29

9 1 0
                                    

"Rey, lo nyerah aja deh. Gue yang bakalan menang" Rani sangat mahir mengotak-atik stick game-nya.

"Haha... Remehin Gue. Liat aja siapa yang bakalan kalah"

Rani dan Reymond sangat menikmati permainan mereka. Sesekali Rani menjerit ketika hendak dikalahkan oleh Reymond. Namun cewek itu selalu lolos.

"AAAAA...." jerit Rani menatap televisi didepannya.

Reymond tertawa puas melihat kekalahan Rani "Gue bilang juga apa. Jangan remehin gue. Master gini mau dilawan"

"Serah lu lah"

Hening sejenak kemudian terdengar suara gemuruh entah dari mana. Namun suara itu mampu mengundang gelak tawa Reymond. Rani memegangi perutnya dengan erat. Suara gemuruh tadi berasal dari perut Rani.

"Gak lucu tau" muka Rani tampak merah menahan malu.

"Perasaan baru sejam yang lalu lo makan. Masa lapar lagi" ucap Reymond dengan sisa-sisa tawanya.

"Bang Reno mana sih? Kok lama banget pulangnya" Ujar Rani mengalihkan pembicaraan.

"lapar jangan ditahan. Ntar kambuh maag lo gue gak mau ngurusin" kata Reymond tidak peduli dengan pertanyaan Rani.

"Ishh gue gak lapar kok"

Reymond berdecak kesal "lo mah gitu kalo lapar bilang aja. Ntar sakit lagi gimana?"

"Kayak bunda lo" cibir Rani.

"Iyaa sekarang gue gantiin bunda buat ngawasin lo"

Rani beranjak dari tempatnya. Malas mendengarkan ocehan Reymond. Cewek itu berjalan ke dapur, ada sesuatu yang ingin dia buat. Makan nasi malam-malam tidak baik untuk kesehatan. Dan ternyata Reymond mengikutinya dari belakang.

"Mau ngapain?" Tanya Reymond.

"Mau bikin Martabak telor"

"Emang bisa?"

Rani menutup kembali kulkas yang baru saja ia buka dan menatap Reymond dengan malas "lo ngeremehin gue mulu. Ini tuh wilayah cewek. Jadi lo diem aja" Rani kembali membuka kulkas dan mengambil beberapa bahan didalam sana. Kemudian meletakkan semua di meja. Reymond hanya diam melihat pergerakan Rani.

Rambut panjang yang selalu dikuncir satu itu sudah menjadi khas dari Rani. Tubuh kecil, suara yang terkadang jadi cempreng. Kulit putih pucat, bibir kecil yang merah alami, mata bak bulan sabit, hidung kecil nan mancung, bulu mata panjang. Entah kenapa Reymond baru sadar  Rani memiliki paras cantik dan imut. Orang yang baru bertemu Rani pasti akan menyangka kalau dia siswa SMP.

Sudut bibir Reymond terangkat sedikit. Pikirannya kini hanya ada Rani.

"Ihh minyaknya gue taro dimana ya kemarin" Rani sibuk mencari minyak dilaci bawah.

"Dasar nenek-nenek. Dimeja sini doang masa gak lihat" ejek Reymond.

"Gimana mau keliatan. Lo nutupin gitu" Rani mengambil botol minyak itu dengan kasar.

"Dibantuin malah kena omel gue"

"Iya iya. Kan tadi gue bilang diem aja, ini tuh urusan cewek. Lo tinggal makan saja susah banget sih. Kalo gue disuruh diem gak kerja. Pasti udah dari tadi gue di-mh" ucapan Rani terhenti ketika Reymond menempelkan bibirnya tanpa izin pada bibir Rani. Cewek itu terlihat sangat syok dengan apa yang sedang terjadi. napas Reymond menerpa hangat pada wajah Rani. Rani bisa merasakan detak jantungnya yang berdegup kencang. Matanya hanya menatap mata Reymond yang terpejam. Seluruh tubuh Rani menjadi lemas karenanya. Dengan cepat ia mendorong dada Reymond hingga cowok itu mundur kebelakang. Rani menatap Reymond dengan emosi yang tersulut tinggi. Walaupun masih syok dengan kejadian barusan.

RAMONDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang