1💕

3K 260 66
                                    

Sangat terdengar suara lagu dari rumah yang berada tepat di seberang rumahnya ini.

"tumben banget dengerin lagu beginian, kesambet tuyul apa tuh bocah " gumam laki-laki kurus itu yang baru saja membuka pintu di balkon nya yang menatap dingin ke arah balkon yang berada beberapa centi saja dari balkonnya.

Baru saja rasanya di katain malah udah ada didepan mata aja.

"bisa belajar juga ternyata, gua kira bisanya cuma ngehujanin hujatan buat orang" nyinyir orang di seberang nya.

Laki-laki kurus yang tengah membawa segelas kopi di tangan kirinya dan sebuah buku di tangan kanannya itu hanya diam dan menyeruput kopinya santai tanpa menghiraukan nyinyiran orang diseberang.

"Hueningkai! Ayo turun! Sarapan, sayang" ujar Bunda Jimin.

"iyaa, sekarang " sahut laki-laki yang dipanggil Hueningkai itu.

Kai menutup pintu balkon nya dengan tatapan sinis yang mengarah ke orang yang berada tepat di seberang rumahnya yang juga sedang beridiri di balkon kamarnya.

"jangan natap gue lama-lama, ntar suka, kalau lo suka kan gue yang ngeri" ujar laki-laki itu yang menyandang marga Choi.

"woi budeg! Lah gua dikacangin" ujar laki-laki itu yang merasa diabaikan oleh Kai, karena ia bahkan tidak mengatakan sepatah kata pun. Biasanya pasti akan membalas apapun yang dilontarkan dari mulut laki-laki yang bermarga Choi itu.

"Soobinnn! Turun! Kita sarapan! " ujar bunda Tae.

"sekarang Bun, aku oteweh turun" sahut laki-laki yang dipanggil Sobiin itu.

Dengan segera Soobin menutup pintu balkonnya dan pergi menuju ruang makan.

.

.

.

"Bunda denger loh kamu tadi teriak-teriak kayak monyet di atas, kamu apakan lagi anak orang?" tanya Bunda Tae sembari mengunyah makanannya.

"tega banget bilang anak sendiri monyet, yang ngelahirin aku artinya induk monyet dong" ujar Soobin membalas hujatan dari sang bunda.

"oh jadi kamu bilang bunda kamu ini monyet?! Huh?! " murka bunda Tae. Bahkan jika ada Papa Jungkook, Jungkook akan memilih diam dan membiarkan Soobin di aniaya oleh istrinya karena itu adalah jalan yang paling aman menurutnya.

"b-bukan salah denger dih! Aku bilang aku gak ada ngapa-ngapain dia kok, dianya aja baperan kayak monyet dong, gitu" ujar Soobin yang pastinya bohong tujuh putaran.

"kamu ini, kalau ngomong yang jelas jangan samar-samar kayak bau tai kambing! Udah ah mama udah selesai, kamu beresin ya, biar mama yang nyuci" ujar Bunda Tae yang pergi ke dapur.

"selamat, untung otaknya gak cerdas kayak gua" gumam Soobin yang tahan napas karena takut ketahuan boongnya.

.
.
.
.

Hari ini yang ada di meja makan tumben banget lengkap. Biasanya palingan ada Bunda Jimin sama Hueningkai, sekarang tumben ada papa Suga juga.

"kenapa diliatin aja makanannya? Kamu tau kan, makanannya ga akan masuk ke mulut kamu dengan sendirinya kalau kamu pantengin aja" ujar Bunda Jimin yang sadar jika anak tercintahnya belum juga menyendok makanannya.

"mau papa suapin? Hm" tanya Suga memasang wajah bagai seorang ayah.

Suga memang jarang sekali berada di rumah, melainkan seringnya ada di kantor. Terkadang ia akan pergi beberapa pekan untuk ke luar kota karena pekerjaannya. Suga juga sangat tidak menyukai hal itu, karena ia akan merasa sangat jauh dengan keluarga tercintahnya. Apalagi dengan istri termanisnya.

Tetangga | SOOKAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang