Inginnya Hazel melarikan diri bersama Jimin setelah sepulang sekolah namun sial sekali. Jungkook sudah berdiri dan bersandar pada bodi mobil dengan gaya angkuhnya sebelum menyapa gadis itu dengan senyuman manis yang dapat mengalahkan manisnya gula.
Hazel mencoba sabar ketika Jungkook mendorongnya pelan hingga gadis itu masuk sepenuhnya ke dalam Mercedes Benz milik Jungkook. Kemudian pemuda itu mengemudikan mobilnya sembari sesekali memperhatikan Hazel yang menunduk sembari memainkan jari-jarinya. Merasa diperhatikan, Hazel lantas mendongak dan menatap Jungkook yang kini tengah tersenyum manis kepadanya sembari menggenggam tangan Hazel.
Gadis itu lantas mendesis sebal, "Perhatikan jalanan, Kook. Aku masih sayang nyawa. Setidaknya aku tidak ingin mati bersamamu."
Jungkook terkekeh lalu mengelus surai kelam milik Hazel, "Baiklah. Jangan marah terus seperti itu. Kau jadi terlihat semakin cantik."
Hazel merotasikan bola matanya lalu menyahut sengit, "Ingat pacarmu dulu sebelum kau berani menggoda gadis lain, Kook."
Jungkook menatap Hazel dengan datar kemudian gadis itu melanjutkan dengan takut, "Jungkook Oppa."
"Si Jungkook itu kenapa menyebalkan sekali, sih?" celetuk V. Hazel mengangguk membenarkan bisikan sahabatnya itu, "Kau benar sekali, kawan."
Jungkook menoleh sekilas lalu bersuara, "Apa kau baru saja mengatakan sesuatu?" tanyanya kemudian. Hazel menggeleng pelan lalu membalas, "Tidak. Aku sedari tadi hanya diam saja." balasnya lalu menyalakan musik di tape mobil Jungkook. Tanpa meminta izin pun Jungkook tak akan melarangnya karena Hazel pun sudah sering melakukannya setiap kali ia pergi bersama Jungkook.
Hazel mengernyit lalu melontarkan protes kepada si Jeon sang pengemudi, "Ini bukan jalan menuju ke rumahku. Putar balik!"
Jungkook menghela nafas lalu menyahut pelan, "Tenanglah, Hazel. Aku tidak akan melakukan hal jahat padamu. Kali ini aku janji,"
Hazel menghela nafas pelan lalu berujar lirih, "Lalu kita mau kemana?" tanyanya lalu memejamkan mata. Jungkook tersenyum manis kemudian membalas, "Bagaimana kalau jalan-jalan dulu."
"Iya deh, terserah kau saja."
"Omong-omong," Jungkook menjeda kalimatnya sejenak lalu melanjutkan dengan penuh keseriusan, "Aku—menyukaimu, Hazel."
Hazel mengangguk pelan, "Itu wajar." Jungkook menggeleng lalu mengerutkan dahinya, "Bukan. Bukan seperti itu maksudku. Maksudku yang sebenarnya... Aku mencintaimu. Bukan sebagai seorang Kakak kepada Adiknya. Namun sebaliknya." lanjutnya membuat Hazel terdiam sejenak. Bukannya harusnya gadis itu merasa senang? Tetapi mengapa ia malah merasa biasa saja?
"Maukah kau menjadi kekasihku?" ujarnya lagi. Hazel mendadak kehilangan konsentrasinya. Gila. Hazel benar-benar tak habis pikir dengan apa yang ada dikepala Jeon Jungkook itu.
Hazel mendesah pelan lalu menjawab dengan perasaan campur aduk, "Yang pertama, kau itu sudah memiliki kekasih, Jeon Jungkook. Yang kedua, kau tidak bisa melakukan itu karena Raa bisa sakit hati karena dirimu. Dan yang terakhir," Hazel menjeda kalimatnya sebelum ia melanjutkan dengan suara lirih, "Maaf, aku tidak mau."
Jungkook menghentikan mobilnya lalu beralih menatap Hazel, "Kenapa? Bukankah kau juga mencintaiku? Sejak awal, aku sudah tahu kalau kau mencintaiku. Tetapi mengapa setelah aku membalas perasaanmu, kau malah enggan bersamaku?"
Hazel meneguk salivanya susah payah lalu ia menjawab, "Kau benar. Aku memang mencintaimu. Tetapi itu dulu. Sekarang semuanya sudah berbeda."
"Tapi—"
"Bisakah kita pulang saja? Aku lelah. Komohon." selanya dengan penuh permohonan. Jungkook mendesah pelan lalu mengangguk.
Suasana menjadi semakin terasa canggung setelah kejadian beberapa menit yang lalu. Hingga akhirnya mobil Jungkook telah berhenti dipekarangan rumah Hazel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Whisper
FantasyAwal dari kehidupan Hazel yang begitu menyakitkan. Bersama dengan sebuah bisikan menenangkan yang tiba-tiba datang setelah kepergian Ibunya. Bisikan itu membuat hidup Hazel sedikit lebih berwarna walau hidupnya selalu dipenuhi akan sayatan luka. Dan...