Senja tiba di sekolah dengan motor maticnya. Berjalan santai ke kelasnya. Tak sengaja dia berpapasan dengan Fajar. Dengan senyum yang begitu menawan Fajar berjalan membawa sebuah kotak.
"Dek!" teriak Fajar. Dia tak mengetahui nama dari adik kelasnya itu.
"Ada apa Kak?" tanya Senja yang langsung mendekati Fajar.
"Mau ke kelas? Satu kelas sama Luna?" tanya Fajar. Senja yang masih bingung dan kurang tanggap hanya diam melongo.
Dengan wajah yang masih polos Senja mulai bertanya. "Iya Kak, mau apa ya?" tanya Senja ingin tahu maksud kedatangan Fajar.
"Berarti saya gak salah. Mau ngikut masuk kelasmu tapi takut." jawab Fajar dengan muka yang cengengesan.
Masih dengan membawa kotak berwarna merah muda, senyum semringah dari seorang Fajar terus terpancar. Mucul puluhan tanda tanya di kepala Senja.
Sampainya di kelas, Senja langsung duduk dan mendekat ke arah Septyan dan Ijul yang sudah mengibah di belakang.
"Pagi-pagi udah gibah. Pahala belum datang eh udah buat dosa."ujar Senja yang mengagetkan kedua sahabatnya.
Septian langsung meringis lebar. "Ya kamu gak dengar berita hot. Makannya datang pagi." ejek Septian yang langsung mengena dihati Senja.
Mencoba acuh pada perkataan Septian dan ingin mencari tahu ada hal apa yang terjadi di pagi yang indah ini. "Saudara Septian yang terhormat, saya atas nama Senja Farindita ingin mengajukan sebuah pertanyaan."
Mulut Septian menganga lebar mendengar nada bicara Senja. "Bahasamu itu lho Nja, medeni." timpal Ijul dengan logat jawa.
"Hehe, jadi ada apa ini?" tanya Senja sekali lagi. Tak ada jawaban dari mereka berdua, hanya tatapan mata ke arah dua insan manusia.
Mulut Senja menganga lebar. Matanya melihat pemandangan yang benar-benar menyakitkan hati. Sosok yang dia kagumi menggenggam erat tangan sahabatnya.
Sebuah kotak berwarna pink dia berikan. Dengan kata-kata romantis, Fajar mengungkapkan perasaannya kepada Luna.
Setetes air mata Senja mengalir. Bukan air mata haru bahagia, tapi sakit hati. Memang harusnya dia bahagia karena sahabatnya mendapatkan sosok lelaki yang baik. Namun kalau seperti ini dia tidak tahu lagi.
"KOK KAMU MALAH NANGIS NJA?!" tiba-tiba Septian berteriak membuat fokus semua orang teralih padanya. Termasuk dua sejoli yang baru resmi hari ini.
"Siapa juga yang nangis," Senja mengusap kasar air matanya sambil terpaksa tersenyum. "Aku terharu tau, akhirnya Luna gak jomblo lagi." ujarnya yang nampak sangat bahagia.
Hatinya remuk sekali, dia masih tersenyum lebar namun air matanya tetap mengalir.
"Udah Nja, nanti kalau aku menikah kamu jangan nangis gini ya." ujar Ijul.
Senja langsung mengalihkan pandangannya ke arah Ijul. "Loh? Emang kenapa Jul?" tanya Senja heran.
"Ya nanti perhatian orang beralih ke kamu, ngiranya gila." tawa Ijul langsung pecah.
"Haha, gak lucu sama sekali." ujar Senja datar.
"Lucu sih Nja, tapi bukan kamu yang lucu. Aku lagi ngebayangin gimana rupa istrinya Ijul." Septian tertawa terbahak-bahak.
"Jangan-jangan Ijul udah ada hubungan sama si Bella kelas sebelah." tawa Septian semakin pecah setelah mengatakan itu.
Tak peduli dengan dua orang yang baru resmi di depannya. Mereka malah asyik tertawa sendiri. Begitu pula Senja, sejenak dia lupa bahwa hatinya hancur.
"Kalian itu lho receh banget, salah apa aku Ya Allah punya teman bentuknya kek gini." ujar Senja dengan tawa yang semakin menjadi.
"Dosamu itu banyak, kamu aja gak sadar. Sampai-sampai malaikat atid sudah habis buku ribuan lusin, kertas ratusan rim." kata Ijul penuh dengan macam-macam kata.
Septian langsung mencibir. "Hilih, gayamu pakai bahasa matematika. Satu lusin jumlahnya berapa biji saja kamu gak tau."
"Ckckck, jangan salah gini-gini nilaku matematika itu jempol." sombongnya yang berkebalikan dengan keadaan sesungguhnya.
"Jempol apa nol, Jul?" ujar Senja. Lalu tawa dari mereka meledak.
Perhatian semua orang kembali beralih ke mereka bertiga. "Hey kalian!! Gak bisa ya diam?" bentak seorang perempuan.
Senja rasa dia bukan dari kelas X. Mukanya asing dan Senja belum familiar. Apa dia kakak kelas atau murid baru?
"Apa kamu gak terima?" ujar Ijul.
"Mentang-mentang cewek aja sok galak, dikira aku gak berani." timpal Septian yang sama gregetnya.
Senja pun ikut marah, kalau mereka mau meresmikan hubungan ya silahkan. Tidak perlu marah segitunya.
"Apa hak anda mengatakan itu? Pangkat anda apa?" ujar Senja yang langsung menusuk hati.
"Aku kakak kelasmu, jaga kalo ngomong." makinya.
Berjilbab sih iya, tapi jilbab disampirkan di pundak apa faedahnya?
"Benahi dirimu dulu baru nilai orang lain." tiba-tiba Fajar berujar seperti itu.
Hati Senja kembali luluh, apa Fajar membelanya?
Yah, ambyar diriku ini, batin Senja.
"Tuh Di, pacarmu itu ajak pergi." ujar Fajar pada Aldi.
Akhirnya Senja tau siapa perempuan itu. Rasa penasaran dan marahnya langsung buyar.
Kini rasa takut masuk ke dalam relung hati Senja. Bagaimana bisa dia marah pada kakak kelasnya, apalagi dia sudah kelas XII.
Apalah daya, nasi sudah menjadi bubur. Kalau pun dia mencari masalah dengan Senja, dengan mudah Senja akan melawannya.
"Awas saja kalau kita bertemu lain kali." ancam Alya, lalu pergi bersama dengan Aldi.
"Memangnya aku takut?" ujar Senja tanpa rasa takut sedikit pun.
Terlihat bahwa Alya sedang mengumpat. Senja semakin tidak peduli dengan apa yang akan Alya lakukan.
"Kamu gak papa Nja?" tanya Luna penuh rasa khawatir.
Senja tersenyum lebar seperti biasa. "Jangan berpikir Senja itu lemah. Aku ini kuat lho."
Luna pun ikut tersenyum. Rasa khawatirnya pun ikut sirna. Walau ada rasa yang menganjal dalam hati Luna.
"Selamat ya Lun, ciee pasangan baru." ujar Senja menggoda pasangan baru yang berdiri di depannya.
"Kamu masih jomblo dek?" tanya Radit tiba-tiba.
Senja masih memasang wajah orang linging, bersamaan dengan kepalanya yang mengangguk pelan.
"Wah kesempatan saya. Tunggu saya dek, nanti akan aku buatkan rumah bukan cuma cupcake." ujar Radit.
Entah itu serius atau tidak. Senja juga tak berpikir terlalu jauh. Dia hanya tersenyum saja.
"Katanya kamu mau sama aku Nja." ucap Ijul.
Secara tidak sengaja Senja memukul punggu Ijul. "Punya mulut buat....? Punya otak buat....?"
"Maaf lah, aku kan suka bercanda." jawan Ijul dengan muka yang sudah pucat melihat tatapan mau Senja.
"Gak usah takut kaya lihat hantu tho Jul, aku juga cuma bercanda. Tapi mukulnya beneran." tawa Senja pecah. Disusul oleh tawa orang-orang di sekitarnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Adorable You
فكاهة|| Teenfiction || Angkasa Series || Jika sudah tertarik pada seseorang, kamu akan terus menarik perhatiannya. Jangan tanyakan kenapa? Tidak akan ada yang tau, rasanya alami. Datang dari diri sendiri tanpa perlu dorongan.