Fifteen

23 5 0
                                    

Warning⚠️
Siap-siap. Ini bagian favoritku loh🌚

♔♔♔

8 bulan kemudian...

Cuaca hari ini cerah. Hanya ada awan-awan putih seperti kapas raksasa yang menancap di atas langit biru dan juga sinar dari sang surya yang menghangatkan tubuh.

Sudah pukul sepuluh pagi. Tahu tidak? Aku sudah lulus SMA sejak dua bulan yang lalu dan aku senang sekali karena bisa diterima di kampus tempat Jungkook kuliah. Omong-omong soal Jungkook, aku tak melihatnya datang ke rumahku padahal dia sendiri yang bilang kalau dia akan datang. Setelah menunggu selama kurang lebih sepuluh menit, akhirnya orang yang kutunggu datang juga. Jangan salah sangka dulu. Aku menunggunya karena aku ingin meminta novelku yang sempat dipinjamnya tempo hari.

"Halo, Hazel."

Aku tersenyum saat pemuda bersurai kelam itu sudah berdiri dihadapanku. "Halo, Jungkook Oppa."

"Duduklah," ucapku basa-basi dulu kemudian aku melanjutkan, "Dimana novelku?" tanyaku kemudian dan bisa kulihat pemuda itu terdiam sejenak hingga membuat senyumku memudar saat ini juga. Jangan bilang kalau dia melupakan novelku?

Pemuda itu tertawa sumbang dengan jawaban yang membuatku sangat kesal. "Aku lupa. Maaf. Emm, bagaimana kalau kita mengambilnya di rumahku? Kalau aku pulang dan mengambilnya lagi lalu kembali ke sini, itu sangat rumit dan membuang-buang bensinku. Lagipula nanti kau juga tidak akan sendirian lagi. Bagaimana?"

"Oke. Tunggu sebentar, ya. Aku mau ganti baju dulu." kataku lalu berjalan menuju ke kamar untuk berganti baju. Tidak lama kok. Paling hanya sepuluh menit. Aku hanya memakai hoodie oversized warna hitam dengan celana skinny jeans dan tanpa memoles apapun pada wajahku. Natural saja. Lagipula aku 'kan sudah cantik. Benar, 'kan? Kalau aku tidak cantik kenapa Jungkook bisa beralih menyukaiku? Oke itu tidak penting. Yang terpenting sekarang aku ingin novel kesayanganku cepat kembali ke pelukanku.

"Sudah selesai. Ayo." Jungkook mendongak dan menatapku kemudian ia berdiri dengan senyum manis yang mengembang di bibirnya. Kami berjalan keluar dan masuk ke dalam Mercedes miliknya setelah mengunci pintu rumahku.

Kami melewati setiap rumah demi rumah. Juga jalanan yang tak terlalu ramai dengan pepohonan yang tumbuh subur di setiap rumah dan sedikit kendaraan yang berlalu lalang. Hingga kami sampai pada sebuah rumah yang berdiri kokoh di ujung jalan. Rumah sederhana bercat putih. Tampak sepi. Aku tahu kalau rumah Jungkook memang selalu sepi. Itu karena kedua orang tuanya menetap di Busan sementara si Jeon memilih untuk tinggal di Seoul. Aku juga berasal dari Daegu. Tetapi aku menetap di Seoul karena Ayahku berasal dari kota ini.

Aku berdiri di keramik tempatku berpijak saat ini sebelum akhirnya aku mendudukkan diri pada sofa putih nan empuk yang terdapat di rumah Jungkook.

"Aku ambilkan dulu." ujarnya lalu pergi entah kemana. Kurasa ke kamar. Yah, siapa peduli dia pergi kemana. Yang penting novelku kembali.

Tak lebih dari satu menit akhirnya Jungkook datang dengan membawakanku novel yang ia bawa. Ingin segera pulang tetapi Jungkook menahan dan kini tengah membuatkanku minuman untukku. Wajar sih. Aku kan tamu nya disini.

Toiletnya dimana sih? Tidak tahan rasanya aku ingin segera menuntaskan urusanku. Apa lagi? Buang air kecil tentunya. Aku hendak berlari menuju ke kamar mandi tetapi tidak jadi karena aku melihat sesuatu yang lebih penting daripada urusan buang air kecil. Jungkook tampak memasukkan afrodisiak pada salah satu gelas tersebut. Licik sekali si bangsat itu. Iya, afrodisiak. Semacam obat perangsang.

Whisper Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang