Sixteen

23 4 0
                                    

V masih saja diam. Padahal aku menunggu jawabannya. Hingga akhirnya suara Jungkook membuatku terkesiap dan berwaspada kalau pria sinting itu akan datang dan melukaiku.

"Hazel."

Jungkook menyeringai licik di ambang pintu sementara aku menatapnya tajam akan sarat kebencian yang teramat dalam. Lantas Jungkook melangkahkan kakinya masuk ke dalam dan mengikis jarak antara aku dan dirinya.

Kemudian Jungkook menjenggut rambutku dan membuat kepalaku mendongak hingga aku bisa melihat seringaian seramnya lebih jelas.

"Bersikaplah seperti anjing manis maka aku tak akan melukaimu." ucapnya tanpa berpikir lebih dulu sebelum berbicara. Aku disamakan dengan anjing? Bukan aku anjingnya. Tetapi kau, Jeon Jungkook. Aku merasakan bau rokok dan soju yang bercampur menjadi satu. Baunya membuat perutku merasa ingin mual. Aku tak pernah menyangka kalau Jungkook juga doyan rokok.

Aku menahan rasa sakit di kepalaku. Kepalaku berkedut sakit dan rasanya seperti ditusuk-tusuk oleh belati. Tak ada jalan keluar. Perasaan takut semakin menyerangku saat Jungkook nyaris saja mengecup bibirku namun beruntungnya aku segera menampar pipinya.

Nafasku terasa tercekat di kerongkongan ketika Jungkook menatapku tajam. Namun kemudian Jungkook memandangku dengan tatapan sayu dan perlahan air matanya meluncur begitu saja.

"Aku sangat mencintaimu, Hazel. Aku bahkan sudah memutuskan hubunganku dengan Raa tetapi mengapa kau tidak bersamaku juga?"

Sejurus kemudian Jungkook memelukku dengan erat. Pelukannya sangat menyakitkan dan menyesakkan sementara V masih tetap sama. Berdiri disampingku dengan tatapan sendu tanpa melakukan apa-apa.

"Lepaskan aku, Kook."

"Tidak, Hazel. Aku tidak akan melepaskanmu. Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu hingga rasanya aku ingin selalu bersamamu."

"Kau berubah. Kau jahat. Kejam. Pemaksa. Dan kau membuatku rakut padamu."

"Apa? Tetapi ku kira kau menyukai apa yang kulakukan. Bukankah kau mencintaiku?" tanyanya masih memelukku.

"Dia terobsesi padamu, Hazel. Katakan saja apapun perasaanmu padanya. Dia tak akan bisa melukaimu lagi. Aku disini akan tetap melindungimu. Jadi kau jangan takut."

Aku menggigit bibir bawahku. Apakah ucapan V bisa dipecaya? Apakah Jungkook juga tak akan melukaiku kalau aku jujur padanya?

Aku tersenyum dan mengelus pipi kiri Jungkook dan menatap pemuda itu dengan tatapan sendu, "Jungkook, kau tidak mengerti. Semuanya telah berbeda. Tolong pahamilah."

Jungkook menggeleng kuat. Baru pertama kalinya aku melihatnya menangis. Karena sejak dulu Jungkook selalu bersikap kuat dan ceria dihadapanku. Hidupku semakin rumit saja rasanya. "Tetapi aku mencintaimu, Hazel."

"Semua ini terserah padamu, Hazel. Kau berhak menentukan jalanmu sendiri. Apapun pilihanmu, aku akan tetap mendukungmu."

"Kau tidak bisa egois, Kook. A-aku benar-benar tidak memiliki perasaan apa-apa lagi padamu."

Jungkook mendongak dan menatap Hazel dengan tatapan sendunya, "Tetapi hatiku menginginkanmu."

"Jungkook! Tidakkah kau berpikir hal lain sebelum kau beralih mencintaiku? Kemarin-kemarin saat aku masih sangat mencintaimu kau kemana saja? Kau malah berpacaran dengan Raa. Dan sekarang kau mengemis cinta padaku. Lalu aku harus bagaimana kalau aku memang sudah tidak mencintaimu?"

Jungkook tersentak ketika aku membentaknya lalu kemudian Jungkook menatapku dengan tatapan tajam. Kemudian Jungkook mendorongku dan mencekik leherku. Sakit dan perih sekali ketika kuku-kuku nya seperti menancap dan hendak mengoyak leherku. Aku menggelinjang hebat—mencoba melepaskan diri dan meronta sekuat tenaga sementara Jungkook sudah berada di atas tubuhku dan mencekikku lebih kuat lagi. Aku tak mampu melepaskan diri selain menatap Jungkook dengan tatapan memelas kala kulihat mata Jungkook yang penuh akan sarat kemarahan yang berapi-api. Nafasku tersenggal dan aku terbatuk-batuk sembari memegang kedua tangan Jungkook yang masih mencekik leherku. Hingga akhirnya aku melihat Yoongi datang dan menendang wajah Jungkook hingga cekikkan nya terlepas.

Yoongi berkelahi dengan Jungkook. Yoongi mengamuk habis-habisan hingga nyaris membunuh Jungkook tetapi aku segera berteriak, "Sudah, Yoon. Hentikan. Kau bisa membunuhnya kalau kau terus memukulnya."

"Biarkan saja. Memang ini yang akan kulakukan pada si bangsat ini." balasnya lalu memberikan pukulan di wajah Jungkook hingga seluruh wajah Jungkook penuh dengan darah.

"Tidak, Yoon. Jangan. Kau bukan pembunuh. Jangan lakukan itu. Berhenti sekarang juga sebelum terlambat." lalu Yoongi benar-benar berhenti dan menatap Jungkook yang sudah sekarat dibawah Yoongi. Yoongi meludah sengit sebelum beranjak pergi dan memelukku yang kini tengah terduduk di pojokan.

"Aku disini, Adik kecil. Jangan takut. Kakak akan selalu melindungimu. Lebih baik sekarang kita pulang." katanya lalu membantuku berdiri dan membawaku pergi dari rumah Jungkook. []

Whisper Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang