Hari ini Senja sengaja berangkat sekolah lebih pagi. Tak lupa dia membuat bekal untuk dirinya sendiri. Ingat hanya untuk dirinya!
Selesai sarapan Senja menyalami tangan ayah dan bundanya. "Senja berangkat, Assalamualaikum."
Senja melajukan motornya melewati jalan yang masih segar, disini tak terlalu ramai. Karena memang ini bukan daerah perkotaan yang sumpek.
Setibanya di sekolah, tempat parkir masih sepi. Bahkan hanya ada satu motor lain selain miliknya.
"Pak Ujang selamat pagi." sapa Senja.
Walaupun dia masih kelas X dan tergolong baru. Senja sudah akrab dengan beberapa guru dan juga Pak Ujang penjaga sekolah.
"Selamat pagi mbak Senja." sapa Pak Ujang.
Senja tersenyum ramah seperti biasanya. Tidak tau mengapa, perasaannya pagi ini sangat baik.
Di kelas hanya ada Senja sendiri. Rasanya sudah biasa, setiap kali datang pagi selalu saja kosong.
Senja memulai piketnya hari ini. Dia menyapu seisi kelas, menata bangku-bangku. Entahlah itu menjadi hobi Senja sejak dulu jika dia datang pagi.
"Mau ku bantu Nja?" suara Septian langsung membuat Senja kaget.
Melihat wajah Septian yang masih ada memar membiru. Kejadian kemarin terlalu menyakitkan untuk diingat.
"Gak usah Sep, kamu duduk istirahat saja." jawab Senja lembut.
Walau sikapnya bar-bar dan suka semaunya sendiri. Senja tak akan pernah melukai temannya.
"Sudah sarapan Sep?" tanya Senja sembari meletakkan sapu di pojok kelas.
Septian mengangguk, senyum lebar dia pasang pagi ini. Seperti tidak ada yang terjadi padanya.
"Gak usah senyum lebar-lebar Sep, itu loh masih memar." ujar Senja sembari menujuk bibir Septian.
"Gak papa Nja, udah gak sakit kok." jawab Septian.
"Wah pagi-pagi ada apa ini?" Ijul dengan segala kehebohannya datang.
"Masih pagi juga berisik." hujat Senja.
Ijul malah tersenyum dengan percaya dirinya. "Malah pagi itu waktu yang pas untuk berisik. Kita baru memulai hari dan masih banyak tenaga untuk berisik."
"Iyain." jawab Senja singkat tak mau memperpanjang perdebatan.
"Sarapan kuy, mumpung masih pagi." ajak Ijul.
"Udah sarapan aku Jul. Kamu aja yang ke kantin." jawab Septian.
"Aku juga udah sarapan Jul, kamu aja yang ke kantin." timpal Senja.
Ijul bergegas ke kantin. Bel masuk tidak akan lama lagi berbunyi. Jadi dia memutuskan segera ke kantin.
Tepat saat ke kantin Ijul bertemu dengan Fajar dan teman-temannya. Tak luput dengan Luna.
Ijul menjadi penasaran dengan obrolan mereka yang sepertinya sangat serius.
"Yang kamu bilang kemarin beneran Dik?" tanya Fajar, Ijul dapat mendengar itu dengan jelas.
"Iya Kak, memang kemarin mereka yang marah ke Kak Alya padahal niat Kak Alya baik." jawab Luna.
Ijul tau betul apa yang mereka bicarakan. Ini tentang masalah kemarin, tapi mengapa Luna membuat cerita bohong itu?
Dia tak habis pikir, sahabatnya sendiri tega mengkhianati. Ijul mengabaikan perasaannya sebentar dan mulai mendengarkan kembali.
"Bener kan Jar? Gak mungkin temannya sendiri bohong." ujar Aldi kembali dengan emosinya.
Ijul kembali merasa takut, dia tidak mau kejadian dimasa lalu terulang.
"Maaf ya Kak, teman-teman saya memang suka begitu." tambah Luna.
"Mereka sering kali marah padahal orang lain berniat baik ke mereka." ujar Luna.
Hal itu membuat Ijul marah. Rasanya dia ingin menghampiri dan membalik meja di depan Luna.
Nafsu makannya sudah hilang. Tidak peduli lagi dia lapar atau apalah, ingin sekali dia melampiaskan amarahnya.
Dia langsung kembali ke kelas. Saat dia masuk terlihat Senja dan Septian sedang bercanda gurau. Seperti biasanya, masalah kemarin mungkin sudah mereka lupakan.
Satu sisi Ijul tak mau mengingatkan masalah kemarin. Tapi ini juga sangat penting bagi persahabatan mereka.
"Senja!" Ijul berteriak dari ambang pintu lalu berlari menghampiri Senja.
Senja masih bingung, "Apa Jul?"
"Tadi aku ke kantin tapi gak jadi makan, dan aku dengar pembicaraan Kak Fajar sama Luna." ujar Ijul.
"Terus?" sahut Septian.
"Luna bilang....." ucapan Ijul terputus saat orang yang dibicarakan memasuki kelas dengan senyum lebar tanpa rasa bersalah.
"Kalian udah sarapan?" tanya Luna dengan ramah.
Septian dan Senja yang tak tau apa-apa hanya mengangguk sembari tersenyum lebar. Sedangkan Ijul, dia memalingkan pandangannya.
"Pasti dijemput Kak Fajar?" tebak Senja.
Luna menjawab dengan mengangguk manis. Dia seperti manusia tanpa rasa bersalah, seolah tidak ada yang tau apa yang telah dia lakukan.
"Bahagia sekarang gak perlu naik ojek lagi." canda Septian.
"Hehe, sekarang udah ada antar jemput." dia tertawa.
Entah hanya perasaan Senja atau apa. Dia merasa sangat canggung berbicara dengan Luna.
Rasanya ingin bel masuk segera berbunyi. Dan harapan Senja pun terkabul. Bel masuk berbunyi serta guru mata pelajaran Fisika masuk.
"Assalamualaikum, selamat pagi anak-anak." ujar Pak Ali.
"Hari ini saya tidak bisa hadir. Buat kelompok isi 3 orang, lalu kerjakan hal 48." lanjutnya.
Kemudian kelas berubah menjadi bising. Setiap orang mencari kelompoknya masing-masing.
"Senja kamu sama siapa?" tanya Septian.
Senja mengangkat bahunya tidak tahu. "Kamu sama siapa?"
Septian pun sama, dia tidak tau ingin menjadi satu kelompok dengan siapa. "Aku, kamu, Ijul, gimana?" tawarnya.
Senja mengangguk, "Terus Luna?" Senja beralih menoleh ke arah Luna.
"Aku sudah sama Dewi dan Nasya." ujarnya.
Senja dan Septian mengangguk paham. Dalam batin Senja masih mengganjal, biasanya Luna akan merengek jika tidak satu kelompok dengannya. Tapi tidak kali ini.
Selesai membentuk kelompok. Senja, Septian dan Julian duduk saling berhadapan.
"Aku mau lanjut cerita tadi pagi." ujar Ijul.
Senja langsung memfokuskan diri ke Julian. "Cepet, penasaran aku."
"Penasaran apa yang mereka bicarakan, kelihatannya serius. Jadi aku nguping."
"Terus kamu denger apa Jul? Dari tadi kok gitu terus." ketus Septian.
"Nah Luna bilang kalau kita marah ke Alya padahal Alya niatnya baik." tambah Ijul.
Senja dan Septian tercengang. Antara percaya dan tidak percaya. Darimana Luna mendapat cerita seperti itu?
"Salah dengar kali kamu Jul." ujar Senja masih belum percaya dengan ucapan Ijul.
"Ya kali telingaku udah gak normal, aku dengar jelas banget." jawab Ijul.
"Gak mungkin lah Jul, masa iya dia begitu." Septian juga tidak percaya.
Ijul berdecak sebal. "Awalnya aku juga gak percaya. Tapi gak mungkin telingaku salah."
"Biarlah, mungkin dia punya alasan tersendiri." ujar Senja, batinya tidak mengatakan itu. Dia akan terus mencari tau kebenarannya.
"Aku setuju sama Senja, lagian mau diperbaiki juga udah gak bisa. Lihat wajah Kak Aldi aja aku udah gak berani." tambah Septian.
"Ya sudah iya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Adorable You
Humor|| Teenfiction || Angkasa Series || Jika sudah tertarik pada seseorang, kamu akan terus menarik perhatiannya. Jangan tanyakan kenapa? Tidak akan ada yang tau, rasanya alami. Datang dari diri sendiri tanpa perlu dorongan.