3

29 5 0
                                    

Satu ....

Dua .....

Tiga....

Derrr... Tebak siapa disana

Rani pov.

Aku melihat sosok yang sejak tadi membuatku takut, namun ketakutanku itu hilang sekejap saat aku mengetahui betul-betul sosok yang ada didepanku.

Andai kalian bisa melihat apa yang aku temui hari ini, siluman Babi yang berkeliling dipikiranku sejak tadi ternyata hanyalah imajinasi bodoh.

Yang satu ini seperti kelinci yang meringkuk kedinginan, sangat lucu, ia tertidur pulas dengan dengkuran kecil yang sesekali suaranya meninggi, mungkin ini tadi yang aku dengar.

Aarghh... Aku lebih suka melihatnya tenang seperti ini dari pada terus mendengar ocehannya yang menyakitkan.

Kalian tau siapa yang aku temui?

Dia Reymond Angga Bramasta, ya... seperti yang kalian tau dia adalah sahabatku sejak kecil, entahlah kenapa aku menyebutnya sahabat, padahal setiap kali kami ketemu pasti bertengkar, dan yang kami pertengkarkan bukanlah hal yang besar dan serius.

Sulit mengakui ini, walaupun aku membenci mulut cabenya itu, ya, dia kalo ngomong nggak pernah mikir perasaan orang dulu, dan kata-katanya itu sangatlah pedis, bahkan mengalahkan cabe level tertinggi.

Tapi mau bagaimanapun dia adalah teman pertamaku, dia yang pertama bermain denganku selain Abangku, dia selalu membuatku tertawa apapun keadaannya.

Oke, cukup euforianya.

Kini aku sedang berjongkok didepannya, menyingkirkan poni yang menutupi matanya.

Aku senang melihat matanya yang tajam bak elang itu, dia memang tampan tapi bagiku semua itu tak ada gunanya jika ada mulut cabenya.

Hi...hi...hi..., Kalian jangan ribut, aku ingin menjahilinya.

Aku membuka kunciran rambutku dan menyisirnya dengan lima jariku kearah depan, kalian pasti tau penampilanku sekarang bagaimana. Kuntilanak. Ya, mirip makhluk astral itu.

Aku menoel pipinya dengan kasar, hingga matanya perlahan-lahan terbuka. Aku berusaha menahan tawaku karena ekspresinya sangat lucu. Namun...

Brukh...

Aku didorong hingga tersungkur kebelakang.

"Aww... Sakit tau" umpatku mengusap bokongku yang perih karena terbentur dengan lantai.

Kulihat Reymond terduduk dengan tatapannya yang menyeramkan, kemudian mendekatiku dan menyamakan tingginya denganku.

"Lo emang ngapain tadi?" ucap Reymond menyentil jidatku.

"Ish..sakit tau" aku memukul lengannya tanpa ampun.

Dan dia hanya tertawa terbahak-bahak. " Lagian, lo ngapain disini?" Tanyanya.

"Yaelah, dari dulu juga gue disini kalo udah jam istirahat atau pulang" jelasku lalu bangkit membersihkan rokku yang kotor, ia juga ikut bangkit dan menatapku intens.

RAMONDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang