"lo ngga kepo, siapa yang kurung lo digudang waktu itu?" tanya Reymond menatap lurus kedepan. Sekarang mereka berada di rooftop sekolah, bolos pelajaran? Bukan. Karena mereka Freeclass, sangat membosankan jika terus dikelas.
Rani menoleh kearah Reymond, ia bingung kenapa Reymond membahas hal yang sudah ia tidak permasalahkan.
Seolah tau dengan pikiran Rani, Reymond berkata. "Gue tau lo udah mengabaikan masalah itu. Tapi... Gue tau siapa yang ngelakuin itu" jelas Reymond menatap Rani.
"Tau dari mana lo?"
"Gue suruh Leon periksa cctv sekolah setelah kejadian waktu itu. Tapi gue masih memastikan dan baru ngasih tau lo sekarang"
Rani terdiam, ia tau kenapa Reymond menyuruh Leon. Karena Leon OSIS yang dipercaya untuk membantu guru mengawasi siswa dan BK. Dan Leon juga diberi kebebasan untuk membuka cctv.
"Dan gue sudah tau alasan kenapa lo dijauhin Rere dan Lia"
Rani bungkam mencoba mencerna perkataan Reymond.
"Bukan. Lia tidak bersalah, bahkan dia yang bantu gue" ucap Reymond membenarkan perkataannya.
Rani pov.
Setelah hampir seminggu kejadian itu, aku sudah melupakannya, Bahkan aku tidak mau mengingatnya. Tapi, Reymond mengungkitnya lagi membuatku merasakan kembali betapa menyeramkan malam itu.
Aku hanya menatap Reymond dengan tatapan bingung. Ternyata Reymond masih peduli denganku, walaupun belakangan ini dia sering mengabaikanku. Ya. kami sudah baikan, tapi itulah sifat Reymond. Jutek. Ngomong kalo ada perlunya.
"Rere" ucapnya sedikit Ragu.
Aku membelalak tidak percaya, tidak mungkin Rere melakukan hal itu. Karena Rere, tau kalo aku sangat takut gelap. Tapi... Mungkin saja. Argh! Aku bingung.
"Sepertinya ada alasan lain dia ngejauhin lo" jelasnya padaku.
"Dari tangannya, gue yakin itu cowok" ucapku mengingat ketika aku diseret paksa.
"Suruhannya, kita liat Rere ngobrol sama cowok itu" ucapnya.
"Lo yakin Rey?" Tanyaku memastikan.
Dia mengangguk yakin dan menatapku lurus. Aku memotong kontaknya dan memandangi tali sepatuku yang tidak terikat dengan benar.
"Lo bakal lakuin apa ke Rere?" Tanyanya, spontan aku menatapnya kembali. Aku masih memikirkan apa yang harus kukatakan.
"Gue nggak tau" jawabku kembali memandangi sepatuku.
"Gue harap lo nggak lakuin hal buruk"
"Nggak akan gue lakuin"
☘️
08 : 45
Suara alarm terus berbunyi, sayup-sayup mataku terbuka. Untuk bangun saja rasanya sangat malas, karena ini hari libur. Aku menarik kembali selimutku, menutupi seluruh tubuhku. Aku hanya ingin tidur saat ini.
Saat aku mulai terlelap, lagi-lagi tidurku terganggu. Aku melempar selimutku dengan kasar, lalu mengambil ponselku dinakas. Tertera nama pemanggil diponselku. Leon.
Aku mengangkatnya dan mendekatkan ketelingaku dengan malas.
"Sudah bangun?" Suara dari seberang menyapaku dengan lembut. Aku menjatuhkan tubuhku kekasur dan menjawab perkataannya.
"Gue masih tidur" jawabku judes.
"Terserah lo mau tidur atau tidak. Tapi, 30 menit lagi gue jemput lo dirumah" ucapnya dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAMOND
Teen FictionBerkisahkan tentang dua orang sahabat yang tak pernah akur sejak kecil. Tapi siapa yang bisa menyangkal jika Friendzone itu ada. Bertengkar adalah makanan sehari-hari mereka. Rani Queenadya Bisma & Reymond Angga Bramasta. Akhir akan diketahui jika...