Perlahan mata Rani terbuka tak kalah ia terusik dengan suara alarmnya yang terus berdering nyaring. Meskipun berat ia tetap bangun. Cewek itu melakukan perenggangan agar tubuhnya tak kaku. Ia melempar selimutnya dan melangkah keluar kamar. Ia masih termelek. Sulit sekali membuka matanya lebar-lebar. Sebenarnya ia masih sangat mengantuk. Tapi apalah jika Reno belum pulang. Jadi ia harus membereskan rumah sebelum berangkat sekolah.
Usai melaksanakan shalat subuh dan beres-beres rumah. Rani segera bersiap untuk sekolah. Ia tengah menyimpulkan tali sepatunya. Ketika tengah sibuk tiba-tiba sepasang sepatu yang sudah terpakai itu berdiri dihadapannya. Rani mendongak dan mendapati Reymond yang sudah rapi dengan senyuman manisnya.
"Pagi" sapa Reymond lembut.
Nih anak apaan sih. Sok manis banget. Batin Rani.
Cewek itu kembali menyelesaikan kegiatannya. Dan berjalan mendahului Reymond.
"Udah jadi pacar masih aja jutek" ucap Reymond menghentikan langkah Rani.
Rani nampak berpikir. Pacar? Tunggu dulu. Jadi yang semalam itu bukan mimpi? Benar-benar bukan mimpi? Rani mencubit pipinya dengan keras, sehingga ia meringis kesakitan. Ia sadar tidak sedang bermimpi. Terdengar suara langkah mendekatinya.
"Kenapa? Kok nyubitin pipi sendiri?" Tanya Reymond.
Rani masih termenung. Ia belum percaya. "Kamu kira kamu sedang mimpi ya?" Tanyanya lagi.
Rani menatap Reymond dan mencari kebohongan disana. Tapi nampaknya ini benar-benar nyata. Astaga, bagaimana bisa Rani lupa bahwa semalam ia resmi berpacaran dengan Reymond? Sekarang Rani yakin bahwa wajahnya sudah memerah.
"Melamun aja terus. Udah telat nih kita" Reymond menarik tangan Rani. Ia menuju motornya yang terparkir.
"Rey, aku gak mimpi kan?" Rani nampak kikuk dengan suasana ini.
"Iya kamu lagi mimpi, dan mimpimu sekarang jadi nyata. Udah naik cepet" Reymond memasangkan helm pada Rani. Setelah itu Rani naik ke motor Reymond.
"Udah?" Tanya Reymond.
"Hmm"
"Kok gak terasa?"
"Emang harus dirasa dulu?"
"Iyalah, kalo gak nanti aku ninggalin kamu"
"Hhh dasar"
"Kok jauh banget sih duduknya. Majuan dikit lah ntar jatoh gimana"
"Gak mau. Nanti kamu modus"
"Ya ampun Ran. Kamu kan pacar aku, kalo ada apa-apa gimana"
"Gak usah nyebut-nyebut pacar. Malu tau" Rani membuang pandangannya, tidak sanggup menatap Reymond walaupun itu hanya lewat kaca spion.
"Ciaaahh sok malu lagi"
"Ihh jalan cepetan"
"Iya iya, tapi tunggu dulu" Reymond meraih kedua tangan Rani dan melingkarkan di pinggangnya "nah kalo gini aku gak perlu takut kamu jatuh" ucapnya tanpa peduli dengan perasaan Rani.
"Modus banget sih" Rani mencubit perut Reymond, membuat cowok itu mengaduh kesakitan. Tapi Rani malah tertawa setelahnya.
Tak butuh hingga berjam-jam. Mereka sudah tiba disekolah, Reymond memarkirkan motornya. Belum sempat menurunkan setandar motornya, Rani sudah melompat turun dari motor, ia berjalan cepat meninggalkan Reymond. Sementara cowok itu, ia segera melepas helmnya dan berlari menyusul Rani.
"Kok buru-buru" Reymond sudah berjalan disisi Rani. Rani tak menjawab sama sekali.
"Kamu gak malu? " Tanya Reymond memperhatikan wajah Rani yang tertunduk dan terus berjalan lurus.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAMOND
Teen FictionBerkisahkan tentang dua orang sahabat yang tak pernah akur sejak kecil. Tapi siapa yang bisa menyangkal jika Friendzone itu ada. Bertengkar adalah makanan sehari-hari mereka. Rani Queenadya Bisma & Reymond Angga Bramasta. Akhir akan diketahui jika...