12. Rasa bersalah

150 16 0
                                    

Setelah makan selesai, aku dan Bagas segera pulang setelah membayar tadi.
Kali ini Bagas membawa motor dengan kecepatan normal.

Katanya takut sakit perut karena kita baru saja makan. Alasan klise, padahal aku tau jika dia ingin mengulur waktu.

Bagas banyak bercerita tentang dirinya di sepanjang jalan. Bagas punya peliharaan hamster ada sepuluh di rumah, Bagas punya satu adik perempuan yang masih sekolah dasar. Bagas juga bercerita tentang hobinya dan beberapa hal lain tentang dirinya.

Aku dan dia sampai tertawa terbahak-bahak saat Bagas bercerita jika dia pernah mengompol saat masuk sekolah menengah pertama dulu.

Aku senang sore ini kita berdua bisa tertawa bersama di satu motor yang sama.

Tak terasa gerbang rumahku sudah terlihat. Bagas segera menepikan motornya dan kemudian mengklakson.

Supirku membuka gerbang dengan senyum jahil yang ia buat, aku dan Bagas sempat tersipu malu.

"Makasih ya Gas" ucapku.

"Iya Gat. Helm nya lo simpen aja" ucap Bagas.

"Iya Gas, maaf ya besok ngga bisa bareng" ucapku.

"Ngga papa Gatha, yaudah gue pulang ya." ucap Bagas.

"Iya, hati-hati jangan ngebut" ucapku.

"Iya Gat" ucap Bagas.

"Mari Pak" ucap Bagas pada supirku.

"Iya Mas Bagas" jawab supirku.

Bagas segera berlalu meninggalkan rumahku.

"Udah Non, besok kan bisa ketemu lagi di sekolah. Saya juga dulu sering kangen sama pacar saya, tapi saya, loh Non saya belum selesai ceritanyaa"  teriak supirku.

Aku memang sering heran dengan pekerja disini. Mereka semua lucu, terutama supirku ini. Dia sering sekali menceritakan mantan kekasihnya padaku.

Aku sampai hafal dengan jalan cerita yang terus dia ulang. Maka dari itu, aku segera masuk ke dalam rumah dan meninggalkan supirku yang sedang galau.

"Maaf Pak, saya ngantuk hahaha" ucapku membalas berteriak.

Aku melepas seragam dan segala atribut lainnya di kamar. Segera mandi dan berganti pakaian dengan cepat lalu mengecek ponselku.

Banyak pesan dari grup chat seperti biasa, satu pesan dari Bagas isinya dia bilang kalau sudah sampai, dan satu lagi pesan dari Zalda, isinya...

"Gat, gue mau cerita"

Aku segera membalas pesan Bagas dan Zalda. Tak lama, Zalda menelfonku. Aku segera mengangkat nya, mungkin saat ini Zalda butuh teman bercerita.

"Halo Gat, gue ganggu ga nih?" tanya Zalda memastikan.

"Halo Zal. Engga, cerita aja" ucapku.

"Tapi gue masih ragu Gat" ucap Zalda.

"Memang tentang apa Zal?" tanyaku.

"Tentang.. Emm lo janji kan ngga bilang-bilang, apalagi ke Desi sama Cerry" ucap Zalda.

"Iya Zal, janji" ucapku yakin.

"Gue.. gue kayanya suka ke orang" ucap Zalda pelan.

Aku mencerna kembali ucapannya. Zalda? Jatuh cinta? Setauku dan teman-teman, Zalda itu tipikal cewe yang sangat malas membahas cowo. Lalu ini?

"Hah? Beneran Zal? Ini Zalda bukan sih?" tanyaku memastikan.

"Ish Gatha, beneran Zalda ko" ucap Zalda.

"Memangnya siapa sih yang bisa bikin kamu jatuh cinta. Aku bakal ucapin terima kasih deh nanti" ucapku.

"Ish, Gat, pokoknya setelah lo tau, lo diem aja. Ga usah bilang siapapun, termasuk ke cowo ini. Cukup gue dan lo aja yang tau, sama Tuhan juga" ucap Zalda.

"Iya Zalda. Memangnya siapa sih? Aku kenal ngga?" tanyaku.

"Kenal, kenal banget" kata Zalda.

"Joni ya?" tanyaku.

"Sialan lo, bukan lah!" ucap Zalda sewot.

Aku terkekeh mendengarnya. Joni itu anak yang bisa dibilang jorok di kelas kami, setiap hari dia selalu mengupil di pojokan kelas. Lalu meletakkan upilnya di bawah meja. Hal itu yang membuat kami merasa ilfeel.

"Terus siapa Zal?" tanyaku lagi.

"Emm.. Jangan ketawa ya" ucap Zalda.

"Iya" ucapku yang mulai tak sabar.

"Bagas Pamungkas" ucap Zalda pelan.

Iphone ku nyaris terjatuh ke lantai jika aku tidak menahannya.
Apa aku tidak salah dengar?

Bagas Pamungkas. 

Laki-laki yang dua hari belakangan ini selalu bersamaku. Lelaki yang selalu membuatku bingung dan senang secara bersamaan. Lelaki yang bisa membuat pipiku memanas. Lelaki yang sama?

Aku menatap nanar pada sebuah helm hello kitty yang ku simpan di atas lemari.

"Gat, Gatha ko diem. Lo boker? Apa pingsan? Gat" panggilan Zalda terus terdengar di telingaku.

Aku ingin menjawabnya, namun entah mengapa bibirku kelu.

Saat itu juga, sebuah notif melintas di ponselku.

Dari Bagas Pamungkas
"Sweet dream Agatha"

Tuhan, mengapa aku sedikit merasa bersalah. Memangnya aku ini siapa diantara mereka?

730'Days ✔ endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang