Part 17

671 107 8
                                    

17. Panik

Yena tengah asyik memilih bunga di kedai 'Flowerwish' langganannya. Mungkin bisa dibilang, Yena datang setiap hari untuk membeli bunga. Entah apa yang ia lakukan dengan bunga itu. Intinya sang penjual sampai hafal betul wajah Yena dan bunga yang sering Yena beli. Sekalipun itu berbeda, si penjual akan mengingatnya. Karena ia tahu, Yena akan terus datang.

"Lihat-lihat dulu, mungkin ada bunga baru yang kau sukai. Bibi harus ke dalam sebentar."

Yena hanya tersenyum. Ia pun lanjut memilih bunganya. Benar juga, banyak bunga baru yang belum Yena lihat dan mereka terlihat begitu indah dan cantik. Tapi, tetap saja Yena akan mengambil bunga ini. Bunga tulip kuning.

Ketika hendak mengambilnya, ternyata ada orang lain yang juga ingin mengambil bunga itu. Sehingga Yena tak sengaja memegang tangan perempuan tersebut. 


"Kau lagi?!" Perempuam itu segera menjauhkan tangannya dari Yena. Sedangkan Yena menanggapinya dengan senyuman tipis dan tetap mengambil bunga tulip itu.

"Kita bertemu lagi, nona ice cream." Kata Yena.

"Berhenti memanggilku seperti itu! Itu bukan namaku!"

"Salah siapa kau tidak memberitahu namamu kepadaku. Bukan salahku kalau aku terus memanggilmu seperti itu."

"Memberitahu namaku? Kepadamu?" Ucap perempuan itu mengulang perkataan Yena.

Awalnya Yena ingin membalas ucapannya, tetapi Bibi pemilik kedai tiba-tiba muncul dari dalam.

"Oh! Kau datang lagi, nona Yuri?"

Yena yang mendengarnya langsung terkekeh kecil. "Ah... jadi namamu Yuri? Lumayan bagus dan itu tidak terlalu buruk."

Yuri mendelik. "Apa maksud ucapanmu itu?!" tanya Yuri berfikir bahwa Yena baru saja mengejeknya.

"Bibi, aku ambil yang ini lagi."

Bukannya menjawab pertanyaan Yuri, Yena malah mengalihkan topik pembicaraan. Ia menunjuk bunga tulip itu kepada Bibi pemilik kedai. Yang mana malah membuat Bibi itu tersenyum karena melihat epreksi kesal Yuri.

"Kau selalu membeli bunga ini. Memangnya untuk siapa?"

"Ada. Orang yang sangat penting." Timpal Yena tersenyum.

"Dia sudah punya pacar?" Batin Yuri tanpa sadar membuat lengkungan bulan sabit terbalik di bibirnya.

"Jangan salah paham. Aku belum punya pacar." Kata Yena seakan tahu pertanyaan Yuri. Lantas membuat Yuri langsung menatapnya kesal. Kemudian memesan bunga yang sama seperti Yena.

Yena melirik Yuri sekilas. Terukiran senyuman tipis di wajahnya. "Ternyata kita beli bunga yang sama, nona Yuri."

Yena langsung meraih bunga yang sudah ditatap rapi oleh Bibi pemilik kedai. Detik berikutnya ia membungkuk untuk berpamitan kepadanya. Sebelum pegi, Yena menyempatkan diri untuk membisikan sesuatu di telinga Yuri.

"Kata orang, bertemu tiga kali tanpa sengaja itu artinya jodoh." Meleggang pergi menuju mobilnya. Meninggalkan pekarag kedai tersebut.

Sedangkan Yuri nampak mematung dengan tatapan kosong. Sadar atau tidak, saat ini jantung Yuri sepertinya bermasalah.

Dug!

Dug!

Dug!

"ARGHHH!!!"

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang