Seperti biasa Fajar harus menunggu Luna untuk pulang bersama. Entah kenapa kelas kekasihnya itu selalu pulang lebih lambat.
"Nunggu Luna lagi Jar? Duluan ya." ujar Radit sembari mengendarai motornya menjauh dari area parkir.
"Kak Fajar,"
"Mari Kak,"
"Belum pulang Jar?"
"Ayo pulang Jar,"
Kalimat seperti itu yang terus-terus Fajar terima, dia selalu menjawab setiap sapaan dengan anggukan serta senyum manisnya.
"Kak Fajar," Luna pun akhirnya tiba menyapanya.
Senyum Fajar semakin merekah, "Ayo Dek." ujarnya.
Luna segera mengenakan helm dan naik ke motor Fajar. Jujur setiap kali bersama Luna jantung Fajar berdegup lebih kencang.
Fajar menjalankan motornya, mengingat dulu saat dirinya pertama kali mengenal Luna.
Saat itu dirinya masih SD, entah hanya kebetulan atau bagaimana. Dulu Fajar dan Luna satu sekolah, dan Fajar adalah kakak kelas yang rusuh.
Fajar sering menganggu Luna, karena jujur Fajar benar-benar ingin menarik perhatian Luna. Sampai akhirnya dia harus pindah, saat itu Fajar tak terlalu mengenal Luna. Dia hanya mengingat wajahnya, bahkan pada saat itu Fajar tidak tau siapa namanya.
Mungkin semesta sedang baik kepadanya, membuat Luna satu sekolah lagi dengannya. Dan kali ini Fajar diberi kessempatan untuk bisa bersama Luna.
Sore ini Fajar tak langsung pulang. Dia berhenti di sebuah coffee shop depan sekolah.
Luna yang bingung, hanya diam dan enggan turun dari motor.
Fajar hanya menggulum senyum melihat tingkah Luna. "Mau duduk disitu terus Dek? Segitu nyamannya motor saya." ujar Fajar membuat Luna tersadar.
Dia segera melepas helmnya dan mengikuti langkah kaki Fajar.
Mereka memesan makanan dan minuman lalu memilih tempat duduk yang nyaman.
Dalam batin Luna sudah bersorak girang, selama berpacaran baru kali ini Fajar mengajaknya berkencan.
Tapi tidak dengan Fajar, hatinya menunggu dengan gelisah. Yang dia tunggu tidak datang sejak tadi.
Fajar terus melihat ke arah kaca coffee shop yang tembus padang. Nampak jalan raya yang ramai di penuhi anak SMA Angkasa.
Dia terdiam, mencari sosok yang dia tunggu sejak tadi. Bahkan sampai pesanan mereka tiba, orang yang dia tunggu belum datang.
Luna merasa diacuhkan, merasa bahwa Fajar tidak benar-benar berada di depannya. Memang raganya ada di depan mata, tapi Luna yakin pikirannya sudah kemana-mana.
Fajar berdecak kesal, saat seorang gadis dengan motor matic hitamnya lewat begitu saja di depan coffee shop. Apa mungkin dia lupa? Atau dia tidak ingin datang.
Entahlah, rasanya hanya kecewa saja. Padahal ada urusan penting yang harus dia selesaikan. "Dia mau kemana?" gumam Fajar. Arah matanya terus mengikuti motor itu melaju.
"Kak!" pekik Luna.
Fajar tersentak kaget dan beralih menatap Luna dengan wajah bingung.
"Kak Fajar nunggu seseorang?" tanya Luna. Dan Fajar mengangguk.Seketika Luna merasa dihempaskan. Ternyata Fajar tidak benar-benar mengajaknya berkencan, hanya pikirannya saja yang terlalu tinggi berharap Fajar mengajaknya berkencan.
"Dia gak akan datang." nampak raut kecewa dari wajah Fajar. "Kita pulang saja."
Fajar membayar pesanan mereka dan pergi untuk pulang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Adorable You
Humor|| Teenfiction || Angkasa Series || Jika sudah tertarik pada seseorang, kamu akan terus menarik perhatiannya. Jangan tanyakan kenapa? Tidak akan ada yang tau, rasanya alami. Datang dari diri sendiri tanpa perlu dorongan.