8. Alis yang menukik

157 14 0
                                    

Saat aku dan Bagas sampai di sekolah, keadaan parkiran masih lumayan sepi.
Kami tiba pukul 06.23. Aku baru menyadari jika Bagas sangat kencang saat membawa motor.

"Udah sampai" ucap Bagas.

Aku segera turun dan melepaskan helm hello kitty yang katanya dia beli khusus untukku.

Bagas juga melepas helmnya. Dia meletakkan helm kami di masing-masing spion motornya.

Aku memilin jariku, tanda jika aku sedang dilanda gugup.
Aku mengingat sepanjang jalan ke sekolah aku memeluk tubuh Bagas daro belakang.

Bahkan wangi parfum Bagas sampai menempel di seragamku.

"Kenapa? Ayo ke kelas bareng" ajak Bagas.

Aku hanya menyamakan langkahnya dan berjalan tepat di sampingnya.
Sesekali Bagas membenahi jambulnya.

"Gas" panggilku saat di koridor.

"Iya" jawab Bagas lalu memalingkan wajah menatapku.

Kami berbicara sambil berjalan.

"Itu, aku ngga bisa berangkat bareng kamu seterusnya" ucapku.

"Kenapa?" tanya Bagas.

"Emm, ngga papa." ucapku bingung sendiri.

Bagas menghentikan jalannya. Aku pun ikut berhenti. Kami sama-sama saling menatap. Sebenarnya hanya Bagas yang menatap, aku menunduk.

"Lo ngga nyaman ya sama gue? Atau l. o keganggu?" tanya Bagas.

Sontak aku mendongakkan kepala menatap Bagas.

"Bukan itu Gas, aku ngerasa aneh aja sama sikap kamu. Tiba-tiba kaya gini" ucapku.

"Oh jadi itu" ucap Bagas lalu mengangguk-angguk.

"Maaf ya, mungkin gue terlalu buru-buru. Gue ngga akan maksa lo atau minta ke lo untuk berangkat bareng lagi. Tapi kalo lo mau, gue siap kapanpun" ucap Bagas.

"Sebenernya kamu kenapa Gas?" tanyaku.

"Nanti juga lo tau, yaudah bentar lagi bel masuk bunyi, ayo ke kelas Gat" ucap Bagas lalu menarik tanganku.

Aku berusaha menyamakan langkahnya yang terburu-buru, kami sempat tersandung pot dan tertawa bersama.

Saat melewati kelas X Mipa 1 Bagas menghentikan langkahnya.
Jelas saja, ada temannya Faisal.

Aku masih bertanya-tanya sebenarnya mereka sudah berteman sejak kapan. Karena menurutku, Faisal tidak seakrab ini dengan temannya yang lain. Hanya dengan Bagas ia sangat akrab.

"Sal, pagi banget lo tumben" sapa Bagas yang tetap menggenggam tanganku.

Aku hanya diam sesekali melirik ke arah Faisal.

"Lo juga pagi" ucap Faisal.

"Iya dong, lo kemaren kemana? Cabut ngga ngajak gue?" tanya Bagas.

"Urusan" ucap Faisal.

"Oh urusan, yaudah lah males ngomong sama lo irit mulu. Yuk Gat" ucap Bagas lalu menarikku lagi.

Aku memberanikan diri menengokkan kepala ke arah belakang.
Faisal masih berdiri di ambang pintu kelasnya, dengan kedua tangan masuk ke saku hoodie dan matanya...

Matanya mengarah pada genggaman tanganku dan Bagas.
Ku lihat dengan jelas, kedua alisnya menukik dalam.

Pandangan apa itu?


730'Days ✔ endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang