7

6.2K 326 4
                                    

Berhubung Jimmy sudah memilik janji dengan Selgina akan mengunjungi makam Ibu Selgina. Jadi, Jimmy meminta izin pada guru mapel terakhir untuk pulang cepat. Lumayan ada waktu sekitar tiga jam untuk menjemput Selgina ke Rusun dan akhirnya pergi bersama ke pemakaman.

Di tengah siang bolong, Selgina menangis sejadi-jadinya di depan batu nisan Uminya. Dengan bibir yang tidak hentinya mengoceh, seakan sedang curhat pada Ibunya. Semua hal Selgina ceritakan, termasuk tentang pernikahan mereka. Dirasa sudah cukup dengan curhatannya. Sebagai penutup, mereka mengirim doa yang dipimpin langsung oleh Jimmy.

"Assalamualaikum Ibu, Selgina pamit" Keduanya melangkah meninggalkan pemakaman.

Sedari tadi Selgina terus menggandeng lengan Jimmy. Jimmy sendiri tidak tahu alasannya kenapa Istrinya itu sangat manja padanya dua hari terakhir ini. Ambil sisi positifnya saja, mungkin faktor kehamilan.

"Jim, kamu nggak ke sekolah lagi? Masih satu jam loh" Jimmy melirik jam tangannya, pukul 14:01, benar kata Selgina masih ada waktu satu jam untuk mengikuti pelajaran terakhir.

"Nggak deh, Gua udah izin ini kok" Selgina tidak merespon lagi. Toh mau berdebat pun Jimmy mah kalau kata dia nggak ya nggak, paling Selgina kalah debat dan bikin Selgina bad mood sendiri.

Merasa waktu satu jam lumayan masih lama. Jimmy pun memiliki ide untuk ngajak Selgina makan siang dulu. "Loe belum makan kan?"

"Belumlah, setelah sholat zuhur kan kamu langsung ngajak berangkat"

"Yaudah, kita langsung cari makan aja" ajakan Jimmy langsung disetujui oleh Selgina.

Setelah jalan Lima belas meter mereka baru menemukan rumah makan sederhana di pinggir jalan yang kebetulan pas harganya di kantong.

Sebelum memasuki rumah makan, Jimmy sempat memperingati Selgina terlebih dahulu. "Ingat ya Sapi, pesan makannya jangan banyak-banyak. Gua belum gajian, jadi sesuaiin sama isi dompet" Bukannya tahu diri karena telah mendapat peringatan, Selgina sengaja memesan semua makanan yang menurutnya enak.

"Rendangnya dua porsi, gurame bakar satu aja, ayam bakar juga boleh deh mbak, lalapannya, sambal terasi, minumnya air putih aja, ehh ditambah sama Ice lemon ya mbak, nasinya yang banyak ya mbak"

Antara kesal dan marah berkecamuk dalam diri Jimmy. Sebelum Jimmy mengeluarkan unek-uneknya, Selgina telah mendahului buka suara. "Jim, ini kemauan anak kamu ya." Jika sudah mengatas namakan Anaknya, Jimmy mah bisa apa atuh.

Selgina memang istri tidak peka. Dirinya asik makan dengan khidmat, sementara suaminya cuma ngeliatin dengan tampang mupeng.

"Kamu juga pesan dong Jim, masa cuma lihatin aku doang" Bukan nggak mau pesan, emang dompetnya lagi nggak ada isinya. Belum lagi Jimmy merasa was-was, takut uangnya tidak cukup untuk membayar makanan yang dipesan Selgina.

Tidak ingin berbasa-basi, Jimmy pun membisikan beberapa suku kata pada telinga Selgina. "Duitnya nggak cukup" Mendapat bisikan seperti itu, Selgina mah enjoy-enjoy aja. Ia menyodorkan sendok yang sudah terisi makanan pada Jimmy.

"Makan aja dulu, masalah bayar urusan belakangan" Karena cacing-cacing di perutnya sudah konser minta diisi, Jimmy pun menerima suapan dari Selgina.

"Jim, katanya kalau mau nambah nasi disini gratis loh" Kenapa Selgina bisa tahu? Soalnya tadi Selgina denger pembicaraan pengunjung yang mejanya diseberang mereka. Kebetulan Si Mas-mas itu juga minta nambah nasi, dan pas mau bayar, kata pelayannya 'nasinya gratis'.

Jimmy merasa tertarik dengan pembicaraan Selgina. "Masa?" tanyanya, berharap emang itu benar adanya.

"Katanya sih, coba tanya mbaknya. Kalau benar, kamu minta nambah nasi ya"  Dengan ragu-ragu Jimmy menjalankan ide gila Selgina. Perasaannya sudah berdebar, bukan debaran jatuh cinta. Lebih tepatnya debaran takut menahan malu.

Trending Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang