33. Mie Rebus

118 13 0
                                    

Setelah melihat-lihat pameran,  aku dan Faisal segera kembali ke parkiran.

"Sorry ya, gue ngga sediain helm" ucap Faisal.

"Iya ngga papa" jawabku.

Aku jadi teringat helm hello kitty yang Bagas berikan. Sudah lama aku tidak memaiknya. Aku tersenyum samar mengingat kenangan kami.

"Ayo naik" ucap Faisal.

Aku segera menaiki motornya. Faisal melajukan motornya sesekali bercerita denganku.

Aku senang dengan perubahannya. Sikapnya, perkataannya, semuanya.
Ini kan yang aku harapkan? Lalu mengapa disaat seperti ini, aku malah teringat tentang Bagas.

Sewaktu aku dan dia menghabisakan sore di perjalanan. Bercerita seperti yang aku dan Faisal sedang lakukan. Bersenda gurau sampai kondektur kopaja menegur kami karena terlalu berisik. 

Aku tertawa pelan.

"Kenapa ketawa Gat? Kan gue lagi cerita horor barusan" ucap Faisal menyadarkanku.

"Eh, itu tadi tiba-tiba kepikiran hal lucu" ucapku asal.

Sadar Agatha! Ini yang aku inginkan. Bagas sudah bersama Kak Karin Gat, ingat itu!

Aku merasa rintik hujan menerpa kulitku. Faisal juga merasakan hal yang sama. Dia mulai melajukan motornya lebih cepat. Namun kami kalah dengan derasnya hujan.

Kami menepi di sebuah warung kecil pinggir jalan. Warungnya sepi. Aku dan Faisal turun dari motor dan berteduh di warung itu.

"Permisi bu" ucapku.

"Mari nak, aduh kehujanan ya. Silahkan duduk" sambut penjual itu kepadaku dan Faisal.

"Iya bu, terima kasih" ucapku.

Aku dan Faisal duduk bersebelahan di bangku kayu panjang. Kami sama-sama melihat keadaan warung yang sederhana ini.

"Mau minum teh hangat nak?" tanya ibu itu.

"Boleh bu, dua ya" ucapku.

"Gue engga Gat" tolak Faisal pelan.

"Biar hangat Sal" ucapku.

"Oke" jawab Faisal.

"Mie rebus dua bu" ucap Faisal tiba-tiba.

"Iya nak, ibu buatkan sebentar" kata penjual itu.

"Aku ngga boleh makan mie Sal" ucapku pelan.

"Biar kenyang Gat" ucap Faisal.

Aku menghembuskan nafas. Ini pertama kalinya aku makan mie rebus. Jika Mama tau aku bisa dimarahi habis-habisan. Sudahlah, satu kali ini saja.

Sambil menunggu mie aku mengecek iphone ku, Faisal juga sama.

Tiba-tiba, Bagas menelfonku. Ada apa?
Aku segera bangkit untuk menjauh dari Faisal.

"Kemana?" tanya Faisal.

"Angkat telfon" jawabku.

Faisal hanya mengangguk mengiyakan.

"Halo Gas" ucapku.

"Gat lo dimana?" tanya Bagas berteriak.
Aku mendengar suara hujan yang sangat deras.

"Di warung sama Faisal. Kenapa Gas?" tanyaku.

"Gue kesana ya, share loc" ucap Bagas lalu mematikan sambungan begitu saja.

Kenapa dia?
Aku segera mengirim lokasi ke whatsapp Bagas. Kemudian duduk kembali.

"Bagas mau kesini" ucapku.

"Ngapain?" tanya Isal, alsinya menukik.

"Ngga tau juga" jawabku.

Mie rebus dan teh hangat yang kami pesan sudah jadi. Aku dan Faisal bersiap-siap makan.

Aku mengambil sendok dan garpu. Mulai mengaduk-aduk kuah mie agar bumbunya tercampur rata dan meresap.

Sementara Faisal, dia sudah melahapnya lebih dulu.

Baru saja aku akan menyuapkan sesendok mie, sebuah tangan menghentikan pergerakanku.

Tangan basah dan dingin... dia gemetar

730'Days ✔ endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang