(13)Tanding

24 4 0
                                    

Jakarta,23/12/2017
Vote&coment💯

⤵⤵⤵

Sabtu ini adalah hari dimana  pertandingan anggar, pagi-pagi sekali saya sudah bersiap-siap. Bunda pun ikut andil dalam menyiapkan keperluan saya

Setelah sarapan saya pun berangkat bersama ayah dan bunda menggunakan mobil, bang Riko seperti nya menyusul menggunakan motornya karena ia belum bangun walaupun sudah bunda bangunkan

Tempat pertandingan nya cukup jauh butuh waktu satu jam  untuk sampai ditempat tersebut

Selama di perjalanan saya sibuk mendengarkan musik di ponsel lewat earphone yang terpasang di kedua telinga saya

Saya membuka whatsapp, dan menghela nafas kasar karena pesan yang saya kirim tidak kunjung dibalas. Mungkin belum bangun pikir saya positif

Saya memandang chat yang semalam, dan membacanya dalam hati.

Esaa

"Sa bsk jgn lupa dateng"
(19;20)

"Jam brp?"
(19;22)

"Jam 9 pagi"
(19;23)

"Ok"
(19;27)

"Jangan lupa"
(19;30)

"Esaaa"
(06;47)

"Bangun"
(06;50)

"Jgn lupa loh"
(07;00)

"Gue tunggu"
(07;05)

Kemarin Esa bilang bahwa ia akan datang ke acara pertandingan Anggar. Entah ia tahu dari mana saya ada pertandingan, saya sudah bertanya namun tidak di jawabannya. Alhasil saya mengiyakannya dan memberikan alamat pertandingannya.

Saya menggurutu sebal, karena Esa tak kunjung membalas. Jika Esa tidak datang saya akan mendiamkannya selama dua hari, biar saja memang ia pikir saya tidak bisa marah. Ahh tunggu dulu buat apa saya marah, saya ini hanya sebatas teman tanpa kepastian

Benar tidak? Jangan salahkan saya terbawa perasaan atas perlakuan Esa, karena memang perempuan dasarnya segala sesuatu perlakuan manis laki-laki akan di bawa ke perasaan, beda hal nya dengan laki-laki yang memilih menggunakan akal






"Ly ayu turun udah sampe"

"Ehh iya bun"

Saya membuka pintu mobil setelah itu keluar tidak lupa menutupnya, saya menyeret tas anggar yang bentuk nya seperti koper tapi panjang yang berisikan pedang serta alat-alat anggar, berjalan ke dalam GOR

Di dalam GOR ternyata sudah cukup ramai, saya melihat coach Wijaya yang sedang duduk di tribun bersama teman-teman satu klub saya
Saya pun berjalan menghampiri mereka bersama ayah dan bunda

"Assalamu'alaikum coach" Saya menyalimi punggung tangan coach Wijaya

"Walaikumsalam"

Ayah dan bunda pun akhirnya berbincang bersama coach Wijaya

"Halo gaess" Sapa saya pada teman-teman club

Setumpuk RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang