Part 13

711 111 4
                                    

13. Buku

"Maaf, Minju. Aku tidak jadi menemanimu."

Minju mengibas-ngibaskan tangannya. Lalu tersenyum menatap Sakura yang nampak kesusahan membawa Chaeyeon.

"Tidak masalah. Lebih baik kau bawa kekasihmu itu ke dalam." Senyum tulusnya berubah menjadi senyuman jahil. "Hati-hati, jangan sampai kelepasan." Lanjutnya sedikit berbisik.

Sakura langsung memberi gerakan menendang pada Minju. Sedangkan Minju hanya terkekeh kecil, setelah itu pamit kepada Sakura untuk pergi terlebih dulu.

"Kalau begitu, aku pergi dulu. Sampai jumpa besok pagi." Melambaikan tangan dan dibalas anggukan saja dari Sakura.

Minju langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Menyalakan radio adalah rutinitas Minju saat perpergian keluar. Jika tadi begitu berisiki karena Minju berbincang dan mengomel bersama Sakura, sekarang begitu senyap. Sehingga membuat Minju memutuskan untuk menyalakan radio.

Minju ini cepat bosan. Sedangkan moodboster-nya adalah Sakura. Ia memang tidak bisa jauh-jauh dari sahabatnya itu.

Lumayan memakan waktu lama untuk sampai ke panti asuhan. Itupun karena Minju harus berputar arah guna mengantar Sakura pulang ke apartemennya. Matanya melirik mobil biru yang sepertinya baru saja keluar dari area panti. Minju menatapnya sampai mobil itu tak terlihat lagi di spionnya.

Ia mengalihkan atensinya saat melihat pemilik panti berdiri di depan. Benar, sepertinya hari ini Nenek kedatangan tamu.

Minju pun bergegas turun. Kedatangannya pasti membuat Nenek senang. Bisa dibilang, Minju salah satu anak panti yang dekat dengan Nenek. Bahkan sudah seperti cucunya sendiri.

"Nenek!" Minju sedikit berlari dengan kedua tangan melentang, siap memeluk wanita tua itu.

"Ya ampun, Kim! Aku tidak salah lihat??" Nenek langsung memeluk Minju dengan erat. Beliau menepuk punggung Minju berulang kali. Persis seperti Nenek dan cucu yang lama tidak bertemu.

"Maaf, aku baru bisa berkunjung. Bagaimana keadaan panti?" Melepas pelukannya, namun tangannya masih memegang pundak Nenek.

"Panti ini semakin maju. Minju, ucapkan terimakasih kepada Tuan Kang. Dia yang sudah banyak membantu untuk anak-anak panti asuhan."

Mendengar itu, senyuman Minju langsung pudar. Ia hampir lupa bahwa Presdir Kang ikut serta mensejahterakan panti ini. Satu fakta yang sebenarnya tidak ingin Minju ungkap. Jujur, Minju bisa bersekolah berkat Presdir Kang yang membiayainya. Sampai Minju mendapat beasiswa saat SMA, begitu pula ketika ia kuliah di Amerika.

Minju tak tahu pasti alasan kenapa Presdir Kang rela membiayainya sekolah. Yang ia percaya, dibalik niat baik Presdir Kang, pasti ada sangkut pautnya dengan sang Ibu. Minju yakin itu.

"Hei, kenapa wajahmu tiba-tiba murung seperti itu?" tanya Nenek saat beliau sadar perubahan wajah Minju.

"Sebenarnya aku sakit, suasana hatiku juga cepat berubah." Jawab Minju berbohong.

"Oh, iya. Apa Nenek kedatangan tamu hari ini? Aku melihat mobil keluar dari sini."

"Iya, dia tampan dan tinggi."

"Siapa??"

"Nek, jangan bilang kepadanya jika aku berkunjung hari ini dan aku pinjam bukunya sebentar. Besok aku akan datang lagi."

Mengingat amanah Yujin, Nenek hanya menggeleng. Berpura-pura memasang wajah genit. Kemudian berjalan masuk. Diikuti Minju yang langsung mengerucutkan bibirnya karena wanita itu tak menjawab pertanyaannya.

"Siapa yang datang, Nek? Aku penasaran."

"Aigoo... sifatmu sama sekali tidak berubah. Hanya tamu biasa. Kenapa kau begitu antusias menanyakannya?"

"Ayolah... aku benar-benar penasaran."

"Sudah, lupakan. Lebih baik kau menemui adik-adikmu!"

Sedangkan ditempat lain, Yujin nampak menepikan mobilnya di pinggir jalan. Saat ini posisinya tak jauh dari panti asuhan. Yujin tahu kalau mobil merah yang melewatinya beberapa saat lalu adalah mobil Minju. Ia hanya bisa tersenyum saat melihat reaksi bingung dari perempuan itu.

Yujin meraih buku yang ia pinjam dari Nenek tadi. Ia bernafas lega karena lebih cepat dri Eunseo dan Bona. Iya, tujuan mereka memang ingin mencaritahu identitas asli Minju. Sekali lagi, niat mereka sangat bertolak belakang. Yujin mengambilnya untuk mengamankan identitas Minju sementara waktu. Ia tak ingin anggota rahasia Presdir Kang mengusik ketenangan Minju.

"Ternyata dia pernah tinggal di Korea Utara." Matanya terlihat membola.

"Kabur? Wow, cukup berani di usianya yang masih muda. Ku akui, dia anak kecil pertama yang berhasil melarikan diri dari Korut."

♔ ♔ ♔

Ada banyak orang yang berkata bahwa terkadang waktu berjalan begitu cepat. Mungkin Wonyoung harus percaya itu. Saat ini ia tengah menunggu Hyewon di depan rumah sakit. Sesekali mendengus kesal karena pria itu telat menjemputnya. Apa orang penting sepertinya memang sering mengulur waktu?

Awalnya Wonyoung ingin pulang, tapi Hyewon mengirim pesan kepadanya agar tetap menunggu di rumah sakit. Entah dari mana Hyewon mendapatkan nomornya, intinya Wonyoung hanya menurut dan seperti inilah Wonyoung. Berdiri seperti orang hilang dan kedinginan akibat angin malam berhembus dengan kencang menerpa tubuhnya.

Wonyoung memang hanya memakai baju putih tipis yang memperlihatkan setengah bahunya. Dipadukan dengan celana hitam ketat yang memperlihatkan bentuk kaki jenjangnya yang begitu indah bak seorang model.

"Oke, aku akan membunuhnya sekarang!" Matanya memincing saat melihat mobil mewah mendekatinya. Wonyoung yakin, yang mengendarainya pasti Hyewon.

"Maaf terlambat. Aku ada urusan penting di perusahaan." Ujar Hyewon keluar dari mobil. Ia langsung berlari ke bagian kiri guna membukakan pintu untuk Wonyoung.

"Sekarang kita bisa pergi."

"Terimakasih!" timpal Wonyoung ketus. Ia langsung masuk ke dalam mobil dengan wajah kesal.

Sedangkan Hyewon hanya tersenyum miring. Malam ini ia hanya bisa berkata, Wonyoung terlihat-sexy dengan penampilannya. Memang tidak salah ia mencari target.

Hyewon segera masuk ke bangku pengemudi. Ia melirik Wonyoung sekilas, kemudian tersenyum penuh arti.

"Aku punya tantangan untukmu." Kata Hyewon membuat Wonyoung langsung menoleh ke arahnya. "Aku yakin kau cukup kuat untuk minum beberapa botol."

Seakan mengerti arah pembicaraan Hyewon, Wonyoung hanya tersenyum kecut.

"Aku tidak akan kalah dengamu, Kang Hyewon." Timpal Wonyoung menekan ucapannya saat menyebut nama Hyewon.


"Benarkah? Kita lihat nanti."













TBC~~
Ada yang nunggu part Hyewony?
Sumpah, gue udah lama pengen nulis part mereka. Tapi baru kesampaian sekarang.

Jan lupa vote, gue jadi semangat karena banyak yang minat sama cerita ini (ya meskipun gak terlalu) Thank yang udah mampir dan makasih buat 3K nya buat Hidden. Semoga cerita ini gak kalah sama cerita sebelah :v

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang