17

5.3K 301 20
                                    

Prom Night. Di acara inilah Selgina kembali menginjakan kakinya di Sekolah, setelah dua bulan lebih ia harus hengkang dari tempat itu.

Sesuai dengan ekspektasinya, ia menjadi sorotan bagi semua penghuni sekolah, termasuk guru-guru. Mereka mencibirnya. Membicarakannya. Menatapnya dengan tatapan tak suka. Menatap perutnya secara terang-terangan.

"Anggap aja lagi fashion show" Laki-laki yang sedari tadi menggenggam tangannya itu berbisik pelan.

Selgina mengeratkan genggamannya, tidak ingin terpisah dariJimmy di tempat menyeramkan itu.

Kakinya terus melangkah kemana pun laki-laki itu pergi. Sekalipun Jimmy pamit ingin ke toilet, Selgina tak melepaskan genggamannya. Alhasil Jimmy membiarkan Selgina untuk ikut, menunggunya di depan toilet.

Pandangannya lurus, menatap lantai toilet. Ia merasakan takut jika harus terpisah dari Jimmy.

Selgina mengangkat pandangannya begitu sepasang sepatu mengisi lantai tepat di depannya. Pandangannya bertubrukan dengan sepasang bola mata terang milik seorang pemuda yang sering dijadikan objek cemburu oleh Suaminya.

"Jino" Gumamnya pelan, namun masih di dengar dengan baik oleh si lawan bicara.

"Ngapain di toilet cowok?" Tanya Jino, matanya melirik ke atas pintu dimana menunjukkan bahwa tempat itu bukan untuk Selgina.

"Hmm lagi nunggu Jimmy"

"Saking cintanya sama Jimmy, ke toilet aja ditungguin" Pemuda itu terkekeh keras bermaksud menggoda Selgina. Selgina sendiri tersenyum kikuk.

"Kamu kesini sama siapa?" Tanya Selgina.

"Sama Mantan yang insyallah malam ini akan resmi jadi pacar lagi"

"Jessi?"

"Siapa lagi kalau bukan Jessi? Selgina mau? "

Refleks Selgina menggelengkan kepalanya dengan cepat. Membuat Jino kembali terkekeh.

"Jino"

Keduanya menoleh pada Jessi yang baru keluar dari Toilet cewek.

Tanda-tanda bahaya sudah bersarang dalam otak Selgina. Tingkat kewaspadaannya sedang diuji.

Mata Jessi yang belo menatap Selgina dengan tajam. Seolah Selgina baru merebut barang miliknya.

"Loe masih suka sama cewek ini?" Jessi menunjuk Selgina. Sedangkan tatapannya tetap pada Jino, meminta penjelasan.

Jino menurunkan telunjuk Jessi. "Nggak" Katanya.

"Terus kenapa setiap ketemu sama dia loe kayanya senang gitu?"

"Ketemu sama teman ya pasti senang lah, Jes"

"Teman? Loe senang temanan sama cewek yang hamil diluar nikah ini? Atau jangan-jangan loe udah pernah ngerasain tidur sama dia? "

Plak

Satu tamparan keras diterima oleh Jessi, dan pelakunya adalah laki-laki yang sangat dicintainya-Jino.

Selgina yang menjadi penonton pun terkejut di tempatnya. Ia bisa melihat sudut mata Jessi berair. Satu tetes air mata luruh , Jessi menangis di depan Jino dan Selgina.

"Selgina bukan loe Jes, yang bebas tidur sama semua cowok"

Satu kalimat menyakitkan keluar lagi dari bibir Jino sebagai penguat rasa sakit yang ditanamnya untuk Jessi..

Gadis itu menangis, menumpahkan rasa sesak dalam dadanya. Selgina tidak bisa melihat Jessi yang jutek sekarang, hanya sosok gadis lemah dan rapuh.

"Sayang kenapa?" Suara Jimmy memecah ketegangan. Laki-laki itu langsung merangkul Selgina, memastikan bahwa Istrinya itu baik-baik saja.

"Yaudah yuk, jangan ikut campur sama urusan mereka"

Selgina menolak saat Jimmy mengajaknya untuk pergi dari sana. Ia tetap menatap Jessi dengan tatapan kasihan, merasakan jika ia berada dalam posisi Jessi, disakiti secara bertubi-tubi oleh orang yang dicintainya. "Maafin aku Jes, Jino nyakitin kamu gara-gara aku"

"Sayang kenapa minta maaf?" Tegur Jimmy.

"Mungkin benar apa kata kamu, aku memang menikah karena something"

"Sayang" Larang Jimmy dengan sangat manis. Ia menekankan kata sayang , agar Jino berhenti menyukai Istrinya.

"Mungkin ini jawaban atas pertanyaan-pertanyaan kalian selama ini tentang aku, Aku memang hamil. Dan menikah bersama laki-laki yang sangat aku cintai, Jimmy" Selgina menjeda penjelasannya, menarik napas sebanyak mungkin. Untuk menetralkan detak jantungnya.

"Tapi satu hal yang perlu kamu tau, atau mungkin ini sebagai sisi positif tentang aku untuk cerita kamu pada yang lainnya. Demi Allah, aku nggak pernah tidur dengan semua laki-laki seperti apa yang kamu pikirkan. Aku nggak pernah menjual diri. Aku nggak pernah menggoda suami orang ataupun pacar orang"

Jessi masih diam, larut dalam tangisnya.

"Tentang Jino. Kamu nggak perlu khawatir, kami nggak punya hubungan khusus. Seandainya kamu cemburu aku berteman dengan Jino, nggak masalah aku dan Jino bisa kembali seperti dulu, orang asing yang nggak saling mengenal"

Selgina menggenggam tangan Jessi , kali ini Jessi tak menolaknya. "Satu hal lagi, Jino sayang sama kamu. Sebelum kamu datang tadi, dia bilang akan meresmikan hubungan kalian. Mungkin, Jino tadi cuma terbawa suasana sampai harus nampar dan marah sama kamu"

Bukan hanya Jessi yang terkejut Jimmy pun dibuat terkejut dengan kalimat terakhir dari Selgina.

"Sayang, aku mau pulang" Selgina berbalik pada suaminya. Menarik Jimmy untuk meninggalkan Jessi dan Jino.

Kali ini, Jimmy mengekor di belakang Istrinya. Tidak menolak saat Selgina mengajaknya untuk menjauhi sekolah.

"Serius tadi Jino nampar Jessi demi loe?" Tanya Jimmy begitu keduanya sudah ada di Halte depan sekolah.

"Hmm"

"Sialan itu cowok. Nyakitin ceweknya demi istri orang"

"Jino cuma emosi"

"Gara-gara si Jessi ngehina loe?"

"Nggak menghina, cuma salah ngomong"

"Sama aja"

Selgina diam, merasa bersalah dengan hubungan Jessi dan Jino yang diambang kehancuran.

Dengan Jino membelanya, kebencian Jessi akan semakin bertambah, Pikirnya.

"Mau balik lagi ke sekolah atau pulang?" Tanya Jimmy.

"Pulang ya" Pinta Selgina.

"Ke sekolah sebentar aja ya"

"Terus ngapain tadi nanya? "

Jimmy cengengesan di tempatnya. Kembali menggenggam tangan Istrinya. Menariknya kembali ke tengah acara.







::
:
::

Tbc

Trending Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang