Part 4

932 149 2
                                    

4. Mencurigakan

"Pagi, Dokter!"

"Selamat menikmati pagi anda, Dokter Kim!"

"Wah, dokter handal kita! Pagi, Dokter Kim Minju!"

Minju hanya tersenyum membalas semua sapaan dari rekan kerjanya. Ia terlalu malas untuk balik menyapa, menurutnya hanya buang-buang suara. Lagipula, Minju tidak tahu apakah sapaan itu ikhlas diberikan padanya atau hanya sekedar prioritas sebagai rekan kerja yang ingin satu tim dengannya.

Maksudnya, Minju ini punya tim operasi sendiri. Bukankah itu sudah menjadi budaya disetiap rumah sakit besar seperti rumah sakit tempat kerja Minju ini? Iya, bisa dibilang Sakura adalah orang paling beruntung bisa masuk tim Minju. Meskipun Sakura terkenal dokter yang ceroboh dan mudah hilang kosentrasi. Tapi, akhir-akhir ini kelihatannya Sakura sudah mulai handal dan menyeimbangi Minju saat diruang operasi. Wajar jika banyak dokter lain yang merasa iri pada Sakura.

"Apa jadwalku hari ini?" tanya Minju pada dirinya sendiri.

Ia membuka pintu ruang kerjanya. Cukup besar memang. Itupun karena kemampuan Minju yang butuh diapresiasi. Kepala rumah sakit membuatkan ruangan khusus untuk Minju. Padahal beliau punya putri yang juga tak jauh berbeda seperti Minju. Handal dalam operasi dan tidak bisa diragukan lagi kemampuannya. Namun, beliau sama sekali tidak memberi keistimewaan pada putrinya.

Kembali lagi pada Minju. Ia melepas jas pinknya, kemudian menyampirkannya di kursi kebanggaanya itu.

"Ah, keluar lagi." Minju meringis melihat lengan kemeja putihnya yang kini berubah menjadi merah. Lantas melinting lengan panjang itu ke atas.

Minju melepas berban yang ia ikatkan dilengannya. Lalu berjalan menuju lemari guna mengambil kotak P3K-nya. Sedikit sulit mengambilnya dengan keadaan seperti ini. Lengannya benar-benar terasa perih.

"Dokter Kim!"

Brakk!

Minju langsung menoleh ke samping. Ia terkejut karena tiba-tiba seseorang memanggilnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Yang membuat Minju tambah terkejut lagi adalah, orang yang memanggilnya.

Ia segera membereskan isi kotak P3K-nya. Lalu berjalan cepat ke arah sofa sambil menyembunyikan lengan kirinya dibelakang.

Jang Wonyoung. Dokter sekaligus putri kepala rumah sakit ini berjalan mendekati Minju dengan raut wajah bertanya. Ia memiringkan kepalanya untuk melihat, apa yang berusaha Minju sembunyikan darinya.

"Sini!" Wonyoung mengulurkan tangannya dengan mata yang fokus menatap Minju.

"A-apa?" tanya Minju pura-pura tidak mengerti.

"Lenganmu. Aku melihat darah jatuh dari lenganmu, Kim Minju. Dan, lihat ini! Kemejamu merah semua!" Kata Wonyoung yang langsung memutar tubuh Minju.

Begitu melihat luka dilengan Minju, Wonyoung langsung meringis ngeri. Minju pasti merasakan sakit yang luar biasa.

"Ceroboh sekali. Kalau begini apa kata pasienmu? Seharusnya kau lebih berhati-hati saat melakukan sesuatu."

"Aw!!" Minju sedikit berteriak saat Wonyoung dengan sengaja menekan lukanya.

"Ya! Aku bisa kehabisan darah kalau kau tekan seperti itu!"

"Tidak masalah. Biar sekalian mati saja dirimu!"

Minju melotot mendengarnya. Ia mendengus kesal menatap Wonyoung. Sesekali meringis saat Wonyoung mulai memberi obat merah pada lukanya.

Tiba-tiba suasana menjadi hening. Entah kenapa Minju merasa canggung. Iya, tidak biasanya Wonyoung bersifat baik padanya seperti ini. Secara, mereka adalah rival sejati dirumah sakit ini. mau itu dalam masalah operasi atau tentang Kepala rumah sakit. Kalau Minju, tidak terlalu mempermasalahkannya. Lain dengan Wonyoung yang selalu memperpanjang masalah.

Yang membuat Wonyoung tidak bisa akur dengan Minju, karena ia selalu kalah saat melakukan taruhan. Contohnya, melakukan operasi. Konyol memang. Tapi, itulah kegiatan mereka setiap punya kesempatan.

Akibat perseteruan antara mereka. Banyak dokter yang langsung membagi tim. Ada yang setia mendukung Wonyoung, ada juga yang membenci Wonyoung. Begitu pula dengan Minju. Untuk saat ini, tim keduanya sama-sama imbang. Hanya saja Wonyoung belum bisa mengalahkan Minju dalam hal operasi. Nanti malam adalah penentuan siapa dokter bedah paling handal di rumah sakit ini. Kepala rumah sakit sendiri yang mengusulkan pertandingan itu.

"Aw!! Kau hobi sekali menekan lukaku!!" tegur Minju begitu Wonyoung kembali menekan lukanya. Kali ini dengan cara menarik perbannya kuat-kuat.

"Ck! Dasar lemah!!"

"Lemah-lemah begini juga kau tidak bisa mengalahkanku, bukan?"

Wonyoung mendengus pelan. "Terserah! Tujuanku kemari hanya ingin mengajakmu survey pasien yang akan kita operasi nanti malam. Tapi kau malah meropatkanku."

"Tunggu! Siapa yang menyuruhmu untuk memperban lukaku? Kau sendiri yang menawarkan diri untuk membantuku. Mana bisa aku menolak rejeki. Hitung-hitung, aku tidak buang tenaga untuk nanti malam." Timpal Minju diakhiri senyuman yang mana membuat Wonyoung ingin mencakar wajahnya.

"Argh! Kau benar-benar menyebalkan, Kim Minju!"

Wonyoung membereskan semua isi kotak P3K-nya dengan kasar. Membuat Minju tersenyum jahil melihatnya.

"Nah, kau melakukannya dengan kemauanmu sendiri. Aku tidak menyuruhmu, Jang Wonyoung." Ucap Minju dengan nada yang mengejek. Jangan lupakan kedua alisnya yang naik turun itu.

Lagi dan lagi, Wonyoung mendengus kesal. Kali ini terdengar benar-benar kesal! Ia pun memutuskan untuk diam. Tetapi, beberapa saat kemudian Wonyoung ingat sesuatu yang sempat membuatnya bingung tadi malam.

"Aw! Tolong, jangan gegabah kalau menarik seseorang!"

"Aw!! Kau hobi sekali menekan lukaku!!"

Seketika Wonyoung sedikit membulatkan mata. Ia langsung menatap Minju yang tengah sibuk memandangi perbannya.

"Kalau boleh tahu, kenapa lenganmu bisa sampai seperti itu?"

Pertanyaan Wonyoung berhasil membuat Minju sadar. Ia langsung menatap Wonyoung kikuk. Kenapa ia lupa dengan kejadian tadi malam? Jangan-jangan Wonyoung tahu jika orang yang ia kira pengantar air itu adalah dirinya.

"Tadi pagi aku tidak sengaja menjatuhkan pisau dan mengenai lenganku, untung tidak menggores nadiku." Jawab Minju seadanya.

"Benarkah?" Wonyoung masih belum yakin.

"Kau mengira aku berbohong padamu?"

Wonyoung mengeleng, setelah itu ia berdiri dari duduknya. "Sudahlah, aku sudah memberitahumu sekarang. Jam sepuluh nanti, aku harap kau datang tepat waktu di ruangan Ayah."

"Kau tenang saja. Aku selalu tepat waktu." Timpal Minju tersenyum, namun dibalas dengan tatapan sinis dari Wonyoung.

"Ck!" Wonyoung pun mulai melangkah pegi.

Saat hendak membuka pintu, Wonyoung kembali menghadap ke arah Minju. Lalu berkata, "Oh, iya! Hari ini kau terlihat mencurigakan, Kim Minju!"

"Eh?"

























TBC~
berharap ada keajaiban buat IZONE. Gue bener2 kangen sama mereka, ya allah... (ಥ_ಥ)

O, iya. Cuma mau bilang, kalau Hidden sama Different bakal hiatus. Soalnya author mau ujian. Nanti kalau ada waktu, bakal author sempetin buat up ceritanya kok. Jan khawatir, ceritanya tetep lanjut. Gak kaya cerita lainnya👍

Jan lupa vote
See you next time, guys!

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang