12. Emosi

10 2 0
                                    

Hari ini senin seperti biasa, upacara yang sangat lama karena amanat dari kepala sekolah yang panjang kali lebar kali tinggi.

Senja yang selalu baris dibagian belakang. Jarang sekali tertib saat upacara, jangan ditiru ya!!

"Eh Sep, lihat itu Si Vanny." ujar Julian sembari menujuk-nujuk Vanny.

"Biarin, aku gak peduli." jawab Septian acuh.

"Sekarang gak peduli, besok nangis." ejek Senja.

"Gak akan." Septian tetap teguh dengan pendiriannya.

Amanat upacara yang sudah dari tadi tak digubris oleh Senja. Dia asyik mengobrol dengan Septian dan Julian.

"Dek Senja." suara itu masuk begitu saja ke telinga Senja, membuat bulu kuduknya berdiri.

"Astagfirullah." pekik Senja dengan kencangnya. Sampai seluruh perhatian tertuju padanya.

Tatapan sinis juga Senja dapatkan dari Luna.

"Jangan berisik Dek, kamu dengar tadi kepala sekolah bilang apa?" tanya siswa yang mengagetkan Senja.

"Hehe, nggak Kak." jawab Senja sembari meringis.

"Kalau upacara harus tertib. Baris yang rapi jangan toleh ke belakang terus." ujarnya memperingati Senja.

Senja mengangguk paham. "Maaf ya Kak, habis saya gak bisa nahan bercanda."

"Ditunda dulu bercandanya. Sudah sana dengarkan Pak Kepsek, saya mau balik tugas." ujarnya.

Azka langsung kembali ke barisan belakang. Tempat petugas PMR berada.

Upacara yang berjalan lebih lambat dari biasanya bagi Senja, mungkin akibat dari tidak bercanda.

Setelah selesai upacara, Senja langsung meregangkan otot-otot kakinya. Berjalan ke kelasnya yang tak jauh dari lapangan.

Senja sekarang duduk sendiri. Luna sudah tidak duduk dengannya semenjak minggu kemarin. Senja juga kurang tau alasannya apa.

+628235443****: Dek Senja
+628235443****: Saya Fajar

You: Ada apa Kak?

Kak Fajar: Bisa ketemu hari ini?

You: Dimana Kak?

Kak Fajar: Di coffee shop depan sekolah aja. Nanti saya tunggu di sana.

You: Iya Kak

Kak Fajar: Makasih

You: Sama-sama

Pesan yang baru saja Senja kirim hanya dibaca oleh Fajar. Karena memang pesan itu sebuah akhir dari chat mereka.

Senja merebahkan kepalanya. Menyetel musik dengan suara lirih yang hanya dapat dia dengar.

Earphone miliknya sudah rusak beberapa hari yang lalu. Dan sedang menabung untuk membeli yang baru.

"Nja, pagi-pagi jangan tidur." Ijul mengebrak meja Senja.

Senja tak bergeming. Masih saja diam dan menikmati lantunan lagi dari ponselnya.

"Dibilangin ngeyel." masih ingin menganggu Senja, Ijul menggoyang-goyangkan tubuh Senja. "Bangun woy putri tidur!!" Ijul berteriak di telinga Senja yang tertutup hijab.

Adorable YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang