02 | Μόνο

1.5K 253 31
                                    

A/N: Vote dan Comment dipersilahkan. GRATIS lho, ya ga dituntut biaya kok:)

...

02. Μόνο; Sendiri

         PERKENALAN dari masing-masing keluarga berjalan cukup lancar. Kerajaan Mensis yang terlihat bahagia saat mengetahui calon menantu, begitu pula Kerajaan Caldwell yang membuka jalan luas untuk Tristan mendekati sang anak—Irene De’ Steir. Namun, sayangnya, disaat semua tengah bersandar gurau akan lelucon Raja Davidson, Irene tetap diam—tanpa berniat gabung dan ikut tertawa bersama mereka.


Dalam pikirannya, Irene hanya ingin pergi, keluar dari suasana yang amat Ia benci. Bahkan, selera makannya hilang. Dari acara dimulai sampai akhir, Irene sama sekali tak menyentuh makanannya. Irene kenyang. Kenyang akan senyuman bodoh yang selalu Tristan perlihatkan. Memang, dia pikir dia tampan? Cih.

Berbeda dengan Tristan, yang seakan sulit untuk memalingkan tatapannya. Lelaki itu sengaja mengambil duduk dihadapan Irene, katanya sih, agar lebih leluasa menatap wajah sang istri, ralat—calon istri. Ya, meskipun masih calon, Tristan bertekad mendapatkan Irene menjadi miliknya. Mau Irene suka atau tidak.

Disela-sela obrolan mereka, Eleanor menyempatkan diri meneguk anggur yang disediakan pelayannya. Sesekali, pandangan sang Ratu melirik ke arah Irene. Dimana putrinya terlihat berbeda, tidak ada satu katapun yang keluar dari mulut Irene sejak makan malam berlangsung. Menyentuh makanan saja enggan dan tampak tak sudi.

Wanita tua itu membuang napas perlahan, menaruh gelas anggurnya ke permukaan meja tanpa suara. Pandangan wanita itu kosong pada gelas yang sudah tak terisi cairan apapun. Pikiran Eleanor kacau, melihat bagaimana sikap Irene sekarang benar-benar membuat Eleanor merasa bersalah. Sebagai seorang Ibu yang sudah mengandung Irene selama sembilan bulan, Eleanor tahu apa yang sedang gadisnya rasakan.

Irene tak menyukai perjodohan ini. Gadis itu tak disuka kebahagiaannya diatur, Irene tidak suka dirinya dipaksa melakukan sesuatu yang tidak Ia sukai. Namun, apa yang bisa Irene lakukan saat ini? Nothing. Berbicara pun rasanya percuma. Eleanor sendiri sudah beribu kali membujuk Davidson untuk berpikir lagi, tapi suaminya itu seakan tak mendengar.

Davidson hanya mengkhawatirkan masa depan kerajaan.

Entah mengapa sang Raja seakan tak pernah puas akan hasil yang sudah didapat. Lantas apa kekurangan kerajaan Caldwell? Kerajaan itu sudah terlampau besar, memiliki tanah di berbagai daerah, bahkan kerajaan tersebut sudah menjalin kerjasama dengan pejabat negara. Lantas apa yang kurang?

Sampai malam kemarin, Eleanor melayangkan pertanyaan pada Davidson. Apa tujuan lelaki itu dan jawaban suaminya benar-benar menyayat hati.

"Aku ingin kerajaan kita memiliki masa depan yang menjanjikan, sayang. Sebelum Irene jatuh cinta dengan orang yang salah, aku akan memberikannya pada orang yang benar. Kau tahu kita tak memiliki seorang putera."

"Itu sama saja seperti kau menjualnya, Davidson. Apa kau sadar jika sudah melibatkan anakmu dalam permainan monopoli?!"

Eleanor tak habis pikir. Davidson sudah benar-benar gila, bagaimana bisa Ia melakukan permainan monopoli? Semua generasi Kerajaan Caldwell sudah tahu, bahwa permainan itu sangat ditentang. Tahu, kenapa? Karena dengan permainan itu Davidson berubah menjadi sosok monster yang haus akan harta. Serakah dan egois. Davidson akan melakukan apapun agar Kerajaannya ini tak pernah padam. Ibarat seperti mainan, Ia harus memiliki batrai agar tetap bisa digunakan.

Dengan wajah tak berdosa, Davidson mengatakan. "No, Eleanor! Aku tidak menjualnya. Justru aku memberikan Irene kebahagiaan, jadi dia tidak perlu susah payah mencari pendamping." Lelaki tua itu tersenyum sinis begitu membayangkan betapa untungnya rencana ini. "Lagipula, aku tidak ingin kerajaan Caldwell jatuh pada tangan yang salah, aku butuh tiang penyangga bagi puteri-puteri kita sebagai Ratu kerajaan selanjutnya," sambungnya.

Dibalik wajahnya yang selalu tersenyum ramah, Eleanor menyimpan banyak rasa khawatir. Namun tak mungkinkan Ia menampakkan itu semua? Maka dari itu, Eleanor hanya mampu menyimpannya sendiri. Dan persoalan perjodohan Irene, Eleanor memang setuju. Tapi mau bagaimana lagi, Ia harus tetap mengikuti semua keinginan suaminya. Eleanor harus membujuk Irene agar semuanya bisa berjalan lancar. Jika tidak... Eleanor akan kehilangan gadisnya untuk sementara waktu.

Suara tawa keras Davidson berhasil membuat Eleanor tersentak, Apa baru saja Ia melamun? Astaga. Wanita tua itu mengusap wajah dan bersikap seperti biasa. Kepalanya menoleh ke arah samping, dimana Irene berada. Ekspresi gadis itu bahkan tak berubah, masih sama menekuk masam.

Perlahan, Eleanor mengusap lembut permukaan lengan Irene, membuat si empunya mendongak dan menatap Eleanor sendu. Tatapan mereka saling beradu, “Aku benci ini bu.” Irene bergumam tanpa bersuara.

ALITHEIA [Vrene Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang