14

998 168 0
                                    

Kak Seungyoun
|dek

You
Apa|

Kak Seungyoun
|dek

You
Iya, kenapa?|

Kak Seungyoun
|nah gitu dong

You
Kenapa deh|

Kak Seungyoun
|kamu suka martabak nggak?

You
Tiba tiba nanya gitu|
Mau beliin?|

Kak Seungyoun
|udah jawab aja

You
Martabak apa dulu|

Kak Seungyoun
|martabak manis
|kamu suka?

You
Suka|

Kak Seungyoun
|kalo aku?

You
Aku lebih suka martabak|

Kak Seungyoun
|berarti suka aku juga

You
Idih pede banget|

Kak Seungyoun
|ya harus dong











Kamu bersumpah, kalau Seungyoun itu tidaklah sekonyol dan selucu apa yang kakakmu bilang. Karena menurutmu, dia itu random banget. Kayak sekarang ini, contohnya.

Sosok Seungyoun masih terkesan aneh bagimu. Semua perkataan yang dilontarkannya, sikap yang diperlihatkannya dan semua yang ada pada diri Seungyoun itu aneh. Tapi kamu nggak pernah merasa sebal ataupun ilfeel dengan semua itu. Eh, mungkin awalnya iya, tapi hanya awalnya aja karena setelah itu kamu mulai bisa menerima dan bisa bersikap biasa. Kamu nyaman.

Setengah jam kemudian dia datang ke rumahmu dengan menenteng sekantong plastik berwarna hitam. Ketika kamu buka, ternyata isinya martabak manis rasa coklat. Kebetulan itu adalah rasa kesukaan kamu.

Sebenernya, kamu mau nawarin dia buat mampir dulu. Duduk dan ngobrol bentar di ruang tamu. Agaknya kamu sedikit ragu untuk itu karena sudah malam. Saat itu, jam menunjukkan pukul 9 malam. Kamu takut dimarahin mama dan digunjing tetangga karena membawa masuk seorang lelaki di jam segini.

Kamu masih berdiri berhadapan dengan Seungyoun di halaman depan rumah saat dia bilang tengah berada di depan rumahmu setengah jam yang lalu. Angin malam terasa begitu dingin ketika menerpa wajahmu membuatmu ingin segera kembali ke kamarmu dan menutup tubuhmu dengan selimut hangat.

"Aku langsung pulang ya? Udah malem juga. Nggak enak dilihat tetangga." Ujarnya dengan senyuman hangat di wajahnya.

"Iya kak, makasih udah repot-repot ke sini bawa martabak."

"Nggak repot kok. Udah kamu langsung masuk aja! Dingin di luar."

Setelah mengucapkan itu, dia melangkah pergi dari halaman rumahmu. Kamu pun masuk ke dalam rumah lalu mengunci pintu.

Kalau dipikir-pikir, ucapannya tadi terdengar manis di telingamu. Terkesan perhatian. Dia memang laki-laki yang baik, seperti yang dikatakan Mama kamu waktu itu.





- M A N T A N -

MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang