25. Ada Perubahan

116 13 0
                                    

"Wesss tumben si Faisal gini Gat" ucap Bagas yang tiba-tiba entah bagaimana sudah duduk di depanku.

"Tumben apanya?" tanyaku.

"Peduli, dia itu jarang peduli tau" ucap Bagas sambil tersenyum-senyum.

"Apasih Gas" ucapku malu-malu.

"Jadi gimana?" tanya Bagas.

"Gimana apanya?" tanyaku balik.

"Lo sama Isal? Ada perkembangan ngga?" tanya Bagas yang kini mulai serius.

Aku menggeleng dan mengidikkan bahu tak tahu.

"Ck, gimana sih lo. Sini-sini ikut gue" ajak Bagas lalu menarikku keluar kelas.

Kelas kami memang sedang jam kosong. Karena Bu Susi sedang izin untuk melahirkan anaknya yang ke delapan.

Bagas membawaku ke kursi teras depan kelas. Lumayan sepi karena kelas sebelah sedang mapel.

"Apa Gas?" tanyaku.

"Masa ngga ada perkembangan sih? Lo sama dia masih gini-gini aja? Saling tatap, ngobrol kalo kebetulan ketemu aja gitu, ck Agathaaaa" ucap Bagas sedikit berteriak.

"Ya mau gimana lagi. Aku kan mengikuti takdir" ucapku.

"Ya ngga bisa gitu Gat. Lo juga bisa deketin Isal duluan, menurut gue juga Isal lagi berusaha deketin lo" kata Bagas berpendapat.

"Haha, Isal deketin aku? Ngga mungkin lah Gas" ucapku tak yakin.

"Sekarang gini, lo udah berapa kali di bantu dia? Udah berapa kali kalian ketemu? Lo pernah liat Isal ajak ngobrol cewe? Cuma lo Gat! Gue rasa ada perubahan dari diri Isal." ucap Bagas.

"Aku ngga mau menyimpulkan sendiri Gas, aku takut" ucapku lirih.

Bagas menghela nafasnya.

"Lo takut lo jatuh cinta sepihak?" tanya Bagas.

Aku mengangguk membenarkan.

"Lagi pula,selain aku, banyak juga yang suka dia" ucapku.

"Gue tau"ucap Bagas.

"Gas, apa kamu tau tentang masa lalu Faisal. Waktu di halte dulu, dia pernah bilang kalo dia pernah ada di posisi yang menyakitkan" ucapku bertanya.

Kulihat Bagas seperti menegang. Memangnya ada apa dengan Faisal dulu?

"Gas?" tanyaku lagi.

"Lo harus janji, setelah tau ini jangan pernah ungkit ke Isal. Cukup tau aja" ucap Bagas.

"Iya, janji" jawabku.

Bagas mengela nafas dan menyatukan jari-jarinya.

"Isal pernah deket sama satu cewek. Unik banget, cantik dan pinter juga. Mereka deket banget, sampe kemana-mana selalu bareng" ucap Bagas mulai bercerita.

"Namanya, Stella. Malem saat dia ulang tahun, Isal mau nembak dia gitu. Tapi dia keduluan" ucap Bagas.

Aku tidak mengerti arti kata keduluan itu. Aku tetap diam dan menyimak.

"Stella cerita malem itu, dia ditembak Roni, temen Isal kalo main futsal. Isal cuma bisa dengerin. Gue yang tau kalo Isal mau nembak pun awalnya kaget."

"Stella makin deket sama Roni, dari awal gue sama Isal udah menduga kalo Stella perlahan akan ngejauh. Dan itu terjadi"

"Isal ngga nyalahin Stella, tapi dia nyalahin dirinya sendiri. Isal terlalu lama mengulur waktu"

"Dari kejadian itu, gue ngga pernah liat Isal deket sama cewe lagi. Kalo sikapnya yang dingin, dia emang begitu dari lahir sih"

"Gue kadang masih penasaran, apa dia udah berhasil move on"

"Apa kalian masih sering berhubungan sama Stella? Lewat media sosial mungkin?" tanyaku.

"Masih. Kita masih saling following di instagram sih" jawab Bagas.

"Oo begitu." ucapku lirih.

Entah mengapa aku merasa sedikit tersentil karena cerita ini.
Kami sama-sama terdiam cukup lama.

"Tenang, gue bakal bantuin lo Gat" ucap Bagas tiba-tiba.

"Hah, apaan engga usah Gas" tolakku.

"Isal kan temen gue, gue nanti pelan-pelan bakal bikin dia sadar kalo lo suka ke dia,gimana?" tawar Bagas.

"Aku bener-bener ngga yakin Gas" ucapku.

"Lo jangan pesimis dulu lah" kata Bagas meyakinkan.

"Terserah kamu aja Gas" ucapku.

"Nah gitu dong. Udah senyum lagi Gat, cemberut mulu" ledek Bagas.

"Bagas ih" ucapku jengah.

"Bisa ya Kak Karin tahan sama kamu" ucapku balik meledeknya.

"Dih, lo ngga tau aja Gat, gue ini ngangenin ko" ucap Bagas percaya diri.

Aku lantas pura-pura mual-mual karena tingkah Bagas.

"Yaudah ayo masuk Gas" ucapku menarik tangan Bagas untuk bangun lalu mendorong punggung Bagas untuk masuk ke dalam.

Saat itu aku dan Bagas tidak tau, jika ada sepasang mata yang melihat bahkan mendengar pembicaraan kita tadi.

730'Days ✔ endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang