Malam ini rasanya benar-benar sunyi. Mengapa V mengatakan sesuatu seperti itu? Bukankah dia yang bilang kalau Jungkook itu pemuda yang baik? Mengapa sekarang malah sebaliknya? Kenapa? Ada apa? Apa yang telah terjadi? Mungkinkah V hanya mengada-ngada?
Yang diperkirakan benar-benar terjadi. Hazel dan V bertengkar hebat selama lima belas menit hingga akhirnya Yoongi datang dan mengetuk pintu kamar mandi. Hazel langsung keluar, bersamaan dengan bisikan V yang kian hilang.
Hazel memilih untuk tidak terlalu memikirkan V. Lagipula ia sendiri juga tidak suka jika V menghakimi Jungkook dengan se-berlebihan itu. Sebenarnya Hazel tidak enak setelah berbicara kasar kepada V. Ingin meminta maaf tetapi makhluk itu pergi entah kemana dan jelas ini bukan waktu yang tepat untuk meminta maaf. Tidak untuk sekarang.
Malam ini Hazel tak bisa tidur dengan nyenyak. Entah karena apa tetapi rasanya tenggorokannya terasa kering luar biasa setelah pedebatan panjangnya dengan V.
Gadis itu lantas beranjak dari ranjang dengan rambut yang dibiarkan terurai sedikit berantakan lalu berjalan ke arah dapur yang tampak sunyi karena Yoongi jelas sudah tidur sejak dua jam yang lalu.
Hazel mengambil minuman dari dispenser lalu meneguknya perlahan. Sekarang pukul sebelas malam. Belum terlalu malam juga dan lagipula Hazel juga belum mengantuk sama sekali.
"Pergilah, V. Aku tidak ingin berbicara lagi denganmu..."
Kepingan ingatan saat beberapa jam lalu masih diingatnya dengan jelas bagaimana gadis itu mengusir V. Iya, Hazel menyesal. Sangat-sangat menyesal.
Jika V tidak mengatakan hal bodoh itu, mereka tidak akan bertengkar. Jika V diam saja, semua ini tak akan pernah terjadi. Jika Hazel tidak mengusir V, V tidak akan pergi. Semua ini terasa begitu berat. Hazel kehilangan sahabatnya. Sahabat satu-satunya.
***
Entah ada angin lewat atau apa tiba-tiba Jungkook mengantar Hazel ke sekolah. Padahal Jungkook harus kuliah juga.
"Bukannya Oppa ada kelas pagi hari ini? Bagaimana jika nanti kau terlambat?"
Jungkook terkekeh lalu membalas, "Tidak apa-apa. Sama sekali bukan masalah. Lagipula jarak antara kampus ku dan SMA cukup dekat."
Kemudian hening sebelum Jungkook menyalakan tape di mobilnya dan lagu Without Me mengalun dengan indah di dalam mobil.
Sampai di sekolah pun Hazel hanya mengucapkan terima kasih dan tak lupa dengan senyum tipis yang kalem. Tak seperti biasanya saat ia bersua dengan Jungkook. Biasanya gadis itu akan menampilkan senyum terbaiknya namun mengetahui suasana hatinya sedang tidak baik dan juga sadar bahwa Jungkook sudah memiliki kekasih, mungkin ada baiknya juga jika Hazel sedikit menjaga jarak dari pemuda itu agar hubungan Jungkook dengan kekasihnya tetap membaik.
Lagi. Lagi. Dan lagi. Orang-orang tampak tengah membuat gunjingan palsu tentang Hazel. Hazel hanya diam. Ia tahu bahwa yang mereka katakan merupakan kebohongan semata. Lalu daripada menggubris para gadis kurang kerjaan itu, Hazel lantas mempercepat langkah kakinya hingga ia memasuki kelasnya yang terasa lengang.
Sepi sekali rasanya sejak V menghilang. Semua ini memang salahnya. Seharusnya Hazel bisa mengontrol emosinya maka V tidak akan pergi.
"V...." lirihnya dengan mata terpejam—membayangkan wajah V di dalam kepalanya.
1 menit
2 menit
3 menit
Sampai lima belas menit pun V tak kunjung berbisik. Hazel tahu ia salah karena telah bersikap kasar pada V. Salahnya juga karena hanya menginginkan eksistensi V ketika ia sedang kesepian atau bosan. Seharusnya tidak begini. Menghela nafas, Hazel lantas dibuat terkejut karena kedatangan sosok Park Jimin yang berdiri di hadapan Hazel dengan senyum manis yang membuat matanya tinggal segaris seperti bulan sabit.
"Ada apa, Park?" tanya Hazel setelah pemuda bersurai silver itu duduk disampingnya.
"Hanya ingin bertemu denganmu, teman." ujarnya santai. Kedua alis Hazel tertaut, "Sejak kapan kita berteman?"
Jimin masih tersenyum, terlihat begitu santai saat menjawab dengan kelewat santai, "Baiklah sekarang kita berteman. Aku dan kau."
Berteman?
Hazel tak yakin dengan ajakan pria bermarga Park itu. Takut salah langkah nanti malah ia yang terjebak ke dalam lubang bahaya. Siapa tahu si Park itu punya niatan jahat.
"Berteman? Yakin? Jangan-jangan kau punya niat jahat padaku."
Jimin bersidekap dada lalu menyahut kelewat kalem, "Aku hanya ingin berteman denganmu, Min Hazel. Lagipula jika aku ingin berniat jahat padamu, apa yang ingin kulakukan? Menculikmu? Menjualmu? Menyakitimu? Oh, itu adalah sesuatu yang sama sekali tidak berguna, Hazel."
"Benar?" tanya Hazel penuh kecurigaan. Jimin mengangguk, "Iya. Bagaimana jika nanti kita pulang bersama?" tawarnya kemudian.
"B-baiklah."
Setidaknya sekarang aku punya Jimin setelah V hilang entah kemana. Batin Hazel.
Keduanya pun saling berbincang bersama. Tak disangka ternyata si Park itu cukup asik saat diajak bicara. Setidaknya Hazel punya teman selain V. Setidaknya."Kau sangat cantik, Hazel." celetuk Jimin.
"Apa?"
Jimin tersenyum tipis, "Aku tahu kau mendengarku, Hazel."
"Serius. Aku tidak dengar. Memang kau bilang apa?" tanya Hazel dengan wajah polosnya.
"Kau sangat cantik, Hazel." ulang Jimin—masih dengan senyum manisnya.
Semburat merah kian hinggap di pipi Hazel. Tetapi entah namun rasanya terdengar aneh saat Jimin mengatakan hal itu padanya daripada saat V yang mengatakannya waktu itu.
"Terima kasih, Jim."
Lalu Jimin menyodorkan sebuah permen kepada Hazel, "Ambillah."
Perlahan Hazel mengambil permen tersebut dan tak lupa mengucapkan terima kasih. Jimin banyak bercerita tentang pengalamannya selama sekolah di SMA nya itu. Menurutnya terlihat biasa saja karena pemuda itu juga selalu sendirian. Tidak punya teman seperti Hazel. Nasib yang sama. Bedanya adalah Jimin selalu mendapat pujian sedangan Hazel mendapat cacian. Memang seperti itu adanya. Mereka semua gila karena pria.
"Lalu kau sendiri? Bagaimana dengan pengalamanmu, Hazel?" tanya Jimin setelah selesai dengan ceritanya sendiri. Mendadak Hazel ingin tertawa saat ini juga. Pengalaman? Apa ya pengalamannya selama di SMA? Cacian mungkin? Atau bahkan lebih buruk. Siapa yang tahu? Sudah jelas sebagian besar anak remaja akan mengisi masa SMA mereka dengan kebahagiaan. Namun tidak dengan Hazel. Setidaknya ia berharap lebih agar masa SMA nya tidak berakhir dengan sia-sia. Hazel hendak menjawab pertanyaan Jimin namun pemuda itu sudah hilang entah kemana. Pemuda yang misterius. []
***
a/n: Halo semuanya. Kali ini aku up lebih panjang nich buat kalian semua yang masih setia membaca cerita ini. Vote and comment nya jangan lupa yaa. Jujur aku tuh kadang masih bingung sama jalan ceritanya. Kalo ada typo atau ceritanya kurang menarik, comment aja yaa. Maaf kalo cerita ini semakin gaje dan membuat kalian semakin bosan dengan karyaku. Tapi aku bakal berusaha asalkan kalian merasa terhibur. Tapi vote dan comment nya juga jangan lupa yaa. Sekian dari Author. Terima kasih.
Kanna istri sah nya VKOOK
KAMU SEDANG MEMBACA
Whisper
خيال (فانتازيا)Awal dari kehidupan Hazel yang begitu menyakitkan. Bersama dengan sebuah bisikan menenangkan yang tiba-tiba datang setelah kepergian Ibunya. Bisikan itu membuat hidup Hazel sedikit lebih berwarna walau hidupnya selalu dipenuhi akan sayatan luka. Dan...