16. Akan dimulai

134 18 0
                                    

Aku kembali ke kelas setelah meminjam novel ke perpustakaan tadi.
Zalda terlihat senyum-senyum sendiri menatap iphone miliknya.

"Seneng banget kayanya" ucapku.

"Eh lo Gat, iya nih gue di follow back sama Bagas" ucap Zalda.

"Aku denger dari Desi, kamu sama Bagas berangkat bareng tadi pagi?" tanyaku memastikan.

"Iya, hehe. Gue yang ajak sih, tadinya dia nolak gitu tapi akhirnya mau" Ucap Zalda.

Jadi Zalda yang  mengajaknya.

"Tadi gue juga buat bekal buat Bagas, tapi dia belum makan dari tadi" ucap Zalda.

"Mungkin dia belum laper" ucapku.

"Eh Gat, menurut lo gue sama Bagas cocok ngga sih?" tanya Zalda.

"Ya, ya cocok lah. Kamu kan cantik, Bagas juga lumayan keren lah" ucapku.

"Jadi seneng dengernya. Lo gimana, udah dapet rencana buat deketin gue sama Bagas?" tanya Zalda.

"Emm, udah" ucapku.

"Apa apa?" tanya Zalda antusias.

"Aku saranin kalian nonton bioskop gitu." ucapku.

"Boleh tuh, udah lama juga ngga nonton. Lo ikut ya" ucap Zalda.

"Hah? Aku? Engga deh engga" ucapku menolak.

"Nanti canggung Gat. Pleaseee Agatha" ucap Zalda dan menunjukkan puppy eyes nya.

"Hmm iya deh" ucapku pasrah.

"Yes...Thanks Gat, gue chat Bagas sekarang ya" ucap Zalda senang lalu mulai memainkan iphone nya.

Aku harus berada di antara keduanya. Sebagai apa? Semoga aku bisa.

Sepulangnya dari sekolah. Kami bertiga berada di parkiran.
Bodoh sekali aku mengiyakan tawaran Zalda.

Jika Zalda membonceng Bagas, lalu aku dengan siapa? Aku saja tidak membawa kendaraan ke sekolah, tidak mungkin aku mengajak supirku kan?

"Kita jadi nonton kan Gas,Gat?" tanya Zalda.

"Hm" jawab Bagas , kemudian melirikku.

Tumben Bagas secuek ini. Aku tak pernah melihat raut malas dan datarnya.

"Aku siapa siapa?" tanyaku bingung.

"O iya, nanti lo bonceng siapa ya, ngga mungkin kita bertigaan" ucap Zalda.

Bagas melangkahkan kaki ke arah selatan. Dia menghampiri Faisal yang sedang memakai jaket.
Mereka berbicara sejenak, lalu bagas kembali.

"Gatha sama Isal" ucap Bagas.

"Hah?" ucapku melongo.

"Nah sekarang udah pas. Ayo berangkat" ucap Zalda semangat.

Sedangkan aku. Aku memilin jari-jariku, aku selalu gugup di hadapan Faisal, sekarang aku akan bagaimana saat di boncengan Faisal nanti?

Aku melihat Zalda sudah duduk nyaman di atas motor yang pernah ku duduki beberapa hari lalu. Aku tak sengaja melihat Bagas menatapku lewat kaca spion. Aku menunduk.

Tin

Suara klakson mengagetkanku. Rupanya Faisal sudah di sampingku. Motor hitam, jaket hitam, helm hitam, tas hitam. Hanya celananya saja yang biru karena celana osis.

Aku segera menaiki motornya. Aku tidak memakai helm. Sebenarnya aku takut, apalagi saat mengingat Faisal di lampu merah waktu itu. Dia sangat cepat saat mengendarai motor. Namun aku diam dan menunduk.

Ternyata Faisal membawa motornya dengan kecepatan normal. Aku bersyukur.
Aku melihat motor Bagas di depan. Mereka berdua tampak diam saja. Tidak mengobrol. Biasanya Bagas selalu berceloteh saat perjalanan.

Aku menghela nafas. Aku dan Faisal pun sama. Kami hanya diam saja.
Sesekali aku melihat mata Faisal lewat spion. Matanya lurus ke depan dengan pandangan tajam.

Kami hanya diam, tidak berbicara dan menyapa.
Namun takdir, sore hari, dan kota Bandung akan membuat semuanya perlahan berubah.

730'Days ✔ endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang