendengarnya sendiri.

"Udahlah gak usah dibahas. Nanti malah Luna tersinggung." ujar Senja. "Ini udah masuk kok belum ada gurunya? Pak Bimo gak masuk lagi?" tanyanya.

Septian dan Julian mengangkat bahu acuh. "Mana pernah Pak Bimo masuk kelas kita. Paling juga Pak Bimo masuk nanti kalau sudah mau habis jamnya." jawab Septian.

Julian mengangguk setuju. "Lagian enak gini Nja bisa istirahat sebentar." ujarnya. "Tidur dulu yuk Sep." ajak Julian.

Septian tanpa banyak tanya lagi langsung mengangguk. Mereka merebahkan kepala di atas meja lalu tertidur.

Adorable YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang