Genap satu tahun Sal. Setelah sore itu, hari-hariku berjalan biasa saja.
Kamu tetap dingin dan diam. Namun aku menyadari, kamu lebih banyak menatapku diam-diam dari jauh.Bagas dan aku?
Kita sudah menyelesaikannya.
Malam setelah kamu mengatarku pulang Sal, Bagas ke rumahku."Gatha" teriak Bagas berulang kali dari gerbang.
Aku sangat malas bertemu dengannya. Namun, dari pada tetanggaku terganggu mendengarnya, aku lebih baik menemuinya.
Aku membuka gerbang dan melihatnya dengan keadaan lusuh. Bagas masih memakai seragam sekolah.
Aku mengajaknya masuk ke dalam. Bibi menyiapkan minuman hangat untuknya. Aku memintanya untuk mengganti bajunya dengan baju Papa, namun dia menolak.
"Ada apa Gas?" tanyaku memulai pembicaraan.
"Gat, gue ngga bisa nahan lagi" ucap Bagas.
"Nahan apa Gas?" tanyaku, sebenarnya aku tau. Ya aku tau dari kamu Sal.
"Gue suka ke lo, dari awal lo perkenalan. Lo inget kan gue pernah ejek lo karena lo masih pake aku-kamu. Saat itu juga, gue selalu penasaran ke lo Gat" ucap Bagas mulai bercerita.
Aku diam saja dan memilih mendengarkannya.
"Gue awalnya ngga ada pikiran buat deketin lo. Tapi, gue selalu sadar satu hal. Faisal, temen gue. Dia selalu liatin lo" lanjut Bagas.
Aku menatap Bagas saat dia menyebut Faisal. Ternyata dia juga menyadarinya.
"Gue ngga pernah liat Faisal merhatiin cewe. Waktu gue tau itu lo, gue berusaha cari tau, apa yang buat lo spesial, sampe menarik di mata Isal" lanjut Bagas.
"Gue iseng telfon lo malem itu. Gue ngga tau lo bakal semalu itu. Setelah beberapa hari kita jalan,berangkat dan pulang bareng, gue baru sadar, lo beda dari cewek lain" kata Bagas.
"Lama-lama Gat, perasaan ini muncul sendiri. Gue harap lo sadar perlahan. Tapi kenapa Gat, kenapa lo kasih kesempatan buat Zalda deketin gue?" tanya Bagas.
"Karena dia suka kamu" jawabku jujur.
"Karena itu? Tapi kenapa ujungnya lo nangis? Kenapa lo sedih? Lo pikir gue ngga tau." tanya Bagas.
Aku terdiam karena aku sendiri tak mengerti jawabannya.
"Sekarang gue tanya apa jawaban lo?" tanya Bagas.
Aku menatapnya dan menggeleng pelan.
"Lo ngga tau kan? Agatha, perasaan lo sekarang itu cuma abu-abu. Lo ngga ada perasaan apapun ke gue. Lo ngga usah jawab, gue bisa rasain. Lo cuma nyaman ke gue, ngga lebih. " ucap Bagas lirih.
"Lo selalu gugup deket Faisal kan?" tanya Bagas.
"Darimana kamu tau?" tanyaku.
"Gue selalu merhatiin kalian. Buku yang rusak itu, karena lo gugup. Yang ngasih obat maag Faisal. Ngelindungin lo dari buku jatuh juga Faisal. Semuanya Faisal, faisal dan Faisal. Gue ngga pernah ada saat lo susah dan sedih, tapi Faisal ada." ucap Bagas.
"Aku minta maaf Gas" ucapku.
"Bukan lo yang harusnya minta maaf. Tapi gue" ucap Bagas.
"Gue ngehalangi kalian berdua. Gue bikin lo ngerasa abu-abu dan seakan punya perasaan ke gue" ucap Bagas lalu dia menunduk.
Aku mendekatinya.
"Makasih ya Gas, berkat kamu Gatha sadar siapa yang sebenarnya Gatha sukai. Maaf juga udah buat kamu ngga nyaman sama Zalda" ucap Gatha.
"Iya Gat, gue udah tenang kalo lo udah sadar gini." ucap Bagas.
"Kamu sama Zalda gimana?" tanyaku.
"Gue udah bilang ke dia, tapi gue ngga ngaku kalo gue suka ke lo. Gue cuma nolak dia biar dia ngga terus-terusan sakit dan berharap lebih ke gue" ucap Bagas.
"Gatha ngerti Gas, makasih ya buat semuanya. Makasih pernah ada buat Gatha" ucapku.
"Boleh gue peluk sebelum pulang?" tanya Bagas.
Aku menggangguk.
Satu menit, Bagas memelukku. Aku merasa sebagian ada yang hilang, lalu sebagian datang kelegaan.Bagas melepas pelukanku dan berdiri. Dia hendak pulang.
"Helm hello kitty dari gue di simpen ya. Kalo perlu lo laminating biar awet" ucap Bagas.
Kami tertawa bersama.
"Jangan berubah ya Gat, kita masih temen. Gue masih bisa jadi ojek 24 jam juga. Gue pulang dulu, night" ucap Bagas lalu pergi dari rumahku.
Aku terududuk di sofa, sedari tadi aku menahannya. Aku menangis terisak. Aku tau ini sakit, tapi aku harus terima.
Karena kenyataanya, hatiku lebih memilih kamu Sal, bukan Bagas.
KAMU SEDANG MEMBACA
730'Days ✔ end
Teen FictionSatu tahun aku mencari arti tatapan curi pandang Faisal padaku. Di gerbang, koridor, kantin dan perpustakaan. Kita hanya berpapasan tanpa memberi sapaan. Sampai akhirnya, hari perkenalan itu terjadi. Kamu dan aku menjadi dekat tanpa terasa. Banyak...