(21)Hai

18 3 0
                                    

Jakarta,21/01/2018
Vote&coment💯


⤵⤵⤵








Rasanya lega setelah buang air kecil, saya menutup pintu kamar mandi dan sedikit merapikan seragam sekolah, setelah itu saya berjalan mengambil bubur yang saya letakan di meja bar, sebenarnya saya sedikit ragu untuk bertemu Esa ditambah lagi adanya sosok Mala disini membuat saya takut jika Esa tidak suka akan kehadiran saya.

Saya mencoba meyakinkan diri dan berfikir positif, perlahan-lahan perasaan resah saya pun menghilang setelah cukup yakin saya beranjak dari sana dan menuju kamar Esa.

Namun langkah saya mendadak terhenti ketika melihat Esa yang sedang berjalan menghampiri saya dengan wajah datar, yaampun seketika jantung saya berdebar  menggila saya tidak tahu harus berbuat apa. Saat dia telah berdiri di hadapan saya, dia menatap saya lurus yang seakan-akan menembus ke dalam bola mata saya.

Kami pun saling bertatapan, namun hanya sebentar karena saya memutuskan nya terlebih dahulu lalu menunduk.

"Hai." Dengan senyum kikuk saya menyapanya

Esa menggaruk tengkuknya "Hai." Balasnya tak kalah canggung

Sepertinya bukan hanya saya saja yang salah tingkah di sini nampaknya Esa juga seperti itu.

Tiba-tiba saja dia menarik tangan saya berjalan menuju meja bar di dapur, yang saya lihat disini tidak ada meja makan. Saya pun duduk di salah satu bangku tersebut dan Esa duduk di depan saya yang terhalang meja bar.

"Lu bawa bubur?"

Pertanyaan Esa membuat saya memegang kantung plastik bubur tersebut "Haa iya, tapi kayanya lu udah makan jadi biar gue buang aja." Saya berucap seperti ini karena saya tahu pasti tadi ia sudah makan bersama Mala

"Jangan, sini gue makan." Esa menarik plastik tersebut namun saya tahan

"Ehh udah dingin juga Sa, pasti buburnya udah encer." Ucap saya sedikit berbohong, sebenarnya bubur ini masih hangat pasalnya bubur ini saya beli di depan apartemen Esa yang kebetulan lewat dan saya memberhentikan nya

"Ck udah sini." Ia menarik paksa bubur tersebut lalu membukanya

Saya meringis ketika Esa mulai melahap bubur tersebut, semoga saja bubur nya belum mencair.

"Masih enak ko." Ujarnya sembari memasukkan bubur ke dalam mulutnya

Saya menghela nafas lega mendengarnya, syukur lah tidak sia-sia saya membelinya padahal tadi saya pikir Esa tidak akan memakan bubur tersebut.

Saya memandangi wajah Esa yang entah kenapa menurut saya makin hari semakin tampan. Rasanya sangat lega saya bisa bertemu dengannya.
Rindu? mungkin itu lah yang saya rasakan saat Esa hilang tidak ada kabar, rasa sakit hati saya kepadanya yang sedari kemarin saya rasakan menghilang begitu saja.

Ya saya ini memang aneh. Mudah sekalu menghilangkan rasa sakit yang mendalam,  saya memang terlalu bodoh dan lemah atas perasaan yang saya punya untuknya.

Awwss

Saya meringis seraya mengusap kening "Sakit tau." Saya mem-berengut kesal menatap Esa, karena ia mengetuk kening saya dengan sendok

Setumpuk RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang