Part 26

669 115 15
                                    

26. Hyun-ie

Pagi-pagi sekali ia datang kemari. Menatap begitu dalam wadah kaca yang berisi debu setelah tubuh seseorang dikremasi. Serta menatap foto seorang gadis yang tersenyum lebar di sana dengan prihatin. Hatinya terasa berdenyut nyeri. Ia menghela nafas panjang. Persis orang yang hampir putus asa.

Beberapa kali kesempatan, air matanya jatuh tanpa meminta ijin kepadanya terlebih dulu. Gadis itu segera mengusapnya dengan kasar. Berusaha memperlihatkan senyuman yang–terlihat dipaksakan untuk keluar.

"Aku bertanya kepadamu! Siapa kau?!"

"Bukan urusanmu!"

"Aku minta maaf, Kak." Langsung meletakkan setangkai bunga di sana. Setelah itu, ia melenggang pergi. Gadis itu sedikit menurunkan topinya. Lalu memakai masker yang sempat ia lepas tadi.

Sedangkan dari arah yang berbeda, Wonyoung datang bersama Hyewon. Keningnya berkerut saat melihat bunga di dekat foto Dahyun. Terlihat baru dan masih segar. Tapi Wonyoung tidak terlalu menghiraukannya. Mungkin sanak keluarga Dahyun ada yang datang barusan. Ia pun meletakkan bunga tulip di dekat abu Dahyun. Lalu berdoa penuh penghayatan.

Wonyoung tersenyum menatap foto Dahyun yang terlihat ceria di sana. "Apa kabar? Aku minta maaf lupa berkunjung kemarin." Masih tetap tersenyum. Wonyoung mengusap pelan foto itu. Tak lama setelah itu, ia kembali menangis.

"Maafkan aku, Han. Karenaku kau jadi seperti ini."

Sedangkan Hyewon yang melihatnya langsung memeluk Wonyoung dari samping. Entah sudah berapa kali Hyewon memberitahu Wonyoung agar tidak mengingat kejadian lalu. Tapi, perempuan itu terus mengingatnya. Seakan tidak ingin menghapusnya dari daftar kenangan buruk di kepalanya.

"Sudah?" tanyanya memastikan.

Hyewon menatap dalam kedua manik mata Wonyoung dan Wonyoung hanya mengangguk, setelah itu ia pergi tanpa berkata apapun. Meninggalkan Hyewon yang langsung menghela nafas panjang. Sepertinya sulit untuk membuat perempuan itu memaafkannya. Wonyoung terlalu membenci Hyewon setelah kejadian tiga tahun lalu. Di mana dengan bodohnya Hyewon memasang bom di tubuh Dahyun. Sehingga membuat kondisinya menjadi seperti ini.

Kalau di pikir-pikir, di sini yang pantas merasakan kesalahan adalah Hyewon bukan Wonyoung. Karena jelas, Hyewon lah yang membuat gadis tak berdosa itu mati akibat bom yang ia pasang ditubuhnya.

"Aku minta maaf, seharusnya aku tidak egois."

♔ ♔ ♔

"Aaaa...."

Yujin tersenyum begitu Minju memakan buburnya dengan lahap. Biasanya orang yang sakit tidak selera makan. Tapi lain dengan Minju yang begitu bersemangat memakan bubur hasil buatan Yujin sendiri. Entah masakan Yujin yang enak atau memang Minju yang lapar, Yujin tidak tahu. Karena Minju benar-benar bersemangat setiap kali ia suapi bubur itu sedikit demi sedikit ke mulut mungilnya.

Yujin memang sempat pulang untuk menyiapkan hal ini. Cukup membuat Minju bosan berdiam diri di atas brankar tanpa seorang pun teman yang menemaninya. Kira-kira hampir dua jam Minju hanya menguap, menoleh ke kanan ke kiri, menatap infus yang bergantung, dan menghembuskan nafas panjang saking bosannya dia.

"Habis. Good girl! " Ujar Yujin sambil mengusap rambut Minju pelan.

Minju hanya terkekeh. Kapan terakhir kali Yujin mengusap kepalanya seperti ini. Kalau diingat-ingat, sepertinya saat ia berumur enam tahun sedangkan Yujin tujuh tahun. Rasanya aneh mengulang peristiwa ini saat sudah dewasa. Dulu Minju sangat menolak jika Yujin melakukannya, tapi sekarang entah kenapa Minju ingin Yujin mengusap rambutnya setiap ada kesempatan.

DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang