Part 20
Bima & Arimbi"If I die tomorrow...
I'd be all right..
Because I believe..
That after we're gone..
The spirit carries on.."Begitulah penggalan nada dering ponsel arimbi..
"You have call from "+41 677*****"
Dengan paras yang lesu karena capek menghias kampus,
"Huff" ujarnya selagi mengelap jidatnya dengan lengan.
Perlahan bola mata indah itu melirik ponselnya itu hanya tertunduk membisu,badannya terguncang, dan lagi ia tidak mengangkat telfon itu, setidaknya untuk malam ini.masih tertanam dalam benaknya kalau +41 adalah kode telfon negara swis,pula 677 itu adalah nomornya vincent, nomor orang yang mencampakannya dua tahun lalu, "DAMN!!""Malam mba, ini pesanannya saya taruh dimeja ya"sapa riani waiters disitu dengan ramahnya.
Dengan seksama riana yang melihat arimbi, diperhatikannya ada yang aneh dari gadis ini.
Baik dari gelagat arimbi, pun mendapati dua bola mata berkaca-kaca yang menghadap ke jendela, riana langsung meletakan chicken wings dan alpukat saus coklat diatas meja arimbi.Karena suasana tun's coffe malam ini sepi hanya ada bima dan susilo di meja sebrang sana, sementara dihadapannya ada gadis yang rasanya perlu ditemani, riani sudah biasa menemani tamu yang sedih ataupun menangis, tapi rasa yang sangat berbeda dengan gadis satu ini, peka akan kesedihan yang begitu dalam -ia pun mendekati gadis itu
Perlahan menarik kursi dan duduk di hadapan arimbi. Riani tahu betul jikalau ada yang menangis ia tak pernah bertanya (kenapa, ada apa, kok nangis) karena sejatinya mereka hanya perlu ditemani bukan dinasehati.
Sekedar informasi, riana memang terkenal ramah dan bijaksana, maka tak heran banyak yang suka curhat dengannya atupun para lelaki yang sekedar ingin mengajaknya berkenalan.
"Bim, arimbi kenapa tuh kok kaya sedih gitu ya" kata susilo dengan posisi badan menghadap arimbi yang kira kira berjarak 3-4 meter dari mejanya itu.
"Sstt udah sus bukan timmingnya" sahut bima yang sebenarnya sudah tahu sejak tadi namun memilih untuk diam
"Lo kenapa sih bim dingin gitu?" Tanya susilo heran
"Cewe tuh bim kalo lagi nangis gitu jangan ditanya kenapa lah, ada apa lah, atau lainnya. Biarkan sampai tangisan itu berhenti dan ia cerita sendiri"tutur bima ysng kurang lebih memahami sifat wanita sama seperri riani
"Oh gitu ya bim" kata susilo dengan raut muka terpelongo yang membuat bima sedikit terkekeh
"Yap, kalau mau tungguin aja, se-enggaknya sampai tangisan itu berhenti, baru hampiri.. gitu sus" jawab bima mantap.. memang sifat romantis bima itu diwarisi oleh sang papah.10 menit suasana kedai hening dalam sunyi , hanya ada suara kipas angin, desiran angin malam dan "BBUAAARR" deras air mata arimbi membanjiri kedua pipinyaa, sangat sesak bahkan untuk sekedar menghela nafas, dadanya berguncang hebat.
Hingga akhirnya Arimbi yang sesenggukan pertanda mulai meredakan isak tangisnya itu.
Matanya yang memerah dan sembab, napasnya yang tergopoh-gopoh, perlahan mulai mereda.Tangannya yang mungil itu perlahan membuka tas hendak mengabil tisu untuk mengusap bekas airmatanya.
"Eh mba, dari tadi kah?"sapa arimbi kaget dan sedikit malu melihat di depan matanya ternyata ada seorang waiters yang sedari tadi memperhatikannya.
"Baru kok mba, kalau tisuenya kurang mau saya ambilkan? Atau mau ke kamar mandi.. mari saya antar?"Kata riana sigapnya dengan usianya terpaut dua tahun diatas arimbi.
"Makasih mba, saya ditemani saja sudah cukup kok" ucap arimbi dengan senyum palsu yang kali gagal mengelabui riana.
Terima kasih sudah membaca🙏🙏

KAMU SEDANG MEMBACA
Bima dan Arimbi
Fiksi RemajaBima ragavan fasudeva, menjalin hubungan sejak SMA sampai awal kuliah dengan sekar, namun hubungan itu pun kandas lantaran sekar yang kepergok tidur dengan pria lain.. tapi siapa sangka bima justru jatuh hati dengan seorang pelacur.. Arimbi kusuma s...