Hazel jadi bingung sendiri dengan V. Pemuda tak berwujud itu suka sekali hilang tanpa kabar. Kalau ingin di cari pun rasanya akan sangat percuma karena V tidak punya wujud. Tetapi Hazel sudah mencoba memanggilnya sampai Yoongi mengiranya gila pun V tak kunjung datang. Kira-kira sudah sekitar empat bulan Hazel tidak mendengar bisikan V yang begitu menenangkan hatinya. Kemana perginya? Batin Hazel. Rasa cemas selalu menghantui pikirannya. Ia sudah mencoba mencari tetapi mau dicari kemana?
"V, kau bilang kau selalu disampingku. Lalu kenapa kau tidak berbisik? Jelaskan padaku apa yang telah terjadi? Ada apa dengan dirimu? Jelaskan semuanya padaku!" ujarnya sembari mengacak-acak rambutnya. Gadis itu tak bisa tidur nyenyak selama beberapa minggu ini hanya karena V tidak pernah berbisik lagi ditelinganya. Hazel rindu bisikan itu. Hazel rindu tawa lucu itu. Hazel rindu dengan keluguan itu. Hazel rindu semua hal yang membuatnya selalu ingat pada sosok bisikan fana bernama Kim Taehyung itu.
Dan Hazel hanya bisa duduk termangu di pojok kamar, menanti V untuk tetap membisikan beberapa patah kata padanya. Walaupun setiap minggunya tetap sama. Tak ada bisikan itu. Tak ada V. Hazel hanya bisa bersedih hati dengan batin yang merindu. Inilah yang Hazel takutkan. Hazel takut kehilangan. Ia tak mau orang yang paling ia cintai akan hilang untuk yang kedua kalinya.
***
Makan malam rasanya sangat hambar tanpa ada bisikan V yang biasa menemani makan malamku. Pemuda tanpa wujud itu biasanya akan bercerita ini dan itu tanpa membuatku merasa bosan sama sekali ketika mendengar suaranya setiap waktu.
Tetapi terkadang V membuatku bingung. Dia sering pergi tanpa memberi kabar. Kenapa dia tak memberitahuku? Apakah V marah padaku?
Memikirkan semua hal tentang V benar-benar membuatku semakin merindukan sosok V yang sangat lugu dan hangat di saar yang tak terduga. Aku masih duduk terdiam di atas meja makan. Oke biar ku tebak. Mungkin V sedang sibuk dengan dunia nya yang lain. Yah, mungkin saja. Tetapi—selama inikah?
"Hazel." Yoongi menjentikkan jarinya tepat di depan wajahku lalu mengambil sendok dan memukulkannya pada piringku yang masih penuh dengan makanan.
"Ya?" aku menatap Yoongi setelah lamunanku membuyar karenanya.
Yoongi menghela nafas dan menatapku dengan tatapan sendu. Kenapa tatapan itu terus sih? Boleh jujur tidak? Sebenarnya aku tak sanggup jika Yoongi menatapku seperti itu. Bukannya risih atau apapun tetapi Yoongi malah membuatku sedih karena tatapannya itu.
"Cepat habiskan makananmu!" dan yang kudengar hanyalah kata itu yang keluar dari bibir tipis Yoongi. Baiklah. Kalau tidak makan hanya karena sibuk memikirkan kemana perginya V, bisa-bisa aku sakit karena sering terlambat makan. Dan sialnya, pertanyaan tentang kemana hilangnya V terus berputar di kepalaku.
Jadi kupaksakan agar sawi itu bisa masuk sepenuhnya ke dalam mulutku kendati sejatinya aku paling tidak suka dengan yang namanya sawi. Tapi tidak apa-apa. Akan tetap kumakan karena Yoongi yang memasaknya. Kalau tidak dimakan, nanti dia kira aku ini tidak mau memakan masakannya lagi.
Walaupun rasanya tidak begitu buruk tetapi tetap saja aku memang tidak suka sawi. Kemudian Yoongi melirikku sekilas dan tertawa cekikikan lalu berujar, "Kau tahu, aku sengaja memasak sawi untukmu agar kau makan sayur. Sawi itu sehat, Hazel."
Sialan.
"Yoongi! Kalau tahu akan jadi seperti ini, lebih baik aku meminta Jungkook untuk datang kemari dan memintanya memasakkan makanan yang lezat sejak tadi." geramku dengan tangan yang terkepal kuat. Pemuda itu malah terkekeh dan memasukkan potongan tomat ke dalam mulut. Dia sendiri yang menikmati makanannya. Kalau seperti ini apa boleh buat. Makan saja. Daripada nanti kelaparan.
Malam ini hujan deras. Lagi dan lagi. Sebenarnya sih sudah sejak pukul empat sore tadi. Cuaca dingin semakin menusuk kulit hingga membuat jemariku berkerutan dengan kuku jariku yang berubah biru keunguan dengan gigi bergemeletuk karena dinginnya cuaca.Menyadari bahwa aku kedinginan sejak tadi, Yoongi lantas mennyelimutiku dengan jaket tebal miliknya setelah ia selesai membawa piring-piring kotor tadi ke dalam wastafel.
Yoongi lantas menyuruhku untuk pergi ke kamar sementara dia masih saja berada di dapur tanpa kuketahui apa yang tengah ia kerjakan. Cukup lama aku berbaring di atas kasur dengan balutan jaket Yoongi dan juga selimut tebalku lalu Kakakku itu datang setelah mengetuk pintu dengan membawa dua cangkir minuman yang asapnya mengepul keluar dengan aroma yang membuatku ingin segera menyesap minumannya.
"Cokelat panas untukmu." Yoongi menyodorkan secangkir cokelat panasnya padaku lalu aku menerima dan menyeruputnya perlahan. Rasa manis dan sedikit pahit. Kesukaanku sejak kecil.
"Besok aku akan mengunjungi makam Ayah dan Ibu. Kau mau ikut?" baru saja aku merasa senang dengan cokelat panas buatan Yoongi namun tawaran pemuda itu membuat hatiku mencelos. Gelenyar aneh kian datang dan menyerang secara perlahan. Aku ingin tetapi aku tidak sanggup. Tidak sampai aku harus pergi ke kuburan untuk berkunjung ke tempat peristirahatan terakhir Ayah dan Ibu. Yah, sejujurnya makan Ibu berada disamping makam Ayah.
Aku masih terdiam beberapa saat dengan hati yang mendadak merasa nyeri luar biasa. Lantas Yoongi pun juga terdiam tanpa kutahu apa yang tengah ia pikirkan.
Selang beberapa saat akhirnya aku pun bersuara, "Aku ikut." namun sejurus kemudian aku mengalihkan pandangan dengan cangkir cokelat panasku yang masih kupegang sejak tadi. Sudah sedikit dingin karena aku sibuk melamun selama beberapa saat hingga menyadari bahwa kini Yoongi masih duduk tepi ranjang bersamaku dan ia mengulas senyum semanis permen yang membuat hatiku sedikit menghangat melihat senyuman manisnya. Kemudian sebelah tangannya terulur untuk mengusap-usap surai kelamku dengan lembut dan berbisik tepat di telingaku, "Tetaplah tersenyum, Hazel."
Senyum? Aku bahkan sudah lupa caranya tersenyum sejak beberapa bulan terakhir. Sejak kematian Ibu yang membuat dadaku sesak jika mengingatnya dan sejak V menghilang tanpa kabar. Aku mendambakan kehidupan yang manis namun kurasa sulit. Batinku menangis pilu di dalam sini. Rasa sesak yang menghantam dada dengan pedih yang tak terkira. Bukannya ingin menjadi manusia yang lemah tetapi setiap manusia pasti memiliki batasannya masing-masing. Mereka juga punya lelah. Namun jalanku masih panjang. Masih ada banyak hal yang harus kulakukan. Bukan hanya sekedar menikmati dunia semata tetapi juga mencoba untuk menjadi lebih baik dan memperbaiki diri sebelum akhirnya aku akan menerima panggilan Tuhan dan meninggalkan dunia dan semua kefanaan ini. []
***
a/n: Cieeee aku update yang lebih panjang nih. Seneng gak? Ini udah update fourple loh. Kayaknya kalian gak seneng deh. Soalnya V gak ada): tapi nanti V bakal muncul kok. Btw bagian kesukaan aku belum aku tulis. Entaran aja biar kalian pada penasaran (ya kalo kalian emang penasaran sih):
Yaudah pokoknya jan lupa vote nya yaa:)

KAMU SEDANG MEMBACA
Whisper
FantasyAwal dari kehidupan Hazel yang begitu menyakitkan. Bersama dengan sebuah bisikan menenangkan yang tiba-tiba datang setelah kepergian Ibunya. Bisikan itu membuat hidup Hazel sedikit lebih berwarna walau hidupnya selalu dipenuhi akan sayatan luka. Dan...