Bangun tidur dengan mata sembab dan juga hidung mampet memang sangat tidak nyaman.
Itulah yang Senja rasakan, kemarin dia menangis sampai ketiduran.
Bergegas dia keluar dan masuk ke kamar mandi untuk mencuci mukanya.
Setelah itu dia kembali ke kamarnya. Ini masih tengah malam, jadi Senja memutuskan untuk tidur kembali.
.....
Bangun kesiangan di hari sekolah bukan lah hal yang baik. Kali ini Senja bangun terlambat. Bergegas dia bersiap ke sekolah.
Tanpa sarapan dia langsung berpamitan kepada kedua orangtuanya.
"Senja berangkat, Pak, Bu." ujar Senja sembari menyalami tangan kedua orangtuanya.
Dia menghidupkan motornya dan berkendara dengan kecepatan sedang. Walaupun sedikit terlambat tapi Senja tak suka mengebut di jalanan. Nyawanya jauh lebih penting.
Setibanya di sekolah, bela masuk baru saja berbunyi. Dia menghela napas lega. Untung saja dirinya tidak datang terlambat.
"Tumben baru datang Nja." ujar Septian saat Senja baru saja mendudukkan dirinya di kursi.
"Bangun kesiangan." jawab Senja dengan lemas. Berangkat sekolah terburu-buru memang tidaklah menyenangkan.
Tak berselang lama datanglah Julian dengan wajah semringah. Padahal dia datang terlambat, untung saja belum ada guru masuk.
Senyum lebar terus terpajang sembari menyapa teman sekelasnya. "Hai semua penghuni kelas X MIPA 3. Aku ada berita gembira." ujarnya berdiri di depan kelas.
"Hari ini kita jamkos karena gurunya rapat." ujarnya dengan penuh semangat.
Satu kelas pun bersorak ria lalu mereka berhamburan keluar. Seperti kesempatan emas, jam kosong saat sekolah adalah hal yang paling menyenangkan.
Senja menghela napas kesal. Dirinya terburu-buru datang ke sekolah, tapi sampai di sekolah malah tidak ada pembelajaran.
"Tumben jamkos kamu malah cemberut Nja." Julian menyirit bingung.
"Kamu gak tau ya Jul? Tadi Senja bangun kesiangan. Terus dia buru-buru berangkat sekolah, nah malah jamkos jadi dia kecewa ." jelas Septian.
Julian mengangguk mengerti. "Daripada cemberut, ke kantin aja Nja. Ayo sarapan!" ajak Julian dengan semangat.
Pas sekali Senja juga belum sarapan. "Ayo lah, aku juga belum sarapan."
Mereka bertiga ke kantin, dan memesan makanan. Senja pun mengobrol dengan Bu Sum.
Walaupun kantin lebih ramai dari biasanya, ya karena sebagian besar siswa SMA Angkasa berada disini.
"Mbak Senja sama Mas Azka gimana sekarang?" tanya Bu Sum sembari menyeduh teh.
Senja menjadi tergagap. "Hah? Gimana Bu?"
Bu Sum tersenyum menggoda. "Apa sudah jadian."
"Apa sih Bu Sum, gak kok. Saya sama Kak Azka cuma sebatas kakak kelas dan adik kelas." jawab Senja.
"Jadian juga gak papa kok Mbak." Bu Sum terus saja menggoda Senja.
Senja hanya menggeleng saja. "Gak Bu, saya mah gak cocok sama Kak Azka."
"Emang gak cocok, kamu tuh gak cocok sama siapa aja." celetuk seorang siswi yang ada di belakangnya.
"Ama setan tuh cocok, sifatnya sama." sahut yang lainnya.
Senja memperhatikan sosok yang berbicara di belakangnya. Melihat mereka sekilas lalu memutar bola mata malas.
Dirinya yang super judes keluar. Senja memang sosok ramah, baik dan perhatian. Tapi itu hanya berlaku untuk temannya bukan kepada mereka.
"Dih, kok ada adik kelas kayak gitu." sindir Alya, manusia yang sejak tadi mengoceh di belakang Senja adalah Alya dkk ditambah dengan Luna. Entah sejak kapan Luna berteman dengan kakak kelasnya itu.
Pagi ini Senja sarapan dengan semangkok soto. Teringat kejadian saat dia menumpahkan semangkok soto di tubuh Fajar.
"Udah Nja gak usah dipikir omongan mereka." ujar Septian yang nampak khawatir pada Senja.
Senja menoleh dengan sendok yang masih berada di mulutnya. Dirinya menyirit bingung.
Julian tertawa, tidak ada yang lucu disana. Tapi Julian dengan selera humor yang buruk.
"Kenapa Jul?" Septian pun menjadi bingung.
"Mukanya Senja itu loh....hahahaha." dia tak menyelesaikan ucapannya dan kembali tertawa.
Mungkin otaknya sedikit geser jadi selera humornya sangat rendah.
Tak butuh waktu lama Senja, Septian dan Julian sudah menghabiskan makanannya.
Saat Senja berdiri dan hendak mengembalikan mangkoknya. Kakinya tersandung dan menyebabkan dia terjatuh serta mangkok yang dia pegang pecah.
"Jalan tuh pakai mata." ejek Alya.
Senja tersandung kaki Alya yang sengaja menghalangi jalannya.
"Dari jaman nenek moyang jalan tuh pakai kaki, mata buat melihat." ujar Senja sembari memungut pecahan mangkok di lantai.
"Gak tau malu, udah salah gak mau ngaku." ujar Zahra-sahabat Alya.
Senja membuang pecahan mangkok dan menghampiri Bu Sum. Dia memberikan selembar uang berwarna biru.
"Maaf ya Bu, ini uang makanan saya sekalian uang ganti rugi." ujar Senja.
"Gak usah lho, kan Mbak Senja tadi gak sengaja." jawab Bu Sum.
Senja masih merasa tak enak hati. "Sekali lagi saya minta maaf ya Bu."
Bu Sum tersenyum lembut. "Bu Sum tau mbak Senja gak sengaja. Tadi mata saya juga lihat kalau mbak senja kesandung kaki macan."
"Makasih ya Bu." Senja terseyum lebar.
Bu Sum mengangguk sambil tersenyum.
Akhirnya Senja dan kedua temannya kembali ke kelas.
Julian dan Septian terus menggerutu. Mereka memaki-maki kakak kelasnya itu.
Mereka berdua sudah seperti ibu-ibu yang sedang gibah. Tak lupa mereka juga memarahi Senja karena tak membalas perbuatan Alya.
"Kalau aku jadi kamu Nja, aku udah lempar mukanya sama pecahan mangkok." ujar Julian dengan penuh amarah.
Septian pun mengangguk setuju. "Biar tau rasa tu muka songong."
Senja malah tertawa. "Kalian ini kenapa sih, bukannya kalian takut sama Kak Aldi."
"Aku gak mau nambah runyam masalah." jawab Senja. Dia rasa sudah banyak berurusan dengan kakak kelas belakangan ini.
"Tapi menurutku mereka pantas dikasih pelajaran Nja." ujar Julian yang kekeh ingin balas dendam.
"Kan mereka udah sekolah, ada guru yang ngasih pelajaran. Ngapain saya capek-capek ngajarin mereka." ujar Senja dengan santai.
"Terserahlah Nja. Berdebat dengan mu gak akan ada habisnya." Septian mengalah, jika terus berdebat sampai besok pun tak selesai.

KAMU SEDANG MEMBACA
Adorable You
Humor|| Teenfiction || Angkasa Series || Jika sudah tertarik pada seseorang, kamu akan terus menarik perhatiannya. Jangan tanyakan kenapa? Tidak akan ada yang tau, rasanya alami. Datang dari diri sendiri tanpa perlu dorongan.