Part 22
Bima & Arimbi
Kali ini suasana hati arimbi mulai membaik,sedikit lebih baik dari tiga puluh menit sebelumnya.
Sebenarnya sedari awal arimbi ke kedai ini pandangannya terganggu dengan sebongkah piano di sudut ruangan.
"Mba piano itu kenapa?" Dahinya mengryit dengan tatapan sedikit bingung
"Kok sejak awal saya kesini hanya terbungkus kain saja.. apakah masih berfungsi dengan baik? Tanya arimbi yang menoleh kearah riana dengan sisa sesenggukan nangis tadi dan muka yang sembab.
"Masih kok mba? Mba mau memainkannya? Silahkan mba, karena jarak kedai kita ke perumahan cukup jauh. Jadi saya pikir aman kok" sahut riana walaupun ia ragu arimbi akan memainkannya
Arimbi mengangguk pelan kepada riana, seraya berjalan melewati susilo dan bima arimbi berhenti sejenak dan berkata
"Maafin yah kalau kuping kalian terganggu" sedikit terkekeh arimbi melanjutkan langkahnya menuju piano tua itu.
"Yamaha arius 143, sama seperti ketika aku belajar piano di swiss" ucap arimbi dalam hatinya mantap
perlahan-lahan jemari mungil arimbi mulai menari-nari diatas tuts piano itu, daaaann.....all i ask adalah lagu pilihan arimbi malam ini.bola mata yang bulat serta senyuman tipis yang hangat seakan tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya.
" I will leave...
my heart at the door...
I won't say a word...
They've all been said before you know...
So why don't we...
just play pretend...
Like we're not scared of what's coming next...
Or scared of having nothing left look down...
get me wrong i know...
there is no tomorrow...
"Ayo semuanyaaa" potong arimbi dengan senyuman manisnya bermaksud mengajak bima susilo serta riana untuk turut bernyanyi.. walaupun sebenarnya lagu ini untuk menghibur dirinya sendiri
"Shitt.. Kenapa gadis ini begitu indah untuk dipandangi...walaupun dengan senyum lirihnya itu" dalam hati bima yang menyadari ada yang salah dari perasaanya kali ini
Tidak seperti susilo dan riana yang turut bernyanyi... Bima hanya diam terpukau melihat penampilan arimbi malam ini.
"Sempurna nona" hanya itu yang bima rasakan dalam hatinya
All I ask...
Is if...
this is my last night with you...
Hold me like I'm more than just a friend...
Give me a memory I can use...
Take me by the hand while we do..
what lovers do...
It matters how this ends...
'Cause what if I never love again?...
"Lagi dong bi, bang mandor sawer nih, celetuk susilo yang sikapnya bak seperti nonton konser dangdut pantura
"Siap boss" kata arimbi yang lagi-lagi berhasil merusak pikiran bima
I don't need your honesty...
It's already in your eyes...
And I'm sure my eyes, they speak for me...
No one knows...
me like you do...
And since you're the only one that matters...
Tell me who do I run to look don't..
get me wrong i know ..
there is no tomorrow...
All I ask...
Is if..
This is my last night with you...
Hold me like I'm more than just a friend...
Give me a memory I can use...
Take me by the hand while we do...
what lovers do...
It matters how this ends...
'Cause what if I never love again?....
Dalam hati bima ia tak mau kesempatan ini berlalu begitu saja... Bima ingin malam ini menjadi malam yang panjang, tentunya dengan penampilan arimbi yang membuatnya kagum itu.
Mengahayati kata-perkata dari setiap lantunan nada yang arimbi bawakan, tapi apa daya, semua berlalu begitu cepat.
"danke schön" ucap arimbi seraya menundukan badanya menandakan terima kasihnya pada semuanya yang ternyata sangat terhibur oleh penampilannya malam ini.
Setelah selesai arimbipun berpamitan dengan yang lainnya karena waktu di jam tangannya sudah menunjukan pukul 12:30.
Terima kasih sudah membaca🙏🙏🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Bima dan Arimbi
Ficção AdolescenteBima ragavan fasudeva, menjalin hubungan sejak SMA sampai awal kuliah dengan sekar, namun hubungan itu pun kandas lantaran sekar yang kepergok tidur dengan pria lain.. tapi siapa sangka bima justru jatuh hati dengan seorang pelacur.. Arimbi kusuma s...
