Part 41

672 107 14
                                    

41. Lamaran

Kaku. Hal pertama yang ia rasakan. Ruangan serba putih, serta alat bantu nafas dan infus menempel di tubuhnya. Ia mengerjapkan nata berulang kali. Meskipun masih terasa berat, pria itu tetap memaksa untuk membuka matanya lebar-lebar. Sejenak, ia hanya diam menatap langit-langit ruangannya. Sampai seketika, ia teringat seseorang. Seseorang yang selalu muncul di dalam mimpinya selama empat minggu ini.

Tak perduli jika ia baru sadar dari komanya. Yujin langsung melepas alat bantu pernafasan yang ada dihidungnya. Lalu menarik selang infus yang terpasang ditangannya dengan kasar. Dirinya memang sempat jatuh karena masih terasa kaku untuk berdiri dan itu membuatnya meringis kecil. Karena seketika, tubuhnya seperti tersetrum.

Dua-tiga menit Yujin gunakan untuk membiasakan diri. Ia menggerakkan kedua kakinya secara perlahan. Ketika dirasa sudah lebih sedikit nyaman, Yujin langsung berdiri. Ya, meskipun tertatih ia terus berjalan menuju pintu. Membuka pintu secara tergesa, kemudian berjalan ke arah kanan.

Yujin tak tahu di mana ruangan Minju. Tapi firasatnya mengatakan, bahwa ruangan perempuan itu ada di arah timur. Tak lama kemudian, akhirnya Yujin menemukannya. Kepalanya menggeleng kecil melihat tubuh mungil itu masih terbaring lemah dengan alat-alat ditubuhnya.

Clek!

"Siapa?"

Hal pertama yang Yujin dengar adalah suara seorang wanita yang tengah membaca majalah di sofa yang ada di ruangan tersebut. Siapa lagi kalau bukan Eunbi. Sontak, wanita itu langsung berdiri saat melihat Yujin berjalan masuk ke dalam ruangan putrinya. Keningnya berkerut karena bingung. Siapa pria ini? Eunbi belum pernah melihat Yujin sebelumnya.

"Bibi, saya Ahn Yujin."

Skip—√\__

Sudah sepuluh menit Yujin dan Eunbi mengobrol. Yujin juga menceritakan masa kecilnya bersama Minju, bagaimana ia mengenal perempuan itu. Sampai menceritakan pertikaian mereka saat masih berada di tim khusus Han Seungwoo dan Kang Daniel. Tentu Eunbi terkejut mendengar cerita Yujin. Tapi ia berusaha memperlihatkan reaksi tenang.

"Ah, jadi kau sudah mengenal Minju sejak kecil?" tanya Eunbi ketika Yujin menyelesaikan ceritanya.

Yujin mengangguk. Dengan pandangan yang fokus menatap Minju, ia tersenyum tipis. "Bibi, aku minta maaf."

Eunbi langsung menarik bibirnya ke belakang. "Untuk apa kau minta maaf, sayang?" Tangannya bergerak mengusap kepala belakang Yujin.

"Karena aku tidak bisa menjaga Minju dan membuatnya seperti ini."

Eunbi mengangguk perlahan mendengar ucapan Yujin. Ia sama sekali tak menyalahkan siapapun atas kondisi Minju saat ini. Yang ada dipikiran Eunbi, yang terpenting putrinya selamat meskipun koma. Semua sudah terjadi, Eunbi pun tak bisa berbuat apa-apa selain berdoa agar Minju segera sadar dari tidur panjangnya.

"Nak Yujin, Bibi tidak menyalahkan siapapun atas kondisi Minju sekarang. Bukankah kau juga koma seperti dia? Itu artinya kau sudah berusaha melindungi Minju. Bibi bukan menilai sosok pria yang akan mendampingi putri Bibi dari segi fisik atau caranya menjaga putri Bibi. Yang terpenting adalah sikap pria itu, bagaimana dia menyayangi Minju, selalu memegang janji, dan bertanggung jawab,"

Eunbi menghentikan ucapannya sejenak. Ukiran bulan sabit terpampang di wajah yang awet muda itu. Lalu berkata, "Dan yang utama. Dia bisa membuat Minju bahagia dengan kehidupan sederhananya."

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang